Category: SEKS ABG

Cerita Dewasa Sex Petualangan Sex Dengan Tante Gatel Dan Anak Nya

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Petualangan Sex Dengan Tante Gatel Dan Anak Nya,

Setelah aku lulus SMA, aku melanjutkan studi di Bandung. Kebetulan aku diterima di sebuah PTN yang terkenal di Bandung. Mengenai hubunganku dengan tante “U” di kota asalku sudah berakhir sejak kepindahan keluarga Oom U ke Medan, dua bulan menjelang aku ujian akhir SMA. Namun kami masih selalu kontak lewat surat atau telepon.

Perpisahan yang sungguh berat, terutama bagiku; mungkin bagi tante U, hal itu sudah biasa karena hubungan sex buat dia hanya merupakan suatu kebutuhan biologis semata, tanpa melibatkan perasaan. Namun lain halnya denganku, aku sempat merasa kesepian dan rindu yang amat sangat terhadapnya, karena sejak pertama kali aku tidur dengannya, hatiku sudah terpaut dan mencintainya.

Sejak aku mengenal tante U, aku mulai mengenal beberapa wanita teman tante U, mereka semuanya sudah berkeluarga dan usianya lebih tua dariku. Wanita lain yang sering kutiduri adalah tante R; dan tante A seorang janda cina yang cantik. Jadi semenjak kepindahan tante U ke Medan, merekalah yang menjadi teman kencanku. Karena tante R dan tante A sudah berstatus janda, maka tak ada ke-sulitan bagi kami untuk mengatur kencan kami.

Hampir setiap hari aku menginap di rumah tante R, dengan tante R boleh dikata setiap hari aku melakukan hubungan intim tidak mengenal waktu, dan tempat. Pagi, siang sore atau malam, di kamar, di ruang tamu, di dapur bahkan pernah di teras belakang rumahnya.Teradang kami main bertiga, yakni aku, tante R dan tante A. Di rumah tante R benar-benar diperas tenagaku. Sesekali waktu aku harus melayani temen tante R yang datang ke sana untuk menghisap tenaga mudaku. Aku sudah nggak peduli lagi rupanya aku dijadikan gigolo oleh tante R. Pokoknya asal aku suka mereka, maka langsung kulayani mereka.

Suatu saat aku bertemu dengan seorang gadis. Cantik dan sexy banget bodynya. Dian namanya temen adik perempuanku. Dengan keahlianku, maka kurayu dan kupacari Dian. Suatu hari aku berhasil mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat rekreasi. Di suatu motel akhirnya aku berhasil menidurinya, Aku agak kecewa, rupanya Dian sudah nggak perawan lagi. Namun perasaan itu aku pendam saja. Kami tetap melanjutkan hubungan, dan setiap kali bertemu maka kami selalu melakukan hubungan badani.

Rupanya Dian benar-benar ketagihan denganku. Tak malu-malu dia mencariku, dan bila bertemu langsung memintaku untuk menggaulinya. Tapi aneh, Dian tak pernah menga-jakku bahkan melarang aku datang ke rumahnya. Kami biasa melakukan di motel atau hotel melati di kotaku, beberapa kali aku mengajak Dian ke rumah tante R. Kuperkenal-kan tante R sebagai familiku, dan tentunya aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bercumbu dengannya di kamar yang sering aku dan tante R gunakan bercumbu.

Suatu hari, entah kenapa tiba-tiba Dian memintaku untuk main ke rumahnya, katanya dia berulang tahun. Dengan membawa seikat bunga dan sebuah kado aku ke rumahnya. Aku pencet bel pintu dan Dian yang membukakan pintu depan. Aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. Segera Dian bergegas masuk dan memanggil mamanya untuk diperkenalkan padaku. Aku terkejut dan tergugu melihat mamanya; sebab perempuan itu.. ya.. mamanya Dian sudah beberapa kali tidur denganku di rumah tante R.

Mama Dian nampak bias wajahnya namun segera mama Dian bisa cepat mengatasi keadaan. Mama Dian berlagak seolah-olah tak mengenalku, padahal seluruh bagian badannya sudah pernah kujelajahi. Beberapa saat mama Dian menemani kami ngobrol. Dengan sikap tenangnya akupun menjadi tenang pula dan mampu mengatasi keadaan. Kami ngobrol sambil bercanda, dan nampak terlihat bahwa mama Dian benar-benar seorang Ibu yang sayang pada putri tunggalnya itu.

Keesokan harinya, mama Dian menemuiku. Di ruang tamu rumah tante R mama Dian menginterogasiku, ingin tahu sudah sejauh mana hubunganku dengan Dian. Aku tak mau segera menjawab, tanganku segera menarik tangannya dan menggelandang tubuhnya ke kamar. Dia berusaha melepaskan peganganku, namun sia-sia tanganku kuat mencekal, sehingga tak kuasa dia melepaskan tangannya dari genggamanku. Kukunci pintu kamar dan segera aku angkat dan rebahkan tubuhnya di atas kasur.

Segera kulucuti pakaianku hingga aku telanjang bulat, dan segera kutindih tubuhnya. Dia meronta dan memintaku untuk tak menidurinya; namun permintaanya tak kuindahkan. Aku terus mencumbunya dan satu persatu pakaiannya aku lucuti, dan akhirnya aku berhasil memasukkan kontolku di vaginanya. Begitu penisku melesak masuk, maka mama Dian bereaksi, mulai memba-las dan mengimbangi gerakanku. Akhirnya kami berpacu mengumbar nafsu, sampai akhirnya mama Dian sampai pada puncak kepuasan.

Peluhku bercucuran menjatuhi tubuh mama Dian, kuteruskan hunjaman kontolku di memeknya.. Mama Dian mengerang-erang keenakkan, sampai akhirnya orgasme kedua dicapainya. Aku terus genjot penisku, aku bener-bener kesal dan marah padanya, karena aku tahu dengan kejadian itu maka bakalan usai hubunganku dengan Dian, pada-hal cinta mulai bersemi dihatiku.

Sambil terus kugenjot kontolku di memeknya, kukatakan padanya bahwa Dian juga sudah sering aku tiduri, namun aku sangat mencintai, menyayangi bahkan ingin menika-hinya. Aku katakan semua itu dengan tulus, sambil tak terasa air mataku menetes. Akhirnya dengan hentakan yang keras aku mengejan kuat, menumpahkan segala rasa yang aku pendam, menumpahkan seluruh air maniku ke dalam memeknya. Badanku tera-sa lemas, kupeluk tubuh mama Dian sambil sesenggukan menangis di dadanya. Air mata-ku mengalir deras, mama Dian membelai kepalaku dengan penuh rasa sayang; kemudian dikecup dan dilumatnya bibirku.

Tubuhku berguling telentang di samping kanan tubuhnya, mama Dian merangkul tubuh-ku menyilangkan kaki kiri dan meletakkan kepalanya didadaku. Terasa memeknya hangat dan berlendir menempel diperutku, tangan kirinya mngusap-usap wajahku. Tak henti-hentinya mulutnya menciumku.

Sambil bercumbu aku ceritakan semua kisah romanceku, hingga aku sampai terlibat dalam pergaulan bebas di rumah tante R. Dengan sabar didengarnya seluruh kisahku, sesaat kemudian kembali penisku menegang keras. Segera tanganku bergerilya kembali di memeknya, selanjutnya kembali kami berpacu mengumbar nafsu kami. Kami bercumbu benar-benar seperti sepasang pengantin baru saja layaknya. Seolah tak ada puasnya. Sampai akhirnya kami kembali mencapai puncak kepuasan beberapa kali.

Setelah babak terakhir kami selesaikan, mama Dian bangkit dan menggandengku menuju kamar mandi, kami mandi berendam bersama di kamar mandi sambil bercumbu. Sambil berendam kami bersenggama lagi. Setelah puas kami menumpahkan hasrat kami, kami keringkan tubuh kami dan segera berpakaian. Nampak sinar puas membias di wajah mama Dian.

Dengan bergandeng tangan kami keluar kamar, kupeluk pinggangnya dan kuajak menuju ke ruang tamu. Kami duduk berdua, kemudian berbincang mengenai kelanjutan hubunganku dengan Dian. Mama Dian ingin agar hubunganku dengan Dian diakhiri saja, walaupun kami sudah begitu jauh berhubungan, sekalipun Dian sudah hamil karenaku. Dia memberikan pandangan tentang bagaimana mungkin aku menikahi Dian, sedangkan aku dan mama Dian pernah berhubungan layaknya suami istri, sebab bagaimanapun kami akan tinggal serumah. Bagaimana mungkin kami melupakan begitu saja affair kami; rasanya tak mungkin.

Aku bisa mengerti dan menerima alasan mama Dian, namun aku bingung bagaimana cara menjelaskan kepada Dian. Aku tak sanggup kalau harus memutuskan Dian. Akhirnya aku ideku pada mama Dian. Selanjutnya selama beberapa hari aku tak mene-mui dan sengaja menghindari Dian. Mamanya memberitahu kalau Dian saat ini dalam keadaan hamil 2 bulan akibat hubungannya denganku.

Pada suatu hari, aku di telepon mama Dian. Dia memberitahu kalau Dian sedang menuju ke rumah tante R untuk menca-ri aku. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, saat itu tante R sedang menyiram tanaman kesayangannya di kebun belakang. Segera kuhampiri dia dan aku ajak ia ke kamar yang biasa aku dan Dian pakai untuk berkencan.

Kulucuti seluruh pakaian tante R dan juga pakaianku sendiri, selanjutnya kami bersenggama seperti biasanya. Tak berapa lama Dian datang dan langsung menuju ke kamarku. Terdengar pekik tertahan dari mulut-nya saat melihat adegan di atas ranjang; dimana aku dan tante R sedang asyik bersenggama. Terdengar pintu kamar dibanting, Dian pulang ke rumah dengan hati yang amat terluka.

Tante R merasa tak tega dengan kejadian itu, tante R memintaku untuk segera menyusul Dian; namun tak kuhiraukan; bahkan aku semakin keras dan cepat menghentakan penisku di memeknya. Tante R mengerang-erang keenakan, mengimbangi dengan gerakan yang membuat penisku semakin cepat berdenyut. Kami mencapai orgasme hampir bersama, aku berguling dan menghempaskan badanku ke samping tante R. Mataku menerawang jauh menatap langit-langit kamar, air mataku bergulir membasahi pipiku. Inilah akhir hubunganku dengan Dian, akhir yang amat menyakitkan. Dian pergi dariku dengan membawa benih anaku di rahimnya.

Musnah sudah impian dan harapanku untuk membina rumah tangga dengannya. Tante R menghiburku; Dia mengingatkan aku bahwa aku sudah membuat keputusan yang benar. Jadi tak perlu disesali. Didekapnya tubuhku, aku menyusupkan mukaku ke dada tante R; ada suatu kedamaian disana; kedamaian yang memabukkan; yang membangkitkan hasrat kelelakianku lagi. Sessat kemudian kami berpacu lagi dengan hebat, hingga beberapa kali tante R mencapai puncak kepuasan. Aku memang termasuk tipe pria hypersex dan mampu mengatur timing orgasmeku, sehingga setiap wanita yang tidur denganku pasti merasa puas dan ketagihan untuk mengulangi lagi denganku.

Beberapa hari kemudian aku terima telepon Dian, sambil terisak Dian pamit padaku karena dia dan mamanya akan pindah ke Surabaya. Aku minta alamatnya, tapi Dian keberatan. Dari nada suaranya nampak Dian sudah tidak marah lagi padaku; maka aku memohon padanya untuk terakhir kali agar dapat aku menemuinya. Dian mengijinkan aku menemuinya di rumahnya, segera aku meluncur ke rumahnya untuk Inilah saat terakhir akku berjumpa dengan kekasihku.

Kupencet bel pintu, mama Dian membuka pintu dan menyilahkan aku masuk. Nampak wajahnya masih berbalut duka dan kesedihan, dia amat merasa bersalah karena menjadi penyebab hancurnya hubunganku dengan Dian. Mama Dian menggandengku menuju ruang keluarga, nampak Dian kekasihku duduk menungguku.

Melihat aku Dian bangkit dan menghampiri aku, tak kusangka pipiku ditamparnya dengan keras. Kubiarkan saja agar rasa kesal dan tertekan dihatinya terlampiaskan. Dian berdiri bengong setelah menamparku, dilihat tangan dan pipiku bergantian seolah tak percaya akan apa yang dia lakukan. Tiba-tiba ditubruk dan dipeluknya badanku, dibenamkan mukanya ke dadaku sambil sesenggukan menumpahkan tangisnya. Aku peluk tubuhnya dan kuelus rambut-nya.

