Category: Uncategorized

Ganasnya Ratna Karyawan Salon Plus-Plus

Sebut saja namaku Evan, Aku adalah seorang Pria single/bujang, Disini saya akan menceritakan Cerita sex-ku yang sangat menarik. Cerita ini bermula dari ajakan seorang temanku untuk pangkas rambut di sebuah salon yang letaknya di sekitar Universitas ternama di Jakarta pada awal bulan oktober lalu. Dari ajakan temanku itu kini aku-pun tahu bahwa semua wanita yang bekerja di salon itu bisa dikencani.

Pada waktu tepatnya pada hari akhir pekan, kami sepakat untuk ketemuan di salon X itu pada pukul 01:00 siang. Saat itu aku-pun segera bergegas pergi ke salon itu bermaksud untuk memangkas rambutku. Setelah beberapa waktu, akhrnya aku-pun sampai disalon itu. Saat itu aku melihat jam tanganku menunjukan pukul 1 kurang 5 menit, dan saat itu juga aku memutuskan untuk masuk kesalon itu.

Sewajarnya salon, saat itu suasana di salon itu terasa normal sekali dan tidak tidak ada hal yang ganjil sedikit-pun. Ketika aku masuk, saat itu aku-pun menuju pada receptionis. Disana aku-pun mengatakan bahwa aku berniat untuk pangkas rambut. Dari balik meja receptionis itu seorang wanita cantik berkata padaku, agar aku menunggu sejenak karena saat itu pekerja salon sedang sibuk melayani para pelangganya.

Saat itu sembari menunggu antrian, aku-pun mencoba untuk melihat-lihat suasana salon itu dan sembari mencari temanku yang sebelumnya sudah berjanjian denganku. Namun saat itu temanku tidak ada. Kuakui bahwa hampir semua wanita yang bekerja di salon ini rata-rata cantik, putih dan mempunyai body yang sexy. Ditambah lagi rata-rata mereka masih muda, kalau aku perkirakan umurnya sekitar 20-27 tahun.

Melihat para wanita salon itu aku jadi teringat dengan omongan temanku, bahwa para wanita salon ini bisa diajak kencan. Berhubung aku aku baru pertama kali ke salon itu ragu, karena salon itu benar-benar seperti salon biasa tidak nampak jika ada ++ nya. Kira-kira setelah beberapa waktu aku menungguantrian, pada akhirnya aku mendapat gilirianku. Saat itu reception berkata bahwa sekarang giliranku untuk pangkas rambut.

Receptionis itu saat itu menunjuk kekursi yang kosong dan aku bergegas menuju ke kursi itu. kemudian setelah aku duduk, tidak lama kemudian seorang wanita salon yang muda nan cantik datang kearahku dan memegang rambutku,

“ Mau model Mas, potong rambutnya ?, ” ucapnya sembari melihatku lewat cermin, dengan masih tetap memegang rambutku.
“ Eummm apa yah Mba’, apa aja deh Mba” yang penting rapi, ” ucapku sekena-nya.

Lalu layaknya di salon pada umumnya, aku-pun kemudian diberi penutup badan untuk agar rambut yang dipangkas tidak mengenai bajuku. Pada awalnya suasana terasa kaku, namun saat itu aku mencoba untuk mencairkan suasana agar terasa relax,

“ Ngomong-ngomong, udah berapa lama Mba’ kerja di sini?, ” tanyaku basa-basi.

“ Baru kog Mas, baru 5 bulan, ngomong-ngomong Mas baru pertama kali ya cukur di sini?, ” ucapnya sembari memangkas rambutku.

“ Iya nih Mba’, kebetulan saya kemarin lewat dan melihat ada salon, ya udah deh akhirnya saya mau coba cukur di sini, lagian saya juga lagi janjian sama temen buwat ketemu disini Mba’, Eh… malah sampai sekarang belum datang juga ?, ” jawabku.

“ Ouhhh… ” jawabnya singkat dan berkesan cuek.
Tidak lama setelah itu pada akhirnya temanku-pun datang juga,

“ Woy… ” suara temanku semabri menepuk pundakku dari belakang.

“ Lama banget sih loe, kemana aja loe ?, ” tanyaku.

“ Sory bray, tadi di jalan macet, yaudah gue pangkas rambut dulu yah bray… ” jawabnya sambil berlalu.

Temanku-pun berlalu begitu saja. Saat itu-pun pangkas rambut sembari mengobrol. Singkat cerita dari obrolan-obrolan itu kami-pun mulai relax. Dari obrolan kami, aku mengetahui bahwa dia bernama Ratna, dan dia berusia baru berusia 21 tahun. Ratna tinggal di kost-kostsan sekitar salon itu. Kini akupun sudah selesai, kemudian aku-pun memberikan tips sekedarnya, sembari aku menanyakan apakah dia mau aku ajak keluar.