Agak lama kami demikian; kami menyadari bahwa saat inilah saat terakhir bagi kami untuk bertemu. Mama Dian mendekat dan merangkul kami berdua, dan membimbing kami untuk duduk di kursi panjang. Kami bertiga duduk sambil berpelukan, mama Dian ditengah; kedua tangannya memeluk kami berdua.

Akhirnya kesunyian diantara kami terpecahkan dengan ucapan mama Dian. Mama Dian mengatakan memberi kesempatan pada kami untuk memutuskan, apakah akan kami lanjutkan hubungan kami atau kami putuskan sampai disini saja.

Berat sekali rasanya, jika kami teruskan hubungan kami maka berarti aku memisahkan jalinan kasih ibu dan anak tunggalnya ini. Aku menyerahkan keputusan akhir pada Dian. Sambil terisak Dian akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, saat kuingatkan bahwa dirahimnya ada benih anakku, Dian menjawab biarlah.., ini sebagai tanda cinta kasih kami berdua.., Dian kan tetap memelihara kandungannya dan akan membesarkan anak itu dengan kasih sayangnya.

Beberapa saat kemudian aku berpamitan, dengan berat Dian melepaskan pelukanku, namun sebelum kami berpisah sekali lagi Dian memintaku untuk menemaninya. Ditariknya aku ke kamarnya dan dengan penuh kasih sayang, dibukanya pakaianku dan pakaian yang melekat di tubuhnya. Kami berdiri berpelukan dnegan tanpa sehelai benang menempel pada tubuh kami.

Kucumbui Dian kekasihku untuk terakhir kalinya, aku genjot penisku di memeknya dengan lembut dan penuh perasaan, aku khawatir kalau-kalau genjotanku akan menyakit-kan anakku yang ada dirahimnya. Semalam kami bercengkerama, pada pagi keesokan harinya aku berpamitan. Dengan perasaan yang amat berat dilepas kepergianku, aku berpamitan pula pada mama Dian, aku cium punggung tangannya sebagai tanda kasih anak ke ibunya, ditengadahkan mukaku dan dikecupnya keningku dengan penuh rasa sayang. Aku menitipkan anakku pada Dian dan mohon padanya agar memberi kabar saat kelahirannya nanti. Sampai disitulah akhir hubunganku dengan Dian dan mamanya.

BERSAMBUNG…
Beberapa hari setelah perpisahanku dengan Dian, aku merasa sepi dan sedih. tante R yang senantiasa menghiburku, dengan gurauan, kemolekan, kehangatan tubuhnya, dan dengan kasih sayangnya Terkadang di dalam kesendirianku, aku terngat tante U, dengan segala kehangatan tubuhnya. Aku teringat moment-moment yang pernah kami jalani di salah satu kamar di rumah tante R.

Di salah satu kamar di rumah tante R itulah kami biasa mengumbar nafsu kami, saling menumpahkan rasa rindu kami, sudah tak terhitung lagi barapa banyak aku menyengga-mainya menumpahkan segenap rasa dan nafsuku, dan sebanyak itu kami berhubungan tak pernah sekalipun kami menggunakan alat kontrasepsi, baik itu kondom, spriral, tablet atau sebangsanya. Jadi kami melakukannya secara alami saja, dan tentunya dapat dibayangkan akibatnya. Yach.. tante U pergi dengan membawa banyak kenangan indahku, membawa cintaku dan membawa pula janin dari benih yang kutanam di rahimnya..

Awal semester pertama sudah berjalan 2 bulan lebih 5 hari, jadi tak terasa aku sudah menempati rumah petak kontrakanku selama itu. Setiap hari aku berjalan kaki ke tempat kuliah, yang memang tak jauh dari rumah kontrakanku.

Setiap kali aku berangkat atau pulang kuliah, aku selalu melewati sebuah rumah yang dihuni satu keluarga dengan dua anak perempuannya, sebenarnya 3 orang anaknya dan perempuan semuannya. Dua sudah berkeluarga, yaitu Kak Rani dan Kak Rina, sedangkan si bungsu Yanti masih SMA kelas 1 (baru masuk).

Kak Rani dan Kak Rina anak kembar, hanya saja nasib Kak Rani lebih baik ketimbang Kak Rina. Kak Rani bersuamikan pegawai Bank dan sudah memiliki rumah serta dua anak perempuan, sedangkan Kak Rina bersuamikan seorang pengemudi box kanvas suatu perusahaan dan belum dikarunia anak, serta masih tinggal bersama ibunya. Bu Maman seorang janda yang baik hati dan sayang benar sama cucunya, yaitu anak Kak Rani.

Pada mulanya aku berkenalan dengan Yanti, Yanti termasuk gadis yang agresif dan aku juga sudah mendengar cukup banyak tentang petualangan cintanya sejak dia duduk di bangku SMP, jadi masalah sex buat Yanti bukan hal yang baru lagi.

Perkenalanku terjadi saat aku pulang kuliah sore hari, dimana hujan turun cukup lebat. Pada saat aku berjalan hendak memasuki mulut gang, berhentilah sebuah angkot dan ternyata yang turun Yanti dengan seragam SMAnya.

Aku menawarinya berpayung bersama dan ternyata dia mau. Kuantar Yanti sampai rumahnya, setiba di rumahnya dipersilahkannya aku masuk dan duduk di ruang tamu, sementara dia masuk berganti pakaian. Saat aku menunggu Yanti, Kak Rina keluar dengan membawa secangkir teh hangat dan kue.

Mulutku secara tak sadar ternganga melihat kecantikan Kak Rina. Mata nakalku tak henti melirik dan mencuri pandang padanya. Padahal Kak Rina hanya berpakaian sederhana, hanya mengenakan daster motif bunga sederhana, namun kecantikannya tetap nampak. Kulitnya yang putih kekuningan dan badannya yang segar dengan buah dada yang menonjol, semakin menambah kecan-tikan penampilannya sore itu.

Melihatku dia tersenyum, nampak sebaris gigi putih yang bersih berjajar. Aku tergagap dan segera kuulurkan tangan untuk berkenalan dengannya. Hangat tengannya dalam genggamanku, dan sambil menunggu Yanti selesai berganti pakaian dia menemaniku ngobrol. Dalam obrolan ku dengan Kak Rina sore itu, baru kutahu kalau Kak Rina sering melihatku saat aku berjalan berangkat dan pulang kuliah. Itulah hari pertamaku berke-nalan dengan keluarga Yanti.

Pagi esok harinya, saat aku berangkat kuliah, aku bertemu Kak Rina di mulut gang. Kami bersalaman, tiba-tiba timbul kenakalanku, kugelitik telapak tangan Kak Rina saat kugeng-gam, ternyata dia diam saja bahkan senyum padaku. Sejenak kami berbasa-basi bicara, kemudian aku cepat bergegas kuliah.

Sore hari aku baru pulang kuliah, langit mendung tebal sepertinya mau hujan. Saat kubuka pintu rumah, kulihat Yanti dan teman kostku sedang ngobrol di ruang tamu., rupanya dia sengaja datang untukku. Tak lama kemudian temen kostku pamit mau kuliah sore sampai jam 19.00 WIB. Setelah aku berganti pakaian kutemui Yanti dan kami ngobrol berdua. Tiba-tiba aku teringat bahwa Yanti belum kusuguhi minum, cepat-cepat aku permisi ke dapur untuk membuat minuman buatnya. Saat aku beranjak ke dapur Yanti mengikutiku dari belakang, dan di dapur kami lanjutkan obrolan kami sambil kuteruskan membuat minuman.

Yanti berdiri bersandar meja dapur, aku mendekatinya dan iseng kupegang tangannya. Agaknya Yanti memang mengharap suasana demikian, dia tanggapi pegangan tanganku dengan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, sehingga muka kami berjarak cuman beberapa senti saja. Hembusan nafasnya terasa menerpa wajahku. Kesempatan itu tak kubiarkan lewat begitu saja, segera aku sambar pinggangnya dan kucium lumat mulutnya.

Kami berciuman agak panjang, lidah kami saling beradu dan memilin, sementara sigap tanganku menggerayangi dan meremas pantat Yanti. Tanganku tidak berhenti, terus bergerak menyingkap bagian depan roknya, dan segera tanganku mengelus-elus memek Yanti yang masih tertutup celana tipis, sementara itu mulutku menjalar dan menciumi lehernya. Yanti merintih lembut, dan semakin mempererat pelukannya.

Tangan kananku yang sudah terlatih segera melepas kancing depan bajunya, selanjutnya meremas-remas buah dadanya, kulepas tali Bhnya dan segera kujelajahi dua bukit kembarnya yang sudah mengeras. Kuhisap lembut puting susunya, Yanti semakin menekan kepalaku ke dadanya.

Aku sudah tahu apa yang dikehendakinya, segera kutarik dia ke kamarku, dan segera kubuka resleting roknya, kulepas bajunya kemudian BHnya. Nampak tubuh Yanti polos tak tertutup kain, hanya CD tipisnya saja yang tinggal melekat di badannya. Segera kuhujani Yanti dengan ciuman, kujilati sekujur tubuhnya, kuhisap puting susunya, dan terus mulutku bergerak ke bawah, sambil pelan-pelan tanganku melepas CD-nya.

Begitu CD-nya lepas segera kuserbu memeknya, lidahku menjilati memeknya, sementara kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat penuh. Yanti merintih dan mengerang, dan sesaat kemudian ditariknya bahuku ke atas, sehingga kami berdiri berhadapan. Segera dilepas kancing bajuku, dan dilepasnya semua pakaianku. Sambil membungkukan badan dihisap kontolku, dijilati dan dikocoknya pelan.. Ohh.. sungguh nikmat tak terbayang.

Segera kudorong tubuhnya terlentang di atas dipan dan lidahku terus bergerilya di memeknya, juga ke dua jari tanganku ikut pula menjelajahi memeknya, ke dua pahanya mengangkang lebar dan nampak lobang memeknya sepertinya siap melahap kontolku bulat-bulat. Yanti mengerang-ngerang dan memintaku segera memasukkan kontol ke dalam memeknya. Mas.. ayo.. masukkan.. ayo maas..

Hujan di luar turun dengan deras, suara hujan mengalahkan erangan dan teriakan Yanti, sehingga aku tak khawatir orang akan mendengar suaranya. Kubiarkan Yanti dalam keadaan begitu, sambil lidahku terus menjilati memeknya. Yanti merintih dan mengerang.. sambil menghiba untuk segera memulai permainan kami. Bau memeknya, semakin membangkitkan gairahku, dan akhirnya akupun tak tahan..

Segera kutindih tubuhnya dan kebenamkan kontolku dimemeknya dengan satu sentakan yang sedikit agak keras. Segera kukocok memeknya dengan cepat dan keras. Yanti mengerang, merintih dan mengimbangi gerakan keluar masuk kontolku dengan pas.., sehingga kadang terasa kontolku bagai dihisap dan diremas di dalam memeknya.

Terasa kontolku berdenyut-denyut, sepertinya hendak keluar air maniku; segear kuhentikan gerakan kontolku dan segara kucabut. Kugeser tubuhku dan kumasukan penisku ke dalam mulutnya. Segera dihisap dan dikulumnya penisku, tanpa rasa jijik. Setelah agak berkurang denyutan penisku, segera kubenamkan lagi dalam memek Yanti.

Bukan main, remasan dan sedotan memek Yanti. Aku jadi mengerti sekarang beda antara memek seorang wanita yang masih gadis dan belum pernah melahirkan dengan wanita yang sudah melahirkan seperti tante U. Kubalik tubuh Yanti dan kuangkat pantatnya agak tinggi, sehingga Yanti dalam posisi nungging. Segera kutancapkan penisku ke memeknya dari belakang. Lagi-lagi Yanrti mengerang-erang kadang menjerit kecil Tiba-tiba diangkat dan diputar badannya ke belakang, serta di raihnya kepalaku serta diciumnya mulutku, sementara penisku tetap bekerja keluar masuk memeknya.

Berapa saat kemudian kuganti posisi, aku berbaring terlentang dan Yanti menindih tubuhku. Dipegang dan dibimbingnya penisku masuk ke vaginanya, dan segera digoyang badanya naik turun di atas tubuhku. Kuremas payu daranya dan kuhentakan pantatku ke atas, saat badan Yanti bergerak ke bawah menekan masuk penisku ke dalam memeknya.

Tak lama kemudian gerakan Yanti makin menggila dan makin cepat. Dari mulutnya terdengar erangan yang semakin keras dan akhirnya badanya menegang sambil dari mulutnya terdengar lenguhan Ughh.. Aaah.. Aaah.., kemudian tubuhnya menubruk dan memeluk tubuhku erat-erat, mass.. aku sudah.., keluar..ooh.. Enak..

Pelan kubalik badanya, dan kutindih serta kugenjot memeknya cepat dan keras.., terlihat mata Yanti mendelik, membalik ke atas.., mulutnya merintih dan mengerang..

Kupercepat gerakanku dan kugenjot penisku sepenuh tenaga.., 15 menit kemudian terasa penisku berdenyut-denyut. Kepala Yanti bergoyang ke kanan dan ke kiri dan ke kanan, kedua kakinya mengepit pantatku sehingga tak ada kemungkinan aku mencabut kontolku saat air maniku keluar nanti, dan akhirnya dengan suatu sentakan yang keras kubanjiri liang memeknya dengan cairan maniku..

Kumarahi Yanti, karena dia tak memberiku kesempatan membuang air maniku di luar liang kemaluannya. Aku khawatir hal ini akan berakibat fatal, yaitu Yanti hamil..

Dia cuma ketawa kecil dan memelukku erat, sambil berbisik di telingaku bahwa dia sudah KB suntik. Aku terheran-heran mendengarnya, karena sudah sedemikian jauhnya pengetahuan dia tentang berhubungan sex dan menjaga diri dari kehamilan. Mendengar itu aku lega dan segera kucium dan kulumat mulutnya. Kami bercumbu, berciuman dan bergumul di atas dipan, kebetulan dipanku ukurannya lebar, sehingga kami leluasa bercumbu di atasnya.

Dua puluh menit berlalu, terasa penisku mulai menegang dan mengeras. Segera kumasukan lagi kontolku ke memek Yanti. Kembali kami berdua mengumbar nafsu sepuas hati, kali ini aku tetap menjaga posisi di atas, karena aku tahu bahwa pada ronde kedua dan ketiga aku lebih bisa mengatur dan menahan klimaks lebih lama. Yanti mengerang dan merintih, dan akhirnya pada puncak kepuasan yang kedua kusemburkan lagi benih-benih manusia ke dalam rahim Yanti.

Keringat kami telah bercampur dan membasahi tubuh kami, seprei tempat tidur sudah berantakan nggak karuan, kami berbaring berpelukan, kepalanya di dadaku, tangan Yanti memainkan penisku, dan sesekali kami saling berciuman.

15 menit kemudian kami ulangi lagi hal yang sama, hingga klimaks kami dapatkan lagi, Kembali kuguyur memeknya dengan caiaran maniku, sambil kami berciuman panjang sekali.., seolah tak akan henti..

Setelah cukup beristirahat, segera kami berkemas dan berpakaian, dan tidak lupa berjanji untuk mengulangi lagi apa yang kami lakukan sore ini. Menjelang maghrib kuantar Yanti pulang ke rumah, dan sebelum aku pamit pulang, sekali lagi kupeluk pinggangnya dan kucium bibirnya dengan mesra. Sejak hari itu resmilah Yanti menjadi pacar tetapku, alias pemuas nafsuku.

Cerita Dewasa Sex Threesome Dengan Lelaki Bisexsual

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Threesome Dengan Lelaki Bisexsual ,

Cerita Dewasa Sex Threesome Dengan Lelaki Bisexsual

Satu lagi pengalamanku yang kutuangkan dalam tulisan, mungkin ini adalah kejadian yang umum, tetapi bagiku.. Ini adalah pengalaman yang sensasional dan terjadi pada masa sekarang. Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.. Sengaja nama pelaku aku samarkan, kecuali namaku.

Dalam posisiku sebagai sekretaris sekarang ini, maka hubungan dengan relasi tidak bisa aku hindari.. Tugas entertaint selalu diberikan kepadaku, mungkin bos ku tahu benar bagaimana memanfaatkan kecantikanku didalam menghadapi klien atau relasinya, hingga akhirnya aku berkenalan.. Sebut saja namanya Mas Toni.. Seorang eksekutif muda.. Usianya kira-kira 30 tahun, tinggi 175 cm dengan bentuk tubuh proposional. Mas Toni ini sudah berkeluarga dan punya 2 putra, dalam sehari bisa 3-4 kali Mas Toni menghubungiku via telepon..

Dari membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan bisnis sampai ke permasalahan rumah tangganya.. Hingga akhirnya aku mendengarkan pengakuan dari Mas Toni, ternyata dia seorang bisexual.. Gila..? Memang gila.. Tetapi aku malah antusias mendengarkan ceritanya, dan menurut pengakuannya.. Sekarang ini dia juga jalan dengan salah satu karyawannya.. Dan mereka telah jalan 1 tahun lamanya tanpa sepengetahuan siapa-apa.. Kecuali aku..

Sejak pengakuannya itu.. Mas Toni sering menelponku.. Dan apabila pembicaraan sudah menyinggung hubungan dengan karyawannya itu.. Aku tidak sungkan untuk mengodanya, kata.. Wah.. Asyik nih main pedang.. Atau gimana sih Mas ML nya.. Candaku selalu dijawab dengan tertawa saja oleh Mas Toni.

Hari itu adalah hari jumat, dan seperti biasa Mas Toni kembali menghubungiku via telepon.

“Hallo.. Selamat sore Nia” serunya.
“Oh.. Mas Toni.. Selamat sore juga Mas” sahutku.
“Apa nih acaranya nanti malam?”
“Wah.. enggak ada acara nih Mas”
“Gimana kalau nanti malam kita jalan.. Nanti kukenalkan temanku” seru Mas Toni lagi.

Aku tahu yang dimaksud “temannya” itu adalah teman jalannya, dan memang akupun penasaran seperti apasih teman Mas Toni itu.

“Boleh aja Mas” jawabku.
“Oke.. Nanti aku jemput jam 8 malam yaa” serunya lagi.

Jam 19.30 aku sudah berdandan rapih, aku memakai t’shirt dan jeans ketat, dibalik itu aku memakai bra dan g-string berwarna pink.. Warna favoritku, rambut hitamku yang panjang kubiarkan terurai kebelakang, dan benar.. Tepat jam 20.00 Mas Toni datang menjemputku, aku pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan duduk di depan.

“Wah.. Malam ini kamu cantik sekali Nia” puji Mas Toni, aku hanya tersenyum saja, lalu.
“Nia.. Kenalkan temanku” seru Mas Toni.

Ternyata dibangku belakang duduk seorang laki-laki, aku pun menoleh sembari mengulurkan tanganku.

“Nia.. “sahutku,
“Arif..” sahut pria itu sembari menjabat tanganku.

Mhmm.. Ternyata yang namanya Arif ini macho juga.. pikirku. Selama perjalanan kami banyak ngobrol, dan dari pembicaraannya aku tahu kalau usia Arif ini sepantaran dengan aku yaitu 24 tahun, dan dia berasal dari daerah.. Dikota ini dia mengontrak rumah dan tinggal sendirian.

Malam itu kami habiskan dengan duduk-duduk dan ngobrol di sebuah cafe.. Dan aku merasa geli juga melihat tingkah laku Mas Toni dan Arif.. kadang-kadang dalam tawa canda mereka.. Suka saling pandang dan sekali-kali saling berpegangan tangan layaknya seperti dua orang kekasih.. Apalagi sedari tadi tidak henti-hentinya mereka berdua memesan draft beer.. Minuman ringan kata mereka.. Sementara aku hanya memesan long island.. Minuman ringan juga.. menurutku?

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 ketika kami keluar dari cafe itu, tampak sekali Mas Toni dan Arif sudah mulai dipengaruhi alkohol, sedangkan aku.. kepalaku mulai rada-rada pusing.. Karena pengaruh alkohol juga. Dari situ kita pergi ketempat Arif.. Jelas maksud Mas Toni adalah mendrop Arif terlebih dahulu, tetapi ternyata kamipun mampir ditempat Arif.. Dan aku menurut saja ketika disuruh turun.. Masuk ke dalam rumah Arif, akupun duduk diruang tamu.. Sementara Mas Toni dan Arif masuk ke dalam.. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan didalam..

Tetapi menunggu adalah pekerjaan yang paling menyebalkan.. Apalagi pengaruh alkohol sudah memenuhi kepalaku, aku pun berjalan ke dalam.. Menuju kesebuah kamar yang tidak tertutup.. Tampak cahaya lampu terang dari dalam kamar itu, ketika aku melihat ke dalam.. Terkejutlah aku.. Tampak Mas Toni dan Arif sedang.. berdiri ditengah kamar.. Dan berciuman.. Hah! Mas Toni hanya mengenakan jelana jeansnya.. Sementara kaosnya sudah entah kemana.. Dan Arif dia hanya memakai celana kolor saja..

Aku hanya berdiri bengong diambang pintu.. Melihat adegan itu.. Tampak mereka sangat ganas sekali berciuman.. Arif lebih sedikit agresif.. Dia berusaha melepas celana jeans Mas Toni hingga akhirnya terlepas lalu celana kolor Mas Toni pun dilepasnya.. Maka tampaklah batang kemaluan Mas Toni yang.. Besar dan tegang itu.. Ohh, segera Arif mencekal batang kemaluan Mas Toni itu lalu dikocok-kocoknya dengan tangan kanannya.. Setelah itu Arif pun berjongkok dihadapan Mas Toni.. Dan.. Astagaa..

Dengan ganas Arif mengisap batang kemaluan Mas Toni itu.. Woowww.. Sungguh indah sekali pemandangan di depanku itu.. Tampak batang kemaluan Mas Toni langsung dihisap oleh Arif.. Dijilat-jilat kepalanya terus dihisap lagi.. Arif mengerakkan kepalanya maju mundur sehingga tampak batang kemaluan Mas Toni keluar masuk mulut Arif.. Melihat itu semua membuat pikiranku jadi kacau.. Tetapi aku tidak mau berkedip sekalipun melihat itu..

Tiba-tiba Mas Toni menoleh kepadaku.. Dan tersenyum..

“Nia.. Jangan bengong aja.. Ayo masuk kesini” serunya.

Aku sempat terkejut.. Tetapi akupun berhasil menguasai diriku.. Lalu aku membalas senyum Mas Toni itu.. Dan.. Aku melangkah masuk ke dalam.. Duduk ditepian ranjang, dan memperhatikan adegan itu tanpa berkedip.. Maklum.. Aku suka banget melihatnya, kemudian Mas Toni menyuruh Arif duduk disampingku.. Dan dia berlutut dilantai diantara kedua kaki Arif.. Ditariknya celana kolor Arif itu hingga terlepas.. Tampak olehku batang kemaluan Arif.. yang berdiri tegak itu.. Tidak terlalu besar jika dibanding milik Mas Toni.. Tapi mengairahkan juga.. Oohh..

Dengan rakus Mas Toni langung memasukkan batang kemaluan Arif ke dalam mulutnya.. Dijilatinya.. Dari kepala sampai kebiji pelirnya.. Ohh indahnya.. Diam-diam akupun terangsang hebat.. Sementara Arif hanya mengelinjang keenakan dengan mata setengah terpejam.. Lalu Mas Toni mengangkat kedua paha Arif dan ditekuknya ke atas.. Lalu dia menjilati bagian bawah biji pelir Arif.. Tampak tubuh Arif tersentak-sentak keenakan.. Gilaa.. Aku hanya duduk menonton adegan itu.. Sungguh mengairahkan..

“Hayoo.. Nia.. Ikutan” seru Mas Toni.

Aku hanya tersenyum saja.. Tapi gairahku.. Ohh.. Aku sudah tidak tahan lagi, akhirnya akupun mendekatkan kepalaku ke batang kemaluan Arif itu.. Tercium aroma khas.. Penis laki-laki, kemudian kujuiurkan lidahku menjilati batang kemaluan Arif.. Aaahh.. Nikmatnya.. Kukulum batang kemaluan Arif hingga.

“Aahh.. Nggkk.. Uuhh..” terdengar erangan Arif..