Saat itu Ratna-pun menyetujui dan dia menulis nomor handphone-nya pada selembar kertas kecil. Setelah selsai aku tidak pulang begitu saja, saat itu aku masih mnunggu Roni temanku tadi. Sembari menunggu Roni, aku-pun mengobrol dengan Ratna, saat itu aku sempat diperkenalkan oleh beberapa teman-temanya. Teman Ratna juga memang cantik, namun menurutku Ratna-lah yang paling cantik.

Singkat cerita pada akhirnya kami-pun ketemuan pada hari Senin di tempat yang sudah kami sepakati sebelumnya. Setelah makan siang, kami nonton bioskop.Saat itu Ratna terlihat cantik sekali. Dalam hati aku berkata, cantik sekali Ratna hari ini. Saat itu Ratna yang mengenakan kaos ketat berwarna biru muda ditambah dengan rompi yang dikancingkan dan dipadu dengan celana jeans ketat serta sandal yang tebal. Kami serius mengikuti alur cerita film itu, hingga akhirnya semua penonton dikagetkan oleh suatu adegan.

Ratna tampak kaget, terlihat dari bergetarnya tubuh dia. Entah ada setan apa, secara reflek aku memegang tangan kanannya. Lama sekali aku memegang tangannya dengan sesekali meremasnya dan dia diam saja. Singkat cerita, aku mengantarkan dia pulang ke kostnya, di tengah jalan Ratna memohon kepadaku untuk tidak langsung pulang tapi putar-putar dulu. Kukabulkan permintaannya karena aku sendiri sedang bebas.

Lalu aku memutuskan untuk naik tol dan putar-putar kota Jakarta. Sambil menikmati musik, kami saling berdiam diri, hingga akhirnya Ratna mengatakan,

“ Eummm… Van, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, memang semua ini terlalu cepat, namu aku harus mengatakan hali ini ke kamu, Eeee… aku suka sama kamu Van… ” ucapnya lirih.

Saat itu aku merasa seperti tersambar petir mendengar ucapnya itu, dan secara refleks aku-punmenengok kearah-nya. Ketika itu nampaknya raut mukanya sangat serius dengan apa yang barusan dia katakan sembari matanya menatap tajam padaku,

“ Apa kamu sudah yakin dengan omonganmu yang barusan, Rat?, ” tanyaku sambil kembali konsentrasi ke jalan.

ku nggak tau kenapa, aku merasa kalau kamu itu beda sama cowok-cowok yang pernah aku kenal sebelumnya, kamu itu baik, dan kayaknya kamu itu care banget sama cewek. Aku nggak mau kalau setelah aku pulang ini, kita nggak bisa ketemu lagi, Van. Aku nggak mau kehilangan kamu, ” ucap-nya panjang lebar.

“ Eummm… kalau aku boleh jujur sih, aku juga suka sama kamu, Rat… tapi langkah baiknya jika kita saling mengenal lebih dalam lagi baru nanti kita pacaran?, ” jawabku tegas.

“ Baiklah kalau itu mau kamu Van, Eummm… aku boleh cium kamu nggak, ini bukti bahwa aku nggak main-main sama omonganku yang barusan Van ?, ” ucapnya dengan wajah serius.

Wah rasanya seperti mau mati, jantungku mau copot, nafas jadi sesak. Edan ini anak, seperti benar-benar! Sekali lagi, aku menengok ke kiri melihat wajahnya yang bulat dengan bola mata yang berwarna coklat, dia menatapku tajam dan serius sekali,

“ Emmm… Sekarang Rat?, ” tanyaku sambil menatapnya.

Saat itu dia hanya menganguk dan,

“ Okey, sekarang kamu boleh cium aku, ” ucapku sembari kembali ke jalanan.

Beberapa detik kemudian Ratna-pun beranjak dari tempat duduknya dan mengambil posisi untuk memberi sebuah cium di pipi kiriku. Diberilah sebuah ciuman di pipi kiriku sambil memeluk. Lama sekali dia mencium dan ditempelkannya buah dada-nya di lengan kiriku. Beuhhh, empuk sekali kawan, mak nyosss. Buah dada-nya yang cukup menantang itu sedang menekan lengan kiriku. Edan, enak sekali, aku jadi sangek gilak.

Sebagai laki-laki normal secara otomatis batang kejantananku pun menegang. Dengan pelan sekali, Ratna berbisik,
“ Van, aku suka sama kamu, ” ucapnya sembari dia kembali mencium pipiku dan tetap menekankan buah dada-nya pada lengan kiriku. Konsentrasiku buyar, sepertinya aku benar-benar sudah horny dengan perlakuan Ratna, dan beberapa kendaraan yang melaluiku melihat ke arahku menembus kaca filmku yang hanya 40%. Lalu,

“ Kamu horny ya, Van?, ” ucapnya lirih.

Saat itu aku tidak menjawab, dan tangan kirinya saat itu mulai meraba tubuhku dan mengarah ke bawah, saat itu aku sudah benar-benar horny. Sekali lagi Ratna berbisik,

“ Van, aku tahu kamu horny, boleh nggak aku lihat punya kamu ? emmm… punya kamu besar yah!, ” ucapnya.

Saat itu aku hanya mengangguk saja, akhirnya dibukalah celana panjangku dengan tangan kirinya, seperti dia agak kesulitan pada saat ingin membuka ikat pinggangku sebab dia hanya menggunakan satu tangan. Aku bantu dia membuka ikat pinggang setelah itu aku kembali memegang setir mobil. Dielus-elus batang kejantananku yang sudah keras dari luar. Tidak lama kemudian ditelusupkan telapak kirinya ke dalam dan digenggamlah kejantananku.
“ Oughhhhh… ” desahku pelan.

edikit demi sedikit wajahnya bergerak. Pertama, ia cium bibirku dari sebelah kiri lalu turun ke bawah. Lalu dia-pun mencium leherku, saat itu dia sempat berhenti di bagian dadaku, mungkin dia menikmati aroma parfumku. Lalu dia-pun semakin turun ke bawah. Beberapa kali Ratna melakukan gerakan mengocok kejantananku. Pertama-tama dijilatinya pangkal batang kejantananku lalu berpindah naik ke atas.

Kini ujung lidahnya sudah berada pada bagian buah zakarku. Salah satu tangannya menyelinap di antara belahan pantatku, menyentuh anusku, dan merabanya. Ratna melanjutkan perjalanan lidahnya, naik semakin ke atas, perlahan-lahan. Setiap gerakan nyaris dalam beberapa detik, teramat perlahan. Melewati bagian tengah, naik lagi. Ke bagian leher batangku. Kedua tanganku tak kusadari sudah mencengkeram setir mobil. Ujung lidahnya naik lebih ke atas lagi.

Pelan-pelan setiap jilatannya kurasakan bagaikan kenikmatan yang tak pernah usai, begitu nikmat, begitu perlahan. Setiap kali kutundukkan wajahku melihat apa yang dilakukannya setiap kali itu pula kulihat Ratna masih tetap menjilati kejantananku dengan penuh nafsu. Sesaat Ratna kulihat melepas tangannya dari kejantananku dan menyibakkan rambutnya ke samping. Kini jemarinya kembali menarik bagian bawah batang kejantananku dan memiringkan kepalanya.

Ratna kemudian mulai menurunkan wajahnya mendekati kepala kejantananku, dan kini mulailah merekahkan kedua bibirnya dengan perlahan lalu dia mulai memasukkan kepala kejantananku ke dalam mulutnya tanpa tersentuh sedikitpun oleh giginya. Kemudian dia-pun mulai menggerakan secara perlahan semakin jauh hingga di bagian tengah batang kejantananku. Saat itulah kurasakan kepala kejantananku menyentuh bagian lidahnya.

Tubuhku bergetar sesaat dan terdengar suara khas dari mulut Ratna. Kedua bibirnya sesaat kemudian merapat. Kurasakan kehangatan yang luar biasa nikmatnya mengguyur sekujur tubuhku. Perlahan-lahan kemudian kepala Ratna mulai naik. Bersamaan dengan itu pula kurasakan tangannya menarik turun bagian bawah batang tubuh kejantananku hingga ketika bibir dan lidahnya mencapai di bagian kepala, kurasakan bagian kepala itu semakin sensitif.

Begitu sensitifnya hingga bisa kurasakan kenikmatan hisapan dan jilatan Ratna begitu merasuk dan menggelitik seluruh urat-urat syaraf yang ada di sana. Kuraba punggungnya dengan tangan kiriku, kuelus dengan lembut lalu mengarah ke bawah. Kudapatkan buah dada sebelah kanan, aku buka telapak tanganku mengikuti bentuk buah dada-nya yang bulat, kemudian aku meremas-nya dengan lembut.

Lalu aku buka satu persatu kancing rompinya, dan kembali aku membuka tepak tangan mengikuti bentuk buah dada-nya. Sambil tetap mengkulum, tangan kanannya bergerak menyentuh tanganku, ia tarik baju ketatnya dari selipan celana panjangnya. Dipegangnya tanganku dan diarahkannya ke dalam. Di balik baju ketatnya, aku meremas-remas buah dada-nya yang masih terbungkus BRA.

meudian aku-pun mulai meremas satu persatu buah dada-nya sambil mendesah menikmati kuluman pada kejantananku. Kuremas agak kuat dan Ratna pun berhenti mengkulum sekian detik lamanya. Kuelus-elus kulit dadanya yang agak menyembul dari BRA-nya dengan sesekali menyelipkan salah satu jariku di antara buah dada-nya yang kenyal,
“ Sssssss… Aghhhhh…. ” desahku nikmatku merasakn kuluman Ratna yang makin cepat.