Rupanya hal itu membuat Mas Toni kepingin batang kemaluannya dioral olehku, lalu dia berlutut ditepi ranjang dan menyodorkan batang kemaluannya hingga menyentuh pipiku.. Gilaa.. Aku tidak mau menyia-nyiakan itu.. Segera kukulum kepala batang kemaluan Mas Toni..

“Iyaa.. Iyaa.. Oohh” terdengar desisan Mas Toni..

Kukulum dan kujilati kedua batang kemaluan itu secara bergantian, dari sudut mataku.. Aku melihat Mas Toni memperhatikan perbuatanku itu demikian juga Arif.

Lama kuoral kedua batang kemaluan mereka, kemudian Arif merubah posisinya.. Ia menungging ditepian ranjang.. Sementara Mas Toni mengambil sesuatu dari atas meja.. Akupun sadar apa yang akan mereka lakukan, rupanya permainan akan segera dimulai.. pikirku, tampak Mas Toni mengolesi batang kemaluannya dengan cream yang ia tuangkan dari botol, dan aku pun segera beraksi.. Kujilati anus Arif yang ditumbuhi bulu-bulu.. itu.. Terasa beberapa kali tubuh Arif tersentak-sentak karena nikmat.. Kucolok-colok ujung lidahku ke dalam..

“Aaahkk.. Ooh.. Nggkk..”

Arif mengerang keenakan.. Lalu Mas Toni menyerahkan botol cream itu padaku.. Kutuang isinya ketelapak tanganku.. Lalu kuolesi ke sekitar anus Arif.. Sembari sekali-kali kususupkan telunjukku ke dalam lobang pantat Arif itu.. Setelah itu Mas Toni berdiri dibelakang bokong Arif dan segera mengarahkan batang kemaluannya ke lobang pantat Arif.. Akupun tidak tinggal diam.. Kubuka belahan pantat Arif.. Hingga tampak lobang anus Arif merekah.. Dan.. Bless.. Perlahan tapi pasti.. Batang kemaluan Mas Toni masuk ke dalam..

“oohh.. Nggkk.. Aahh” erang Arif..

Setelah itu tampak gerakan erotis pinggul Mas Toni maju-mundur.. Akupun turun dari ranjang sembari memperhatikan adegan itu.. Ohh.. Sangat.. Sangat sensasional.. Dan tanpa sepengetahuan mereka.. Aku mulai melepas pakaianku.. Hingga telanjang bulat..

Kemudian kupeluk tubuh Mas Toni dari belakang sehingga kedua buah dadaku menyentuh punggungnya.. Dan kedua tanganku pun melingkar di dadanya.. Kutempelkan perutku dan pinggulku ke tubuh bagian belakang Mas Toni..

“Aahh.. Nggkk.. ” terdengar desisan Mas Toni..

Dalam posisi demikian.. Pinggulku pun kugerak-gerakan maju mundur mengikuti gerakan Mas Toni.. Aahh.. nikmatnya, kuciumi tengkuk Mas Toni dari belakang.. Aku benar-benar lost kontrol.. Rupanya Mas Toni tahu.. kegelisahanku.. Iapun mengulurkan tangan kanannya kebelakang dan langsung meraba kemaluanku.. Kurenggangkan pahaku agar tangan Mas Toni leluasa meraba-raba kemaluanku.. Aaahh.. Ohh.. Aku merintih.. Nikmat ketika jari-jari Mas Toni menyodok-nyodok liang kemaluanku.. Akupun segera mendekap semakin erat tubuh Mas Toni dari belakang dengan tetap mengikuti irama pergerakan pinggulnya.

“Kamu mau Nia..” bisik Mas Toni.
“Ooh.. Iya.. Mas.. Iya” sahutku.
“Naik deh ke atas ranjang” serunya lagi.

Akupun segera naik ke atas ranjang, dan menungging ditepian ranjang disamping Arif.. menanti dengan pasrah.. Lalu

“Mau dimasukin kemana Nia..?” tanya Mas Toni.
“Terserah mass” sahutku pelan.

Ternyata Mas Toni memilih kemaluanku..

“Aah.. Oohh.. Aaghhkk” rintihku ketika terasa batang kemaluan Mas Toni yang masih berlumuran cream masuk ke dalam liang vaginaku.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Lalu Arif yang masih menungging disampingku menoleh padaku.. Akupun menoleh padanya lalu ia menjulurkan lidahnya.. Akupun segera menjilati lidah Arif dengan lidahku, akhirnya bibir kami bertautan.. Oohh.. Nikmatnya..

Setelah agak lama.. Akhirnya kami ganti posisi.. Arif terlentang diatas ranjang dan aku naik ke atas tubuhnya.. Perlahan-lahan aku memasukan batang kemaluan Arif ke dalam liang vaginaku.. Oohh.. Aaahh.. Nikmatnya.. Setelah itu aku menekuk kedua lututku kedepan sehingga dari belakang Mas Toni bebas memasukan batang kemaluannya ke dalam lobang pantatku..

Nggkk.. Aaahh.. Terasa seret.. Tapi peralahan-lahan.. Amblas juga seluruh batang kemaluan Mas Toni ke dalam lobang pantatku.. Gillaa.. Gilaa.. Nikmat.. Sekali.. Ohh.. Susah aku menuliskan apa yang aku rasakan tetapi.. Sungguh sensasi sekali.. Apalagi Arif.. Dia tidak tinggal diam.. Dengan rakusnya Arif mengisap-isap kedua puting payudaraku bergantian.. Oohh.. Sungguh.. Saat itu aku tidak mau permainan kami berakhir.. Dan walaupun aku sudah dua kali klimaks tetapi.. Aku tidak mau.. Permainan ini berakhir..

Akupun segera mengambil inisiatif. Aku minta agar posisi diubah.. Mas Toni terlentang diatas ranjang.. Sementara aku terlentang diatas tubuh Mas Toni, dan tetap batang kemaluan Mas Toni didalam anusku.. Dan Arif.. Telungkup diatas tubuhku dengan batang kemaluannya tertancap didalam vaginaku.. Oohh.. Nikmaatt..

Setiap gerakan yang mereka lakukan membuat tubuhku mengejang-ngejang menahan nikmat, apalagi tangan Mas Toni tak henti-hentinya meremas-remas payudaraku.. Ooh.. Aahh.. Ruaarr biassaa..

Lalu aku menekuk kedua lututku ke atas dan kedua kakiku segera merangkul pinggang Arif.. Nikmat sekali.. Apalagi Arif juga aktif menciumi bibirku, leherku dan seluruh wajahku dijilatinya, aku hanya bisa memejamkan mataku.. Menikmati kenikmatan yang tiada taranya ini, perlahan tapi pasti.. Arif mulai mempercepat gerakkannya, sementara pinggul Mas Toni pun tidak mau diam, dia menghentak-hentakkan pinggulnya ke atas sehingga batang kemaluannya keluar masuk lobang pantatku. Ooohh.. Enak sekali, hingga akhirnya.

“Aaggkk.. Aku.. Mau keluar.. Aku mau keluar” erang Arif.
“Saya juga.. Oohh.. Aaakk..” erang Mas Toni juga.

Gilaa.. Aku tidak mau.. Tidak mau permainan ini berakhir, aku pun menjadi egois sekali..

“Jangan.. Jangan dulu Mas.. Nanti aja.. Ohh” seruku dengan nafas memburu.
“Kenapa.. Nia.. Nggkk.. Kamu belum puas..?” bisik Mas Toni.
“Jangan dulu.. Mas.. Biar kuminum sperma kalian..” seruku.

Gilaa.. Akupun tidak sadar mengucapkan kata-kata itu.. Tapi jujur.. Aku kepingin sekali.. Karena belum 100% puas jika belum menelan sperma mereka.

Lalu akupun duduk ditepi ranjang sementara mereka berdua berdiri dengan masing-masing batang kemaluan mengarah ke bibirku.. Kukocok-kocok batang kemaluan mereka dengan kedua tanganku.. Sementara lidahku menjilati kesana-kemari.. Kuisap dan kukulum kedua batang kemaluan itu secara bergantian dan..

“Aaaggkk.. Nggkk.. Aarrgghhkk..” tiba-tiba terdengar suara erangan Mas Toni.

Aku segera membuka mulutku dan.. Crott.. Croott.. Keluarlah sperma Mas Toni yang segera masuk ke dalam mulutku.. Nikmatt.. Sekali.. Dan kujulurkan lidahku menjilati lobang kencing Mas Toni.. Aku tidak mau kehilangan setetespun sperma Mas Toni itu.

Beberapa detik kemudian Arif.. Dia mengerang panjang juga.. Walau mulutku masih penuh sperma Mas Toni.. Akupun siap menerima muncratan sperma Arif.. Kumasukan kepala batang kemaluan Arif itu ke dalam mulutku, dan.. Crot.. Crot tersemburlah sperma Arif didalam mulutku.. Ohh.. Banyak.. Sekali.. Sampai beberapa kali aku harus menelannya..

Akhirnya kami bertigapun rebah diatas ranjang.. Peluh membasahi tubuh kami..

“Nia.. Nia.. Tidak disangka.. Kamu luar biasa..” seru Mas Toni.
“Benar.. Kamu hebat Nia” tambah Arif, dan aku hanya tersenyum saja.
“Kalian juga aneh.. Tapi hebat” seruku.
“Tapi ada satu permintaanku Mas..” tambahku.
“Apa tuh Nia..” tanya Mas Toni.
“Aku mau kita komitment.. Hanya sebatas ini saja.. Oke?” seruku.
“Iya dong Nia.. Aku kan punya isteri.. Dan kamu juga.. Ada tunangan kamu” sahut Mas Toni.

Akupun tersenyum puas.. Dan tanpa sadar aku melirik ke jam didinding.. Gilaa.. Sudah jam 2 pagi. Dan benar.. Mas Toni benar-benar memegang komitmentnya, setelah kejadian itu dia tetap sopan kepadaku, dan tidak sekalipun dia menyinggung-nyinggung kejadian itu, dan aku.. Akupun demikian.. Nothing happened beetwen us..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Cerita Dewasa Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri

Apemtembem.com Cerita Dewasa Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri,

Cerita Dewasa Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri

Sejak Bapak meninggal tujuh tahun lalu dan Ibu meninggal enam tahun yang lalu, aku tinggal bersama kakak sulungku, Mbak Tasya. Rumah orang tuaku di Madiun terpaksa dijual. Uangnya kami bagi bertiga, Mbak Tasya, Mbak Mona, dan aku, Mila.

Rumah waris itu hanya laku Rp. 6,5 juta. Waktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rp. 2 juta, sisa Rp.500 ribu dimasukkan ke bank untuk memperbaiki makam kedua orang tua dan biaya keselamatan.

Ketika menerima uang waris Rp. 2 juta, aku sengaja menyimpan Rp. 1 juta sebagai deposito ke sebuah bank, sedangkan sisanya kubelikan sebuah TV. Sebab aku ingin punya TV sendiri dikamar tidurku.

Begitu lulus, aku pergi berduaan ke Sarangan bersama Doni, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aku memadu kasih dengan Doni. Entah bagaimana mulanya, setelah aku dicium dan diremas-remas payudaraku, aku seperti terhipnotis dan terbuai dengan segala rayuannya, sehingga aku menuruti saja ketika Doni mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aku tidak menolaknya.

Bahkan ketika di dalam kamar tidur, Doni mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yang benar-benar membuatku tak berdaya dan diam saja saat Doni mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, aku hanya bisa merasakan desah nafasku yang semakin tidak beraturan dan seluruh tubuhku benar-benar di luar kendaliku.

Saat tangan Doni semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif tubuhku, aku semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat,remasan-remasan yang luar biasa nikmatnya, hingga akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah penis Doni dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja.

Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karena aku benar-benar sangat menikmatinya saat penis Doni mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sehingga membuat liang vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa hangat saat tubuhku terhempas ke ranjang karena puncak orgasme yang kurasakan saat itu. Lemas, mataku berat, dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dada Doni kekasihku itu.

Noktah merah yang seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Doni, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aku ingat persis Doni kembali melakukan persetubuhan denganku hingga lebih dari tiga kali pada hari itu, aku benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.

“Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tidak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan”, kata Doni setelah berhasil mengambil keperawananku. Aku juga masih ingat persis ketika Doni memberiku uang Rp.10 ribu.

“Ini untuk beli jamu”, katanya singkat. Hampir saja aku melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Doni keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sehingga aku tidak bisa marah atas sikapnya tadi.

Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Doni tidak muncul-muncul. Hampir dua minggu aku menunggu, tak kelihatan juga batang hidungnya. Akhirnya aku memaksakan untuk datang ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aku, ketika ibunya bilang Doni sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aku dan Doni telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tidak bisa bersuara. Aku hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalam-dalam.

Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aku tidak mengalami menstruasi. Aku kalut, Beberapa macam pil yang disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aku tetap terlambat datang bulan. Aku makin kalut. Apalagi aku harus hengkang dari rumah, karena rumah kami sudah laku dijual. Aku harus ke Surabaya, tidak ada jalan lain.

Bulan kedua aku lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Tasya, kakak sulungku. Di rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Sancaka, dan anak tunggalnya Sarma, yang masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, yang hingga kini masih hidup membujang.

Sebulan dirumah Mbak Tasya, aku sudah tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Ketika Mbak Tasya tidur aku mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Sancaka, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.

“Besok kamu ikut aku. Kita harus menggugurkan anak haram itu”, kata Mas Sancaka, “Dan Mbak Tasya tidak perlu tahu musibah ini”, tambahnya. “Kamu masih punya uang simpanan?”, katanya.
“Satu juta”, jawabku singkat.
“Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aku yang tanggung”, kata Mas Sancaka.

Keesokan pagi harinya aku dibawa ke dokter yang ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yang tidak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan. “Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta”, kata dokter yang merawatku kepada Mas Sancaka.

Aku memandangi Mas Sancaka untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam. “Ya, Dok. Ini kami membawa uang Rp. 1 juta, nanti saya akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya”, kata Mas Sancaka kepada dokter yang akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aku dibantu kakak iparku. Dibenakku aku punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi ‘orang’.

Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalam waktu sepuluh menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku bangun, aku telah berada di ruangan yang sama sekali tidak aku kenal. Ada seorang perawat disini. “Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng”, kata perawat itu yang kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti tubuhku dengan baju putih.

Tak lama kemudian Mas Sancaka datang dan membawa buah-buahan untukku. Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.

“Sus, meski kami menggugurkan kandungannya, tetapi kami ingin tetap menikah. Kami hanya merasa belum siap saja. Saya ingin Mila menjadi istri kedua”, kata Mas Sancaka kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aku pura-pura jadi WIL-nya.

Sehari kemudian aku pulang. Tetapi aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Tasya oleh Mas Sancaka, Aku justru dibawanya kesebuah hotel. “Kenapa disini, Mas?” tanyaku.

“Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Sancaka sudah bilang ke Mbak Tasya, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara”, katanya. Aku mengikuti saja sarannya tersebut.

Hari-hari pertama Mas Sancaka bersikap sopan kepadaku, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Sancaka mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah tubuhku, Mas Sancaka secara mengejutkan memintaku untuk memegang ‘senjatanya’.

“Aku nggak kuat, Mila. Tolong kamu pegang-pegang penisku sampai ‘keluar’, agar kepalaku tidak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aku tidak melakukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kami melakukannya setiap hari”, begitu kata Mas Sancaka beralasan kepadaku.

Ingin rasanya aku menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Sancaka telah begitu berbaik hati kepadaku. Kupikir tidak ada salahnya aku melakukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Sancaku kepadaku selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aku melakukan apa yang dimintanya,

Kulihat penis Mas Sancaka masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aku mulai mengusap-usap batang penis Mas Sancaka secara lembut. Sedikit demi sedikit aku mulai melihat reaksinya, Penis Mas Sancaka sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan penisnya yang bergerak-gerak hingga akhirnya tidak bisa bergerak lagi, karena seluruh batang penisnya telah tegang dengan sangat kerasnya.

Mas Sancaka kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aku semakin berani untuk memain-mainkan penisnya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aku mulai mengocok-ngocok penis Mas Sancaka secara turun naik, kulihat tubuh Mas Sancaka kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Mas Sancaka tiba-tiba mengejang, penisnya terasa panas sekali, kulihat kepala penisnya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.

Tiba-tiba Mas Sancaka memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yang amat luar biasa, tidak lebih dalam hitungan dua detik, tiba-tiba aku melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari batang penisnya Mas Sancaka, cairan spermanya muncrat banyak sekali seiring dengan itu tubuhnya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya spermanya habis,

Tubuhnya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Sancaka tersenyum puas. Perlahan-lahan aku membersihkan tubuh Mas Sancaka yang belepotan spermanya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat tubuh Mas Sancaka, hingga akhirnya Mas Sancaka tertidur di ranjangku.

Di hari kedua aku benar-benar tidak mampu menolak permintaannya, saat aku sedang mandi tiba-tiba pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Sancaka, ketika kubukakan, tiba-tiba Mas Sancaka menerkamku dengan buasnya. “Kalau kamu tidak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Tasya”, ancamnya.

Maka, aku tidak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aku harus melayani Mas Sancaka ronde demi ronde. Sejak saat itu aku semakin tidak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Sancaka untuk mencicipi kehangatan tubuhku yang masih sintal, dan rapatnya liang vaginaku, karena aku memang belum pernah melahirkan.

Perbuatannya ini tidak hanya dilakukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilakukan di rumah Mbak Tasya, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Sancaka selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karena aku takut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Sancaka mengetuk pintuku maka aku setiap tidur tidak pernah mengunci kamar tidurku.

Yang membuatku semakin tertekan adalah tiba-tiba pada suatu hari tubuhku serasa terindih sesuatu, ketika aku membuka mataku alangkah kagetnya aku, karena yang menindih tubuhku adalah Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, aku ingin berteriak, tetapi Mas Sudrajat menutup mulutku sambil mengancamku. “Awas, kamu tidak perlu berteriak, Jika tidak saya akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Sancaka kepada Mbak Tasya. Aku telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melakukannya kepadaku juga”, ancamnya.

Sejak saat itu aku menilai Mas Sudrajat sama bejatnya dengan Mas Sancaka. Hingga mulai saat itu hampir setiap hari aku melayani dua pria. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aku melayani Mas Sudrajat, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aku harus kembali bergumul dengan Mas Sancaka. Tubuhku benar-benar sebagai pelampiasan nafsu kedua saudara-saudara iparku.

Bahkan menurutku Mas Sudrajat adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kami kepada Mas Suwono yang tinggal di jakarta. Ketika suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Tasya berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tidak tidak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Sudrajat untuk kembali merasakan kehangatan tubuhku.

malah pernah suatu kali ketiganya tiba-tiba berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaku, hingga aku pernah pingsan menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yang menggilir aku secara bergantian. Hingga akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yang luar biasa, aku knock out alias KO!

Lebih celaka lagi ketika suatu saat Mbak Tasya pada siang hari datang ke kamarku dan menemukan celana dalam suaminya ada di kamarku. Aku sangat yakin Mbak Tasya mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Tasya hanya diam saja. Dia hanya melemparkan celana dalam suaminya itu kewajahku.

Dan, sejak itulah Mbak Tasya jarang mengajakku bicara. Ketika kuceritakan kejadian ini kepada Mas Sancaka, Diluar dugaan di berkata, “Mila, Mbak Tasya sudah tidak kuat lagi melayani nafsuku, pernah kusampaikan aku punya pacar seorang janda muda, dia diam-diam saja”, kata Mas Sancaka.

Aku tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Tasya. Tetapi siapa yang menaruh rasa belas kasihan kepadaku? Aku telah melayani nafsu biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aku lari minggat dari rumah Mbak Tasya, Tetapi kemana aku harus menetap? aku tidak ingin menjadi seorang Wanita Tuna Susila, dan aku sudah tidak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aku minggat.

Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan hingga sampai ini aku masih harus tetap melayani nafsu binatang ketiga lelaki iparku.

Cerita Dewasa Sex Hangat Nya Tubuh Bu Guru Sasha

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Hangat Nya Tubuh Bu Guru Sasha,

Cerita Dewasa Sex Hangat Nya Tubuh Bu Guru Sasha

Saat itu sedang liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.

Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Sasha ( saya memanggilnya Sasha ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu sasha usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.

Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak.

Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Sasha dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.

Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Sasha sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.

Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Sasha minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.

Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Sasha. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.

Tanpa sadar Sasha saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.

Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Sasha basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Sasha minta aku meminjamkan jaketku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Sasha dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Sasha. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

“Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.
“Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Sasha.
Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Sasha. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman
” Maaf Sasha ?”
“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.

Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Sasha merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.

Aneh bin ajaib, Sasha tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Sasha. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Sasha
” Maaf Sasha ? ” Jawabku.

” Tidak apa-apa Anton, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.

Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Sasha yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku.

Kami masih berciuman, tangan Sasha melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Sasha, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.

Sasha sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Sasha meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?

” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.
” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.
” Biasa main dimana ?” tanyanya
“Ada apa sayang?” tanyaku kembali.

” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Sasha meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.

Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”
” Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Sasha tampak anggun dan cantik sekali.

Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Sasha minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.

Aku menuruti permintaan Sasha. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Sasha bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Sasha meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya.

Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.

Sasha minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Sasha layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan.

Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Sasha hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Sasha dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.

Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Sasha minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar.

Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Sasha menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.

Di atas batu yang ceper nan besar, Sasha membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Sasha merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Sasha minta agar aku jangan ejakulasi dulu,

“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.

Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Sasha mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Sasha.

“Jahat kamu ?!” kata Sasha seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Anton, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.

Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi.

Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Sasha menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Sasha tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Sasha tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Sasha selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.

” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra
” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.

Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Sasha. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Sasha sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.

Ketika sampai di rumah Sasha, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.

Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Sasha guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.

Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Sasha minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Sasha malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Sasha. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.

Sasha memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Sasha. Cincin Sasha hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Sasha berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Sasha akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.

Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Sasha Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Sasha tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banyak itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.

“Aku rindu kamu Anton kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Sasha lirih dan pelan sambil memelukku.

Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Sasha. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Sasha”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.

Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Sasha Maharani, persis nama Sasha. Ku kabari Sasha dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Anton, cuma Anton berbeda usia tiga tahun dengan Sasha putriku.

Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Sasha masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.

Cerita Dewasa Sex Nikmatya Memek Sempit Pembantu Ku

apemtembem – Cerita Dewasa Sex Nikmatya Memek Sempit Pembantu Ku,

Cerita Dewasa Sex Nikmatya Memek Sempit Pembantu Ku

Cerita dewasa ngentot dengan pembantu ini, di mulai ketika aku mengalami kesusahan ketika menerima tamu di apartement baruku, dan melihat hal ini akhirnya aku meminta bantuan seorang cewek yang kebetulan sudah aku kenal lama untuk mencarikan pembantu. Namun yang di tugaskan mencarikan pembantu malah menawarkan dirinya untuk menjadi pembantu di apartementku tersebut dan tanpa pikir panjang aku terima saja di sebagai pembantu apertement tersebut.

Dari sinilah di mulai cerita dewasa tersebut ketika suatu siang aku hendak mengecek persiapan untuk menjamu teman-temanku di apertement aku mendengar suara aneh seperti seorang wanita yang sedang masturbasi, dan ternyata suara itu adalah Laili Anita pembantuku anak desa tersebut, dan berikut cerita panas lengkapnya:

Kira-kira empat bulan lalu, aku pindah dari rumah kontrakanku ke rumah yang aku beli. Rumah yang baru ini hanya beda dua blok dari rumah kontrakanku. Selain rumah aku pun mampu membeli sebuah apartemen yang juga masih di lingkungan aku tinggal, dari rumahku sekarang jaraknya 3 km. Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu rumah tangga, sebut saja Laili Anita/nita.

Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku atau istriku belanja, NIta-lah yang melayani kami. Dia seorang gadis desa, kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda oleh para supir dan pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya. Inilah yang kualami dari 3 bulan lalu sampai saat ini.

Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan NIta dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku.

“NIta, bisa tolong saya cariin pembantu…”
“Untuk di rumah Bapak…?”
“Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”
“Wah gede tuh Pak, yach nanti NIta cariin… kabarnya minggu depan ya Pak.”
“Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu…”
“Wah.. banyak amat Pak, makasih deh..”

Kutinggal NIta setelah kuberi 500 ribu untuk mencarikan pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani tamu-tamuku.

Dua hari kemudian, mobilku dicegat NIta ketika melintas di depan rumah majikannya.

“Malam Pak…”
“Gimana NIta, sudah dapat apa belum temen kamu?”
“Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.”
“Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.”
“Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”
“Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.”
“Ok… Pak.”