Aku turunkan BRA-nya yang menutupi buah dada sebelah kanan, aku dapat meraih putingnya yang sudah mengeras. Kupilin dengan lembut,

“ Oughhhhh… Sssss… ” desahnya melepas kuluman dan terdengar suara akibat melepaskan bibirnya dari kejantananku.

Menjilat, menghisap, naik turun. Ia begitu menikmatinya. Begitu seterusnya berulang-ulang. Aku tak mampu lagi melihat ke bawah. Tubuhku semakin lama semakin melengkung ke belakang kepalaku sudah terdongak ke atas. Kupejamkan mataku. Ratna begitu luar biasa melakukannya. Tak sekalipun kurasakan giginya menyentuh kulit kejantananku. Gila, belum pernah aku dihisap seperti ini, pikirku.

Pikiranku sudah melayang-layang jauh entah ke mana. Tak kusadari lagi sekelilingku oleh gelombang kenikmatan yang mendera seluruh urat syaraf di tubuhku yang semakin tinggi. Aku berhenti sejenak meraba buah dada-nya. Kutengok ke bawah, tangan kanannya menggenggam dengan erat persis di bagian leher batang kejantananku, dan dia terlihat tersenyum kepadaku,

“ Kamu luar biasa Rat… Oughhhhh… ” bisikku sambil menggeleng-gelengkan kepala terkagum-kagum oleh kehebatannya.
Saaat itu Ratna hanya tersenyum manis dan berkesan manja,

“ Rat, bisa keluar aku kalau kamu kayak gini terus, ” bisikku lagi merasakan genggaman tangannya yang tak kunjung mengendur pada kejantananku. Ratna hanya tersenyum,

“ Kalau kamu udah nggak pengen keluar, keluarin aja, nggak usah ditahan-tahan, ” jawabnya.
Lalu setelah itu Ratna menjulurkan lidahnya keluar dan mengenai ujung batang kejantananku. Rupanya dia mengerti aku sedang berjuang untuk menahan orgasme-ku,

“ Ssss… Oughhhhh… ” racauku sedikit keras menahan rasa ngilu bercampur nikmat.

Bukan kepalang nikmat yang kurasakan, tubuhnya bergerak tidak karuan, seiring dengan gerakan kepalanya yang naik turun, kedua tangannya tak henti-henti meraba dadaku, terkadang dia memilin kedua puting susuku dengan jarinya. Terkadang dia juga melepaskan kuluman untuk mengambil nafas sejenak lalu melanjutkannya lagi. Semakin lama gerakannya makin cepat. Aku sudah berusaha semaksimal untuk menahan orgasme.

Saat itu aku mengalihkan perhatianku dari buah dada-nya. Aku meraba ke arah bawah. Kubuka kancing celananya. Agak lama kucoba membuka dan akhirnya terlepas juga. Pelan-pelan kuselipkan tangan kiriku di balik celana dalamnya. Aku dapat rasakan rambut kewanitaan-nya tipis. Mungkin dipelihara, pikirku dalam hati. Kuteruskan agak ke bawah. Ratna mengubah posisinya, dengan merenggangkan kedua kakinya.

Hal ini memudah aku dapat menyentuh kewanitaan-nya. Beberapa saat telunjukku bermain-main di bagian atas kewanitaan-nya. Aku naik-turunkan jari telunjukku. 5, nikmat sekali rasanya, pikirku. Sesekali kumasukkan telunjukku ke dalam liang senggama-nya. Mulailah aku menjelajahi setiap sudut liang senggama Ratna. Aku temukan sebuah kelentit di dalamnya, lalu aku umainkan clitoris itu dengan telunjukku.

Oughhhhh, pegal juga rasanya tangan kiriku. Sejenak kukeluarkan jariku dari dalam. Lalu aku menikmati setiap kuluman Ratna. Rasanya sudah beberapa tetes air maniku keluar. Aku benar-benar dibuat mabuk kepayang olehnya. Kembali kumasukkan jariku, kali ini dua jari, jari telunjuk dan jari tengahku. Pada saat aku memasukkan kedua jariku, Ratna tampak melengkuh dan mendesah pelan.

emakin lama semakin cepat aku mengeluar-masukkan kedua jariku di liang senggama-nya dan Ratna beberapa menghentikan kuluman pada batang kejantananku sambil tetap memegang batang kejantananku. Entah sudah berapa orang yang melihat kegiatan kami terutama para supir atau kenek truk yang kami lewati, namun aku tidak peduli. Kenikmatan yang kurasakan saat itu benar-benar membiusku sehingga aku sudah melupakan segala sesuatu.