Keesokan pagi kujemput NIta di ujung jalan dan kuantarkan ke apartemenku. Begitu sampai NIta terlihat bingung karena istriku tidak mengetahui atas keberadaan apartemenku.

“Tugas saya apa Pak…?”

“Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena temen-temen saya mau main ke sini.”
“Baik Pak…”

Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan NIta, aku senang karena kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada NIta yang membantuku di apartemen.

Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku khawatir atas diri NIta kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang. NIta sedang mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang membersihkan selangkangannya dengan sabun.

Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini NIta menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Dewasa Bercumbu di Saat Nonton Bioskop

Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, NIta yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati NIta yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. NIta yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak…” Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya NIta melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas.

“Ahhh.. ahhh.. . jangan.. Pak…”
“Tenang sayang.. nanti juga enak…”

Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat NIta mengalah dan NIta pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, NIta pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh… enak.. Pak.. argh…” Tubuh NIta kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. NIta makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkkhh… akhh… terus.. Pak… enak… terus…” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.

Aku pun kagum karena NIta merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh… aakkkhh…” Aku makin kagum pada NIta yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina NIta yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina NIta. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina NIta diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina NIta yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. NIta pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.

“Auwwwhhh… aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…”
“NIta… vaginamu sedap sekali… kalau begini… setiap malam aku pingin begini terus…”
“Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak… oohhh…”

NIta makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina NIta kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina NIta, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.

“Ooohhh… ough… arghhh… sshh.. Pak, NIta… keluar.. nihhh… aahhh… sshh…”
“Yar… cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang… boleh.. saya masukin sekarang… batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang…”
“Hmmm… boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu…”

NIta pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.

“Ohhh… NIta.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya… saya jadi makin suka nih…”
“Mmmmhh… mhhh.. Pak.. perih.. Pak… sakit…”
“Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya…”

Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina NIta yang masih perawan dan NIta pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina NIta walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina NIta sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina NIta membuatku makin cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina NIta.

“NIta, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu…”
“Iya.. Pak, tapi masih perih Pak…”
“Sabar ya sayang…”

Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina NIta yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5 cm, wajar saja kalau NIta menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek NIta.. aahh…” NIta yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Sebuah Peristiwa Dalam Keluarga Ayah

Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana NIta hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka NIta yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, NIta pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh… mmmhhh… Pak.. batangnya nikmat sekali, NIta jadi.. mmauu… tiap malam seperti ini.. aaakh… aakkhh.. Paaakkhh.. NIta keeluuaarrr.. nniihh…”

Akhirnya bobol juga pertahanan NIta setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan NIta, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.

Vagina NIta makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohhh… ohhh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…” Yarmi tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan NIta untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhhh… aakkhh… Pak… Pakkhh… nikmattthhh…”

Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina NIta dan muncrat ke rahim NIta, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah NIta yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina NIta dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh NIta dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.

Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh NIta yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, NIta layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering NIta bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku.

“Pak.. NIta puas deh… batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek NIta, NIta jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim NIta… kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama NIta…?”

“Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina NIta yang masih rapat.. terus terang… baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang… makanya saya mau NIta siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya… gimana..?”

“Saya mah terserah Bapak aja.”
“Sekarang saya pulang dulu yach.. NIta… besok aku ke sini lagi…”
“Oke… Pak.. janji yach… vagina NIta maunya tiap hari nich disodok punya Bapak…”
“Oke.. sayang…”

Kukecup pipi dan bibir NIta, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat NIta terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh NIta pembantuku yang juga istri keduaku, hal ini sudah kunikmati dari tiga bulan yang lalu dan aku tidak tahu akan berakhir sampai kapan, tapi aku lebih senang kalau pulang ke pangkuan NIta.

Cerita Dewasa Sex Sasha Sih Binal Suka Ngentot

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Sasha Sih Binal Suka Ngentot,

Cerita Dewasa Sex Sasha Sih Binal Suka Ngentot

Aku Sasha, cerita ini terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2 apartmen yang letaknya saling berhadapan di lantai yang sama. Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi.
Om sering berkunjung ke apartmen baik untuk urusan pekerjaan maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari tante, yang telah menikah lagi dengan orang lain, sedang om masih sendiri sejak perpisahannya dengan tante. Om ku ganteng, walaupun umurnyaa sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih muda dari ayahku.

Badannya tegap atletis, mungkin karena dia masih rajin melakukan fitness seminggu sekali, jogging ampir tiap hari dan juga renang seminggu sekali.

Diam-diam aku mengagumi om, kelihatannya macho sekali deh. ketika ortu dan adikku harus keluar kota untuk melihat adik mamaku yang sedang sakit. Aku tidak ikut karena hari ini om akan datang untuk mengambil pesanannya yang dititipkan lewat mama. Aku senang juga karena bisa berduaan aja ama om tanpa ada orang lain diapartment yang mengganggu.

“Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om.

“Kok seneng banget kelihatannya”.

“Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.

“Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.

“Om jalan yuk”, kataku.

“Mau kemana”, tanya om.

“Ke mall yuk”.

“Mau nyari apa?”

“Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”.

“Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.

“Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.

Segera aku menghilang kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau, rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar apartment. Dengan manjanya aku memeluk tangan om. Sampe malem aku bener2 have fun bersama om, kami cari makan, dan setelah makan om ngajak aku nonton film.

“Kamuu nakal banget sih, Lihat uth toket kamu nempel2 ditangan om. malah gede banget lagi”, kata om mengelus pipiku.

“iyahh, biarin aja sih. namanya juga pengen”.

“pengenn apa ?”, jawabku.

“Ntaran aja ntar tunggu udah sampe apart aja”. Kataku sambil mengigit manja tangan omku

“Ahh kamu ini nggak2 aja”.

“ayuk pulang”.

Kami menuju ke tempat parkir dan langsung kembali ke apartment. Sesampe di apartment aku segera tuker dengan pakean rumah lagi. aku kalo dirumah Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat sepinggang dan celana pendek yang juga ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku bodiku yang Memang mengundang selera lelaki yang melihatnya.

“Kamu beneran mo om temenin”.

“Kalo om gak keberatan”.

“Yasudah, tapi om mau mandi dulu yah…”.

“okeedeh om, Akutungguin yah..”.

Aku naik keranjang tidurku sambil nonton tv, lalu om pergi kekamar mandi. sekitaran 20menitan kulihat om sudah selesai mandi lalu pakaian

Si om masuk ke kamarku, ketika masuk kamar hanya memakai celana pendek besar dan kaos. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena penisnya kelihatan jelas tercetak di celananya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia napsu ngeliat bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya.

“Din kamu seksi sekali. toket kamu besar juga ya, pasti sering diremesin makanya gede”.

“Ihh om nakal banget”.

“Abisnya kamu seksi banget, Pasti yang jadi pacar kamu puas banget remesin toket kamu terus”. kata om

“iyah sekali2 kalau Sasha lagi sange berat om”. Om cuma tersenyum,

“Ohh, Sekarang mau nggak kalau om remesin? Kelihatannya kamu lagi sange nih”.

“Yaah, om mah gatel. Toket kecil gini mau diremes juga”.

“Iyah dong, Keponakan om sendiri masa ngga boleh sih”

“he he”, aku hanya tertawa. “Kamu sering yah ngesex?”.

“Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.

“Liar kali kamu sha, buat om geregetan”, kata om sambil merangkul pundakku.

Aku merinding ketika om menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku.

Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan nafsu yang membara. Segera dia mencium bibirku, aku menyambutnya.

Lidah kami saling melilit dan kemudian dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian ganti aku yang menjulurkan lidahku ke mulutnya.

“Sasha? Om boleh kan ngeremes toket kamu? Kaayaknya enak banget nih”. Pentilku yang dah mulai mengeras dipilin2 dari luar tanktopku.

“untuk tubuh kecil gini, toket kamu gede banget sha, kenceng lagi, om kasih kenikmatan kamu mau kan?”, katanya perlahan sambil mencium toket ku yang montok. “.

Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku yang harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.

“Om…Aaah”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.

Nafsu ini sangat membara aku jadi pengen dientot cepat, Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang kencang itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama.

Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.

Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Celana pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku.

“Din, jembut kamu lebat banget ya, pantes kamu napsunya besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir memekku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.

Disingkapkan semua pakaianku tanpa sisa. Aku terkejut melihat penisnya yang begitu besar dan panjang dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat penisnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo penis besar itu menggesek keluar masuk memeku. Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. Kepala penis digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.

“Ah… hhh… hhh… ah…” penisnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku

“Haaahh…aaahh….Ennnakk bangett,” dia tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku,

“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.

Gesekan-gesekan maju-mundurnya penisnya di jepitan toketku semakin cepat. penisnya semakin tegang dan keras.

“Enak sekali, sayang”, erangnya tak tertahankan.

Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku.

Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak. Dia pun mengambil posisi agar penisnya dapat mencapai memekku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang penis, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala penisnya bergerak menyusuri jembut menuju memekku. Digesek-gesekkan kepala penis ke sekeliling bibir memekku. Terasa geli dan nikmat. Kepala penis digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut memekku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan penisnya sambil terus memasuki memekku.

Kini seluruh kepala penisnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut memekku. Sementara dinding mulut memekku terasa semakin basah. Perlahan-lahan penisnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh penis yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan penisnya ke dalam memekku. Terbenam sudah seluruh penisnya di dalam memekku. Sekujur penis sekarang dijepit. Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk penisnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam memekku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh penis terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya.

Dia terus memasuk-keluarkan penisnya ke lobang memekku. Alis mataku terangkat naik setiap kali penisnya menusuk masuk memekku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan,

“Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia terus mengocok perlahan-lahan memekku. 10 menitan sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit.

Kembali ditariknya penisnya. Namun tidak seluruhnya, kepala penis masih dibiarkannya tertanam dalam memekku .

“Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh penisnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit.

Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk penisnya pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis,

“Sha?? memekmu enak banget, om sampe kelojotan” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.

Penis dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi penisnya kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan penisnya dan kulit toketku.

“Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan,
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.

Dia mempercepat maju-mundurnya penisnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar penisnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala penisnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher penis yang berwarna coklat tua dan helm penis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan penisnya pada toketku. Tiga menit sudah kocokan hebat penisnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan penis di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.

“tubuhmu enak banget sha” dia bergumam.

“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.

“Gak apa kalo om ngecret didalem Sha”, jawabnya.

“Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret didalem kok om. Tapi belum dientot juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.

“Ini baru ronde pertama Sha, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.

“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku.

“Engh…” aku menggeliatkan badanku.

Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. penisnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. penisnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya.

“Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya.

Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.

“Ah… ah… om…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.

Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.

“Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.

Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya.

“Ah…om… terus… hzzz…ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap penisnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. penisnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan penisnya secara berirama.

“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.

“Sasha.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? penis om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… penis om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.

“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.

Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku.
“Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… penis om … besar sekali… kuat sekali…”

“Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.

Sementara tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan…satu… dua… tiga! penisnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara penisnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

“Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan penisnya tertanam seluruhnya di dalam memekkutanpa bergerak sedikit pun.

“Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.

Dia pun mulai menggerakkan penisnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian penisnya yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya.

“Bagaimana sayang, sakit?” tanyaku.

“Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… penis om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan penisnya perlahan-lahan.

ngan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penisnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat. Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga agar penisnya tidak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok.

sambil mempertahankan gerakan penisnya maju-mundur perlahan di memekku. sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan penis perlahan di memekku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama.

Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

“Ah…om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar penisnya di memekkku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat…Terus om, terus… ”

Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk penisnya di memekku. Terus dan terus. Seluruh bagian penispenisnya diremas-remas dengan cepatnya oleh memekku. Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

“Sssh… sssh… Sayanggenak sekali… enak sekali mememkmu enak sekali nonokmu…”

“Ya om, aku juga enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk penisnya pada memekku.

“Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Sementara itu memekku. berdenyut dengan hebatnya.

“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba penisnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya.

Di dalam memekku, penisnya disemprot oleh cairan yang keluar dari memmekku, dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:

“…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya.

Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam penisnya. Cret! Cret! Cret! penisnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam memekku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dientot om.