Saat itu Ratna kembali menjilat, menghisap dan mengkulum batang kejantananku dan entah sudah berapa lama kami melakukan ini. Kutundukkan kepalaku untuk melihat yang sedang dikerjakan Ratna pada kejantananku. Kali ini Ratna melakukan dengan penuh kelembutan, ia julurkan lidahnya hingga mengenai ujung kepala kejantananku lagi. Ia memutar-mutarkan lidahnya tepat di ujung lubang kejantananku.

Sungguh dashyat kenikmatan yang kurasakan. Beberapa kali tubuhku bergetar namun ia tetap pada sikapnya. Sesekali ia masukkan semua batang kejantananku di dalam mulutnya dan ia mainkan lidahnya di dalam,

“ Oughhhhh.. Rat… nikmat… Sssss… Aghhh… ” desahku sambil melepaskan tangan kiriku dari liang senggama-nya.

Saat itu aku memegang kepalanya mengikuti gerakan naik turun, lalu,

“ Oughhhhh… Rat, aku udah nggak kuat nihhh… Aghhhhh… ” ucapku agak lirih menahan orgasme.

Namun gerakan Ratna makin cepat dan beberapa kali dia buka matanya namun tetap mengkulum dan terdengar suara-suara dari dalam mulutnya,

“ Aghhhhhh… ” desahku keras diiringi dengan keluarnya air mani dari dalam batang kejantananku di dalam mulutnya.

Ketika itu keadaan mobil kami saat itu sedikit tersentak oleh pijakan kaki kananku. Aku menikmati setiap air mani yang keluar dari dalam kejantananku hingga akhirnya habis. Ratna tetap menjilati kejantananku dengan lidahnya. Dapat kurasakan lidahnya menyapu seluruh bagian kepala kejantananku. Oughhh, nikmat sekali rasanya. Setelah membersihkan seluruh air maniku dengan lidahnya, Ratna bergerak ke atas.

Kulihat dia, tampak ada beberapa air maniku menempel di sebelah kanan bibirnya dan pipi kirinya. Aku mulai bergerak memperbaiki posisi dudukku, perlahan-lahan. Sambil tetap digenggamnya batang kejantananku yang sudah lemas, Ratna beranjak ke atas melumat bibirku, masih terasa air maniku. Sekian detik kami bercumbu dan aku memejamkan mata. Akhirnya Ratna merapikan posisinya, lalu dia duduk dan merapikan pakaiannya.

Saat itu aku-pun merapikan pakaianku sekedarnya. Aku kenakan celana panjangku namun tidak kumasukkan kemejaku. Beberapa hari setelah itu, aku main ke kost Ratna dan pada saat itu pula kami mengikat tali kasih. Awal bulan Maret lalu Ratna kembali dari Manado setelah 2 minggu dia berada di sana dan dia tidak kembali lagi bekerja di salon itu. Sekarang kami hidup bersama di sebuah tempat di daerah Grogol.

 

kini Ratna-pun diterima sebagai operator di salah satu perusahaan penyedia jasa komunikasi handphone. Sedangkan aku tetap sebagai animator yang bekerja di sebuah perusahaan di daerah Kedoya tapi aku harus meninggalkan kostku. Setelah kami hidup seatap, Ratna mengakui padaku bahwa selama enam bulan ia bekerja di salon itu, ia pernah melayani pelanggannya dan dia mengatakan bahwa semua pekerja yang bekerja di salon itu juga pekerja sexs.

Ratna tidak mengetahui bagaimana asal mulanya. Ratna sendiri tidak tahu apakah salon merupakan sebuah kedok atau sexs adalah sebuah tambahan. Dia mengatakan bahwa untuk mengajak keluar salah satu karyawati di situ, seseorang harus membayar di muka sebesar Rp 500.000. Rasanya Jakarta hanya milik kami berdua, tiap malam setelah mandi sepulang dari kerja atau setelah makan malam, kami melakukan hubungan sexs.

Entah sampai kapan semua ini akan berakhir dan entah kapan kami akan resmi menikah. Kami sungguh menikmati setiap hari yang akan kami lalui dan telah kami lalui bersama. Aku sungguh tidak peduli dengan asal-usulnya pekerjaan Ratna sebab makin hari aku makin terbius oleh kenikmatan sexs dan mataku seolah-seolah tertutup oleh rasa sayangku pada dia.

 

Rika Model Gadis Pindahan

Kala itu aku sedang berburu buru untuk satu hal, sehingga membuat ku berlarian ke tempat parkir. Segera kupacu pulang mobilku, tapi sebelumnya mampir dulu beli es dawet di kios di pinggir jalan menuju arah rumahku. Setelah sampai rumah dan kumasukkan mobil ke garasi, segera kuganti baju dengan seragam kebesaran, yaitu kaos kutang dengan celana kolor. Kucuci tangan dan muka, kemudian kuhampiri meja makan dan mulai menyantap makan siang lalu ditutup dengan minum es dawet yang kubeli tadi, uaaaah… enak sekali… jadi terasa segar tubuh ini karena es itu.

Setelah cuci piring, kemudian aku duduk di sofa, di ruang tengah sambil nonton MTV, lama kelamaan bosan juga. Habis di rumah tidak ada siapa-siapa, adikku belum pulang, orang tua juga masih nanti sore. Pembantu tidak punya. Akhirnya aku melangkah masuk ke kamar dan kuhidupkan kipas angin, kuraih majalah hiburan yang kemarin baru kubeli. Kubolak-balik halaman demi halaman, dan akhirnya aku terhanyut.

Tiba-tiba bel pintu berbunyi, aku segera beranjak ke depan untuk membuka pintu. Sesosok makhluk cantik berambut panjang berdiri di sana. Sekilas kulihat wajahnya, sepertinya aku pernah lihat dan begitu familiar sekali, tapi siapa ya..?
“Cari siapa Mbak..?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Ehm… bener ini Jl. Garuda no.20, Mas..?” tanya cewek itu.
“Ya bener disini, tapi Mbak siapa ya..? dan mau ketemu dengan siapa..?” tanyaku lagi.
“Maaf Mas, kenalkan… nama saya Rika. Saya dapat alamat ini dari temen saya. Mas yang namanya Adi ya..?” sambil cewek itu mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Segera kusambut, aduuuh… halus sekali tanganya.
“Eng… iya, emangnya temen Mbak siapa ya..? kok bisa tau alamat sini..?” tanyaku.
“Anu Mas, saya dapat alamat ini dari Bimo, yang katanya temennya Mas Adi waktu SMA dulu…” jelas cewek itu.

Sekilas aku teringat kembali temanku, Bimo, yang dulu sering main kemana-mana sama aku.
“Oooh… jadi Mbak Rika ini temennya Bimo, ayo silahkan masuk… maaf tadi saya interogasi dulu.”
Setelah kami berdua duduk di ruang tamu baru aku tersadar, ternyata Rika ini memang dahsyat, benar-benar cantik dan seksi. Dia saat itu memakai mini skirt dan kaos ketat warna ungu yang membuat dadanya tampak membusung indah, ditambah wangi tubuhnya dan paha mulus serta betis indahnya yang putih bersih menantang duduk di hadapanku. Sekilas aku taksir payudaranya berukuran 34B.

Setelah basa-basi sebentar, Rika menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu ingin tanya-tanya tentang jurusan Public Relation di fakultas Fisipol tempat aku kuliah. Memang Rika ini adalah cewek pindahan dari kota lain yang ingin meneruskan di tempat aku kuliah. Aku sendiri di jurusan advertising, tapi temanku banyak yang di Public Relation (yang kebanyakan cewek-cewek cakep dan sering jadi model buat mata kuliah fotografi yang aku ambil), jadi sedikit banyak aku tahu.

Kami pun cepat akrab dan hingga terasa tidak ada lagi batas di antara kami berdua, aku pun sudah tidak duduk lagi di hadapannya tapi sudah pindah di sebelah Rika. Sambil bercanda aku mencuri-curi pandang ke wajah cantiknya, paha mulusnya, betis indahnya, dan tidak ketinggalan dadanya yang membusung indah yang sesekali terlihat dari belahan kaos ketatnya yang berleher rendah. Terus terang saja si kecil di balik celanaku mulai bangun menggeliat, ditambah wangi tubuhnya yang membuat terangsang birahiku.

Aku mengajak Rika untuk pindah ke ruang tengah sambil nonton TV untuk meneruskan mengobrol. Rika pun tidak menolak dan mengikutiku masuk setelah aku mengunci pintu depan. Sambil ngemil hidangan kecil dan minuman yang kubuat, kami melanjutkan ngobrol-ngobrol. Sesekali Rika mencubit lengan atau pahaku sambil ketawa-ketiwi ketika aku mulai melancarkan guyonan-guyonan. Tidak lama, adik kecilku di balik celana tambah tegar berdiri. Aku kemudian usul ke Rika untuk nonton VCD saja. Setelah Rika setuju, aku masukkan film koleksiku ke dalam player. Filmnya tentang drama percintaan yang ada beberapa adegan-adegan ranjang. Kami berdua pun asyik nonton hingga akhirnya sampai ke bagian adegan ranjang, aku lirik Rika matanya tidak berkedip melihat adegan itu.

Kuberanikan diri untuk merangkul bahu Rika, ternyata dia diam saja tidak berusaha menghindar. Ketika adegan di TV mulai tampak semakin hot, Rika mulai gelisah, sesekali kedua paha mulusnya digerak-gerakkan buka tutup. Wah, gila juga nih cewek, seakan-akan dia mengundang aku untuk menggumulinya. Aku beranikan diri untuk mengelus-elus lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang. Rika tampak menikmati, terbukti dia langsung ngelendot manja ke tubuhku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya. Rika tidak protes, malah tangannya sekarang diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya. Kupandang mata bulat indahnya, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tebal nan seksi itu dan Rika membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di pahaku sekarang sudah mengelus-elus yuniorku yang sudah super tegang di balik celanaku.