Cerita Dewasa Sex Tante Maria Mesum Haus Kenikmatan

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Tante Maria Mesum Haus Kenikmatan ,

Namaku Bambang umurku sekarang 22tahun aku baru saja masuk kuliah menginjak semester I di kulihaanku aku termasuk orang yang bergaya diatas standart sih hehe^^.. Dikulihannku aku selalu dipandang oleh kakak kelasku, Karna Wajahku tampan, putih, tinggi dan bodyku proposional siapa yang melihatku tak berkedip. dan dikulihaanku terkenal juga banyak tante girangnya hihi

Cerita Dewasa Sex Tante Maria Mesum Haus Kenikmatan

Salah satu temen kelasku namanya Dita. Dia seorang gadis cantik dan model. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta. Dia mempuyai tubuh yang idel dan semok, Payudaranya padat dan sintal, pahanya mulus, pantatnya bulat padat sekalii. Siapa juga yang gak tertarik padanya terlebih dia sering memakai baju yang tipis dan ketat dan celana jeans sepangkal paha.

Aku sering sekali bermain dirumahnya dan bertemu dengan mamanya. Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah. Mamanya pun baik sekali padaku menganggap seperti anak sendiri, pada suatu hari aku datang kerumahnya dan kondisi hanya mamanya yang ada dirumah Karena Dita belum pulang dari rumah kakeknya dikampung. Jadi aku disuruh masuk dan nyantai diruang tamu

Kemudian Tante Maria tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain. Agak rikuh aku dibuatnya. Terlebih Tante Maria duduk sambil menumpangkan kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan pahanya yang putih mulus.

“Ohiyah Tante sendirian aja dirumah sebesar ini?” tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku.

“Iyah Mbang, tante cuman tinggal ber4 dirumah. Kebeneran Pembantu tante lagi pulang kampung semua” jawabnya.

“Oh begitu, Maaf nih tan Bambang mau nanya? Tante Single Parent ya?” tanyaku menatapnya

“Ehmm Iyah Mbang tante udah 2 tahun ditinggal Suami.” katanya agak murung

“Tante semakin lama semakin cantik aja yah” kataku memuji agar dia tidak cemberut lagi

“Cantik ya?” tanyanya

“Cantik dong tante..” jawabku lagi.

Waduh, Tante Maria semakin menjadi. pahanya dibukanya agak lebar dan roknya terbuka sedikit sampai CDnya kelihatan.
“Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?”.
Sambil berkata, Tante Maria mulai berpindah ke bangkuku dan tangannya ditimpah dipahaku.

“Ahh belum lah.. Aku masih perjaka tingting tan hihi” jawabku tersenyum kepada tante.

Jujur saja, sebenarnya akupun sudah mulai terangsang, ditambah lagi toketnya menempel ditanganku membuatku semakin terasa ngaceng.

“Tantee mau minta sesuatu nih sama kamu, Tapi kamu harus nurutin?” tanyanya sambil tangannya kembali merabai pahaku, dan kemudian secara perlahan mengusap-usap penisku dari balik celana.

“Apa itu tan?” tanyaku sambil menghadap kewajahnya sangat dekat dengan mata tante yang berbinar2

“Tante kan udah lama nih nggak berhubungan intim, Dan belakangan ini tante pengen banget tau.. bantuin tante ya sayang” katanya dengan nada lembut mengharapkan lalu mengecup bibirku dengan lembut sekali

“Tantee yakin minta bersetubuh denganku?” tanyaku

“Iyah kenapa nggak sayang? Tante yakin kami pasti bakal ketagihann” katanya Tangannya kemudian beralih ke pahaku dan kembali diusap dan diremasnya perlahan.

Tante pun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi aku menolak tante Maria. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun. sambil tangannya mulai membuka retsleting celanaku.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Rupanya Ibuku Pun Senang Kusetubuhi

“Ayo, tante pengen merasakan batang brondongg” dengan rakus melumat bibirku.

Tante Maria pun kemudian membuka celanaku beserta celana dalamnya sekaligus.

“Hmm.. Besar juga ya punyamu. Tante suka kontol besar anak muda begini”.

Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian Tante Maria merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah berahi.

“Ah.. Tante..Aahhs hangett bangett” desahku menahan nikmat, ketika mulut Tante Maria mulai menghisap dan menjilati penisku.

Tangan Tante Maria pun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku dipermainkannya, kembali tante Sonya bangkit dan menciumiku.

“Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang..” bisiknya.

Nafsu berahi telah menguasai diriku. Kamipun beranjak menuju kamar tidur Tante Maria. Sesampainya aku di kamar, Tante Maria kembali menciumiku. Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di payudaranya yang membusung.

“Ayo sayang.. Kamu remas ya” pintanya

Kuremas payudara Tante Maria. Tante Maria pun terdengar mengerang nikmat.

Payudara Tante Maria yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga payudara kenyal itupun seolah meloncat keluar.

“Bambang khan sayang.. Ayo kamu hisap ya..” katanya

Tangan Tante Maria merengkuh kepalaku dan didorong ke arah dadanya. Tangannya yang satunya lagi meremas payudaranya sendiri dan menyorongkannya ke arah wajahku.

“Ah.. Enak.. aahh eennakk sshh gila hisap sayang ahhss” desah Tante Maria ketika aku mulai menghisap payudaranya.

“Jilati putingnya yang..” pintanya lagi. akupun menjilati puting payudara Tante Maria yang telah mengeras.

Kemudian aku kembali menghisap sepasang payudaranya bergantian. Setelah puas aku hisapi payudaranya, Tante Maria kemudian mengangkat kepalaku dan kembali menciumiku.

“Sekarang kamu buka rok tante ya”

Tante Maria merengkuh tanganku dan diletakkannya di pantatnya yang padat.
Kuremas pantatnya, lalu kubuka retsleting rok mininya. Aku terbelalak melihat Tante Maria ternyata menggunakan celana dalam yang sangat mini. Seksi sekali pemandangan saat itu. Tubuh Tante Maria yang padat dengan payudara yang membusung indah, ditambah dengan sepatu hak tinggi yang masih dikenakannya.

Kembali Tante Maria mencium bibirku. Lantas ditekannya bahuku, membuatku berlutut di depannya. Tangan Tante Maria lalu menyibakkan celana dalamnya sehingga vaginanya yang berbulu halus dan tercukur rapi nampak jelas di depanku.

“jilatinn memek tante ya sayang, pennngen nihh aahh.” perintahnya sambil mendorong kepalaku perlahan.

“Oh..my god.. Sshh shhh ennakk aahhh ahhh sshhh” erang Tante Maria ketika mulutku mulai menciumi vaginanya.

Kujilati juga vagina yang berbau harum itu, dan kugigit-gigit perlahan bibir vaginanya.

“Ahh..iyah sayang..aahh ahhh gilaa ahhh shhh eennak” desahnya.

Tante Maria lantas melepaskan celana dalamnya, sehingga akupun lebih bebas memberikan kenikmatan padanya.

“Jilat di sini sayang..”Tante Maria sambil tangannya mengusap klitorisnya.

Kujilati klitoris Tante Maria. Desahan Tante Maria semakin menjadi-jadi dan tubuhnya meliuk-liuk sambil tangannya mendekap erat kepalaku. Beberapa saat kemudian, tubuh Tante Maria pun mengejang.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Layaknya Bulan Madu Berduaan Di Hotel

“Aahh aahh yeess..aahh Gilla aahh ahhh ennnak Teruuss.” jeritnya.

Liang vaginanya tampak semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kusedot habis cairan memek nya sambil sesekali kuciumi paha mulus Tante Maria.

Payudara Tante Maria yang membusung kenyal, Sementara mulutku sibuk menghisap dan menjilati puting payudara Tante Maria, tangannya menuntun tanganku ke vaginanya. Akupun mengerti apa yang ia mau. Tanganku mulai mengusap-usap vagina dan klitorisnya.

Tante Maria kembali mengerang ketika nafsu berahinya bangkit kembali. Ditariknya wajahku dari payudaranya dan kembali diciuminya bibirku dengan ganas. Selanjutnya, tante Sonya menindih tubuh atletisku. Dijilatinya dada bidangku dan kedua putingnya dan kemudian perut sixpackku pun tak lupa diciuminya.

Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya. Tak lama kemudian, kepala tante Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku.

“Masukin sekarang yah sayang, tante udha nggak tahan lagi pengenn ngentott” ktanya memasang muka sangee berat

Sambil berkata begitu, Tante Maria menaiki tubuhku. Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya. Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang memek Tante Maria.

“Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka tongkolmu.. Enak..” desah Tante Maria sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku.

“Aahh aahh aahh ekehh aahh Eekkhh Kimochii Ohh ooohh” begitu suara yang terdengar dari mulut Tante Maria. Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku.

“Tante suka.. Ahh.. Ngentotin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..” rancaunya

Tante Maria terus meracau sambil menikmati tubuhku. Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang berirama. Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan Tante Maria semakin menjadi-jadi.

“Enak.. Ahh.. Ayo terus.. entotin tante.. Ahahh ahhh good ahhh ennnakk KONTOLL ENNNAKK.. Ahh..” rancaunya tak beraturan lagi

Tak lama tubuh Tante Maria pun kembali mengejang. Dengan lenguhan yang panjang, Tante Maria mengalami orgasme yang kedua kalinya. Tubuh Tante Maria kemudian rubuh di atasku. Karena aku belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran. Kubalikkan tubuh Tante Maria, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya. Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.

“Oohh Oohh tanntee Ennak banget Akuuu mauu cortt Tantee” erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan.

“Keluarin di mulut memek tantee sayanggg” katanya sambil mengimbangi pompaan kontolku

aku mengenjot kuat2 memek Tante Maria sampai akhirnya kubenamkan didalam rahim memek tante. kusemprotkan maniku semua didalam memeknya yang lecin

“Ahh.. Tante.. ennakk” jeritku

“Enak Sayang?” tanyanya sambil tersenyum genit.

“Enak tante… memang tante sering ya beginian”

“Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja..”

“Oh.. Tante sukanya anak muda ya..”

“Iya sayangg..” jawab Tante Maria genit.

https://apemtembem.com/

Cerita Dewasa Sex Kudapat Kenikmatan Bersama ABG Binal

apemtembem – Cerita Dewasa Sex Kudapat Kenikmatan Bersama ABG Binal

Cerita Dewasa Sex Kudapat Kenikmatan Bersama ABG Binal

Pekernalkan Namaku Putra Aku berkerja diprusahan PLN(Perusahan Listrik Negara) Aku menjabat sebagai Pengurusan Sistem Tenaga Kerja Perusahaan. Aku berumur25 tahun sekarang masih cukup muda sih, Tapi aku kemana-mana selalu bersama Skertaris Cantik Dan Montok yang selalu membantu urusan perusahann sampai suatu hari aku terbawa oleh suasana dan terjadilah!

“Selamat Pagi Pak Putra?” sapa Anjani padaku.

“Iyah Pagi Jani, Ada Apa yah?” aku balik bertanya.

“Ini pak saya mau mengantarkan Laporan tentang Kondisi mesin mesin Pabrik”

“Ooh Iyah makasih yah Jani” Jawabku singkat.
Tapi Anjani tidak beranjak dari kantorku tapi malah menatapku tajam dan tersenyum sedikit membuat ku menoleh kehadapannya lalu aku memandangi dari kaki sampai ke kepalanya dia begitu cantik dan sexy hari ini membuatku tertarik

“Loh? Kamu kok ngelihatin saya gitu sih? hehe”tanyaku

“Nggak kok pak, Bapak terlihat gagah sekali, apalagi kalau Itunya bapak lagi bangun hihi” ledeknya

“Eeh..hh Maafin saya Anjani” aku sangat malu ketika kejantananku terlihat tegang oleh skertarisku karena tadi aku sempat melihat video porno karena bosan dikantor

“Iyah tidak masalah pak, Itu sudah biasa kok” senyumnya

“Sudah biasa gimaanaa? Emang kamu sering ngelihatin beginian?” tanyaku

“Nggak sih pak, cuman kan masa sama Skertaris Sendiri harus malu?”godanya semakin liar

“Ehm..m Emang kamu nggak risih apa kalo Adik saya lagi ngacung?”tanyaku

“Sudah tidak gakperlu ditutup pak,”

Lalu kusingkirkan berkas yang menutupi kejantannaku terlihatlah begitu gagah dan besarnya kejantananku kutaruh posisi menyamping Anjani tidak berhenti melirik batangku aku tau apa yang diinginkan dia. Lalu aku berdiri dan mengatakan..