Lidah kami saling bertautan dan kecupan-kecupan bibir kami menimbulkan bunyi cepak cepok, yang membuat semakin hot suasana dan seakan tidak mau kalah dengan adegan ranjang di TV. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuelus paha mulusnya, Rika pun memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan leluasa mengobok-obok paha dalamnya sampai ke selangkangan. Begitu bolak-balik kuelus dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha. Sambil terus melumat bibirnya, tanganku sudah mulai naik ke perutnya kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuremas dengan gemas payudaranya walau masih tertutup kaos, Rika merintih lirih. Lalu tanganku kumasukkan ke dalam kaosnya dan mulai meraba-raba mencari BH-nya. Setelah ketemu lalu aku meraih ke dalam BH dan mulai meremas-remas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan Rika mendesah. Seiring dengan itu, tangan Rika juga mengocok yuniorku yang masih tertutup celana dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam celana dalam meraih yuniorku dan kembali mengocok dan mengelus.

Aku yang sudah mulai terbakar birahi, kemudian melepaskan kaos Rika dan BH-nya hingga sekarang nampak jelas payudaranya yang berukuran 34B semakin mengembang karena rangsangan birahi.
Langsung aku caplok buah dadanya dengan mulutku, kujilat-jilat putingnya dan Rika mendesis-desis keenakan, “Sssh… aaauuh… Mass Adiii… ehhh… ssshhh…” sambil tangannya mendekap kepalaku, meremas-remas rambutku dan membenamkannya ke payudaranya lebih dalam.
Kutarik kepalaku dan kubisikkan ke telinga Rika, “Rika sayang, kita pindah ke kamarku aja yuuk..! Aman kok nggak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua…”
Rika mengangguk, lalu segera kupeluk dan kugendong dia menuju ke kamar. Posisi gendongnya yaitu kaki Rika memeluk pinggangku, tangannya memeluk leherku dan payudaranya menekan keras di dadaku, sedangkan tanganku memegang pantatnya sehingga yuniorku sekarang sudah menempel di selangkangannya.
Sepanjang perjalanan menuju kamar, kami terus saling berciuman. Sesampainya di kamar, kurebahkan tubuhnya di tempat tidur, Rika tidak mau melepaskan pelukan kakinya di pinggangku malahan sekarang mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Sayang… sabar dong.., lepas dulu dong rok sama celana kamu…” kataku.
“Oke Mas… tapi Mas juga harus lepas baju sama celana Mas, biar adil..!” rajuk Rika.
Setelah kulepas baju dan celanaku hingga telanjang bulat dan yuniorku sudah mengacung keras tegak ke atas, Rika yang juga sudah telanjang bulat kembali merebahkan diri sambil mengangkangkan pahanya lebar-lebar, hingga kelihatan bibir vaginanya yang merah jambu itu.

Aku pun segera menindihnya, tapi tidak buru-buru memasukkan yuniorku ke vaginanya, kembali aku kecup bibirnya dan kucaplok dan jilat-jilat payudara serta putingnya. Jilatanku turun ke perut terus ke paha mulusnya kemudian ke betis indahnya naik lagi ke paha dalamnya hingga sampai ke selangkangannya.

“Auuww… Mas Adiiii… ehhmm… shhh… enaaaakkk Masss…” ceracau Rika sambil kepalanya menggeleng-geleng tidak karuan dan tangannya mencengkeram sprei ketika aku mulai menjilati bibir vaginanya, terus ke dalam memeknya dan di klitorisnya.
Dengan penuh nafsu, terus kujilati hingga akhirnya tubuh Rika menegang, pahanya mengempit kepalaku, tangannya menjambak rambutku dan Rika berteriak tertahan. Ternyata dia telah mencapai orgasme pertamanya, dan terus kujilati cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya sampai habis.

Aku bangun dan melihat Rika yang masih tampak terengah-engah dan memejamkan mata menghayati orgasmenya barusan. Kukecup bibirnya, dan Rika membalas, lalu aku menarik tangannya untuk mengocok penisku. Aku rebahkan tubuhku dan Rika pun mengerti kemauanku, lalu dia bangkit menuju ke selangkanganku dan mulai mengemut penisku.

“Oooh… Rik… kamu pinter banget sih Rik…” aku memuji permainannya.
Kira-kira setengah jam Rika mengemut penisku. Mulutnya dan lidahnya seakan-akan memijat-mijat batang penisku, bibirnya yang seksi kelihatan semakin seksi melumati batang dan kepala penisku. Dihisapnya kuat-kuat ketika Rika menarik kepalanya sepanjang batang penis menuju kepala penisku membuatku semakin merem-melek keenakan.