“Kamu Kelihatannya Sangat Tertarik Dengan punya saya iyah Sayang?”Godaku

“Ehhmm”dia tersenyum manis memacang wajah menantangku

aku beranjak kepintu dan menguncinya lalu kubuka kemejaku terlihatlah tubuhku yang atletis dan berotot membuat dia semakin luluh padaku “Ayoo kita mulaii.” Dia hanya menurut dan mengikutiku

Aku peluk Anjani dan mencium bibirnya lembut
Anjani tak melawan.. hanya pasrah.. tapi dia ikut melumat bibirku juga.

Tanganku tidak tinggal diam begitu saja.. kuraba ke bawah lalu meremas kuat bongkahan pantat yang bulat dan penuh semakin membuatku kian terangsang.

Kukeluarkan Kontolkuu yang sudah tegang dan kutemepelkan pada perut Anjani.

Kulepaskan baju kemejanya dan branya kuremas remas kuat payudara besar berukuran 36B kencang dan sintal itu dia meringgis kesakitan

Setiap remasan yang aku lakukan Anjani mengerang di sela ciumanku.. dan itu membuatku semakin bergairah.
Tanpa kusadari Kontolku sudah berada dibawah selakangkannya dan Anjani memaju mundurkan pantatnya sehingga tergeseknya kontolku dan mememeknya yang masih dibalut oleh CD

Aku menghentikan ciumanku dan menjalar kelehernya, tapi aku mengatakan
“Nggak papa kalau kita sampai begini?”Tanyaku

“Nggak papa kok mas, lagian aku juga mau kok” kata Anjani mengelus kontolku

Tangannku mulai memainkan puting toketnya yang masih merah kecoklatan yang menambah gairahku memuncak
Desahan Anjani berubah menjadi erangan penuh gairah.
“Aaahh.. aahh.. mas.. oohh..” erangnya

Waktu berlalu.. dan ciumankupun telah berubah pada payudaranya.. erangan dan gelinjang tubuh Anjani semakin keras dan kuat.
Ciuman dan jilatanku pada payudara Anjani membuatku mengerang semakin keras..

Apalagi ketika jariku menggosok vagina Anjani yang telah basah dan hanya ditutupi oleh celana dalam model thong miliknya yang telah basah kuyup oleh cairan pelumas kenikmatannya.

“Aaah.. aahh.. mass.. aahh.. aahh..” erang Anjani
Sengaja kutinggalkan beberapa bekas kemerahan di buah dadanya..

Dia cemberut ketika tahu ada bekas kemerahan di dadanya.. tetapi justru kecemberutannya makin menambah kecantikan wajahnya.
Tapi itu ga lama.. setelah beberapa saat Anjani kembali mengerang panjang..

Tubuh Anjani menggelinjang hebat sambil memelukku erat-erat. Tubuh kami berhimpitan ketat.

Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya.. terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya.. cairan cintanya.
Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari-nari di bibir vaginanya.. kakinya menjepit kepalaku.. aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Kurelakan Perawanku Demi Melunasi Hutang Abah

Selang beberapa saat.. Anjani yang telah ‘panas’ menarikku untuk berganti posisi.. ia merebahkanku di sofa.. lantas bergerak pelan mengangkang di atas tubuhku.
Berbalik.. kini ia yang duduk di atas pangkuanku dengan kaki terbuka lebar dan rok yang tersingkap sampai pinggulnya.

Setelah beberapa saat kemudian.. Anjani telah tenang.
Ia lepaskan pelukannya padaku.. ia tersenyum manis dan berkata di sela deru nafasnya..

“Haaah.. enak.. banget.. mas.. hah.. hah.. enakk.. banget.. kini giliran hah..”

Ia berdiri dan kemudian menarik turun celana dalamku.. dan.. Tuink..!
Betapa terkejutnya dia ketika melihat penisku yang sudah sangat tegang berdiri dengan kokohnya, penisku yang berukuran sekitar 17cm. namun diameternya yang gemuk membuatnya terlihat besar.

Anjani memegangnya penuh rasa hati-hati dan nafsu.. setelah terpegang, Anjani mengocoknya perlahan.. membuatku yang sudah sangat terangsang menjadi lebih mudah mencapai puncak gairahku.

Aku lantas mengangkat pantatku.. menyodorkan penisku ke mulutnya.. dia menggenggam dan mengocoknya.. memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya.

kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya. Antara jilatan.. kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi. Eranganku mengeras seiring dengan kocokan Anjani pada penisku.

Beberapa saat berselang Anjani mengangkat tubuhnya.. lantas sambil menyingkapkan celana dalam model thong miliknya.. kubantu geraknya dengan menuntunkan penisku tepat berdiri tegak di bawah bibir vaginanya.

Dengan bertumpu sebelah tangah di pundakku Anjani menurunkan tubuhnya perlahan..
Slebbhh.. “Nghhh..hhh..” Erangnya nikmat.. ketika kepala.. lalu batang penisku membelah lepitan vagina sempit nan membasahnya.

“Erghhh..hhh..” Geramku tak kalah penuh nikmat.. saat merasakan sekujur kulit batang penisku dibekap kehangatan.. kerapatan belahan nikmat otot dinding-dinding liang vaginanya.

Peniskupun membelah bibir vagina Anjani terbenam padat di selorong liang hangat membasah nan menjepit penuh nikmat.
Rasa hangat dan basah serta denyutan kuat menyapa penisku..
Oughh.. Sungguh kenikmatan yang sudah lama aku cari dan damba.

Dengan satu gerakan penisku melesak terbenam dalam liang vagina Anjani Pijatan dan denyutan dinding vagina Anjani kurasa sangat nikmat..

“Aaahh.. mas.. aahh.. enakk.. bangett.. aahhh..” Rintihnya nikmat mengiringi gerusan batang penisku di liang vaginanya..

“Erghh.. Mas juga Fennhh..” Eranganku tak kalah nikmatnya.. menerima segala rasa nikmat yang membekap di sekujur kulit batang penisku di lepitan hangat membasah vaginanya itu.

Setelah beberapa saat berdiam diri beradaptasi.. Anjani lalu bergoyang dengan lembut maju-mundur.. memutar dan naik-turun..

Sementara itu penisku bagaikan dipelintir.. dipijat.. diremas-remas lembut oleh dinding vagina Anjani membuat hanya tak sampai 20 menit aku harus mengerang panjang.
“Aaahh.. aahh.. jani jani aahh.. aku.. mauu.. k-keluarr.. aahh.. aahh..” erangku.

“Aaahh.. aahh.. keluarrinn.. Didaalammm.. mas.. aahh.. aahh.. enakkk.. bangett..”

Anjani semakin memainkan tekniknya sambil memeluk tubuh Anjani penisku berkedut kuat.. memuntah sperma berkali-kali dalam liang vagina Anjani

Di atas selangkanganku Anjani semakin liar mengggoyang.. mengaduk-aduk batang penisku di liang nikmat vaginanya.
Sementara pijatan dan remasan dinding vagina Anjani semakin liar pula memberikan rasa nikmat yang tiada tara.

Tiba-tiba Anjani memelukku erat disertai dengan gelinjang dan kejangan liar tubuhnya.. bibirnya dengan nafas terengah mencari-cari bibirku.. kusergap.. hingga kamipun berciuman panas.

Sementara di bawah.. Anjani semakin kuat menekankan pinggulnya mendesak-desakkan vaginanya pada batang penisku yang dibekap megap-megap digerus keliatan liang vagina.. hingga penisku terbenam seluruhnya.. setandasnya..
Arrgghh.. Betapa rasa nikmat itu memang amat sangat memabukkan..

Kami berpelukan beberapa saat sampai semua itu mereda.. dan Anjani yang pertama melepaskan pelukannya dan sambil memegang wajahku, ia berkata..
“Mas.. hah.. hah.. enak banget. Makasih mas, enak banget rasanya.. hah.. hah..”

“Iya, aku juga enak. Makasih Anjani enak banget. Mas puas banget..”

Kata Anjani yang berdiri, lalu membetulkan kembali celana dalamnya.. dan kemudian ia bersimpuh di hadapanku.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Guruku, Pelampiasan Nafsuku

Ia pegang penisku yang masih tegang itu dan mengelusnya.. lalu menjilatinya dari buah pelirku sampai dengan kepala penisku.

Anjani yang kemudian mengulum penisku. Ia menjepitnya dengan bibir tipisnya dan menaik-turunkan kepalanya.. sementara itu lidahnya menjilati kepala penisku.. Anjani juga melakukan isapan lembut pada penisku.
Perpaduan dari semua itu sangat memberikan kenikmatan padaku.

Anjani melepaskan kulumannya.. lantas kembali mengocok penisku dengan lembut.. mengulumnya kembali.. membuatku mengerang-erang keenakan.

Puas dengan permainan oralnya kutuntun untuk kemudian merebahkannya ke sofa..
Aku lalu setengah berjongkok di depannya.. tangannya meraih batang penisku yang telah mengacung lagi.. lalu menyapukan ujung penisku ke belahan vaginanya..

Dia menatapku dengan pandangan penuh gairah.. aku jadi agak malu memandangnya.. namun nafsu ternyata masih lebih berkuasa..

Slebbhh.. Dengan sekali dorong melesaklah lagi penisku kembali ke vaginanya..
Dan ahh.. ia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya.
Clebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crekk..crekk.. clebb..

Kakinya menjepit pinggangku.. kutarik dia dalam pelukanku.. kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi.. saling cium.. saling lumat.

Anjani mendesah liar seperti sebelumnya.. kurebahkan tubuhnya lebih dalam ke sofa.. lalu kutindih.. satu kaki menggantung dan kaki satunya di pundakku.

Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya vaginanya.. dia memegangi dan meremasinya sendiri. Beberapa saat kemudian kuputar tubuhnya untuk posisi doggie.. dia tersenyum..
Tanpa membuang waktu.. kulesakkan lagi penisku.. kali ini dari belakang..

Slebbh.. Jleghh.. “Oughh.. Mass..!”
Dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh.. kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan.. tak ada penolakan. Kupegang pantatnya yang padat berisi… Anjani melawan gerakan kocokanku..
Kami saling mengocok.. dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya.

Kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya.. dia menggeliat kegelian sambil menoleh ke arahku.
Kuraih buah dadanya yang menggantung bergoyang indah dari sela blousenya yang terburai.. kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya.

Batang penisku masih menancap di vaginanya.. kuciumi telinga dan tengkuknya.. Geliat nikmat Anjani makin liar.
“Aduh Masssss enak banget masshh.. Anjani sukaa, terus Massss..”

Kulepaskan tubuh Anjani kembali kami bercinta dengan doggie style..
Entah.. mungkin lebih setengah jam kami bercinta.. belum ada tanda-tanda orgasme di antara kami.

Kami berganti posisi.. Anjani kembali sudah di pangkuanku.. tubuhnya turun-naik mengocokku.. buah dadanya berayun-ayun di mukaku.. segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam di antara kedua bukitnya.

Gerakan Anjani berubah menjadi goyangan pinggul.. berputar putar dan mengobok kontolku

Tak lama kemudian.. tiba-tiba Anjani menghentikan gerakannya.. dia juga memintaku untuk diam.
“Sebentar Mas, Anjani ngga mau keluar sekarang..” katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya.. aku hampir tak bisa napas.

Perlahan kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding.. kubungkukkan sedikit.. lalu kusapukan penisku ke belahan vaginanya dari belakang..

Anjani mengerti maksudku.. kakinya dibuka lebih lebar.. mempermudah aku melesakkan penisku.
Tubuhnya makin condong ke depan.. Slebbh.. jlebhh..
“Oughh.. Masshh..” desah kenikmatan kembali mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya.

“Sss.. aduuh Mass, enak bangettt Massss.. kontol mass mentokk bangett sampai dinding rahimku”
Desahnya lagi.. sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok.

Kami saling bergoyang pinggul.. saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya.

Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya.. aku tetap masih mengocoknya dari belakang..
Dia lantas menaikkan satu kakinya di pinggiran meja.. penisku melesak makin dalam.. kocokanku makin keras.. sekeras desah kenikmatannya.

“Sss.. eegghh.. udaahh Mashh.. Anjanii nggaak kuaat, mau keluar niih..” desahnya
“Sama.. saya juga..hhhh..”

“Kita sama-sama, keluarin di dalam saja,”

“Erghhh.. orghh..” Crett.. crett.. crett..
“Auughh.. masshh..!”