Setelah bosan, aku kemudian menarik tubuh Rika dan merebahkannya kembali ke tempat tidur, lalu kuambil posisi untuk menindihnya. Rika membuka lebar-lebar selangkangannya, kugesek-gesekkan dulu penisku di bibir vaginanya, lalu segera kumasukkan penisku ke dalam lubang senggamanya.

“Aduuh Mas… sakiiit… pelan-pelan aja doong… ahhh…” aku pun memperlambat masuknya penisku, sambil terus sedikit-sedikit mendorongnya masuk diimbangi dengan gerakan pinggul Rika.
Terlihat sudut mata Rika basah oleh air matanya akibat menahan sakit. Sampai akhirnya, “Bleeesss…” masuklah semua batang penisku ke dalam liang senggama Rika.
“Rika sayang, punya kamu sempit banget sih..? Tapi enak lho..!” Rika cuma tersenyum manja.
“Mas juga, punya Mas besar gitu maunya cari yang sempit-sempit, sakit kaan..!” rajuk Rika.

Aku ketawa dan mengecup bibirnya sambil mengusap air matanya di sudut mata Rika sambil merasakan enaknya himpitan kemaluan Rika yang sempit ini. Setelah beberapa saat, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan-pelan.
“Aaah… uuuhhh… oooww… shhh… ehhmmm…” desah Rika sambil tangannya memeluk erat bahuku.
“Masih sakit Sayaaang..?” tanyaku.
“Nggak Mas… sedikiiitt… auuoohhh… shhh… enn.. ennnaakk.. Mas… aahh…” jawab Rika.

Mendengar itu, aku pun mempercepat gerakanku, Rika mengimbangi dengan goyangan pinggulnya yang dahsyat memutar ke kiri dan ke kanan, depan belakang, atas bawah. Aku hanya bisa merem melek sambil terus memompa, merasakan enaknya goyangan Rika. Tidak lama setelah itu, kurasakan denyutan teratur di dinding vagina Rika, kupercepat goyanganku dan kubenamkan dalam-dalam penisku.

Tanganku terus meremas-remas payudaranya. Dan tubuh Rika kembali menegang, “Aaah… Masss Adiiii… teruuus Maass… jangan berentiii… oooh… Maasss… aaahhh… akuuuu mauuu keluaaar… aaawww…”
Dan, “Cret… cret… crettt…” kurasakan cairan hangat menyemprot dari dalam liang senggama Rika membasahi penisku.
Kaki Rika pun memeluk pinggangku dan menarik pinggulku supaya lebih dalam masuknya penisku ke dalam lubang kenikmatannya. Ketika denyutan-denyutan di dinding vagina Rika masih terasa dan tubuh Rika menghentak-hentak, aku merasa aku juga sudah mau keluar.

Kupercepat gerakanku dan, “Aaah… Rikaaa… aku mau keluar Sayaaang…” belum sempat aku menarik penisku karena kaki Rika masih memeluk erat pinggangku, dan, “Crooot… crooot… crooott…” aku keluar di dalam kemaluan Rika.
“Aduuhhh enakkknyaaa…”
Dan aku pun lemas menindih tubuh Rika yang masih terus memelukku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Aku pun bangkit, sedangkan penisku masih di dalam liang senggama Rika dan kukecup lagi bibirnya.
Tiba-tiba, “Greeekkk…” aku dikejutkan oleh suara pintu garasi yang dibuka dan suara motor adikku yang baru pulang.

Aku pun cepat-cepat bangun dan tersadar. Kulihat sekeliling tempat tidurku, lho… kok… Rika hilang, kemana tuh cewek..? Kuraba penisku, lho kok aku masih pake celana dan basah lagi. Kucium baunya, bau khas air mani. Kulihat di pinggir tempat tidur masih terbuka majalah hiburan khusus pria yang kubaca tadi. Di halaman 68, di rubrik wajah, kulihat wajah seorang cewek cantik yang tidak asing lagi yang baru saja kutiduri barusan, yaitu wajah Rika yang menggunakan swimsuit di pinggir kolam renang.

Yaaa ampuun… baru aku sadar, pengalaman yang mengenakkan tadi bersama Rika itu ternyata cuma mimpi toh. Dan Rika yang kutiduri dalam mimpiku barusan adalah cover girl cantik dan seksi majalah yang kubaca sebelum aku tertidur tadi, yang di majalah dia mengenakan swimsuit merah. Aku pun segera beranjak ke kamar mandi membersihkan diri. Di dalam kamar mandi aku ketawa sendiri dalam hati mengingat-ingat mimpi enak barusan. Gara-gara menghayal yang tidak-tidak, jadinya mimpi basah deeh.

Sepotong Cinta Milik Eva

Pa nanti aq pulangnya agak sorean, mau mampir ketempat Ibu sebentar” kata istriku.
“Iya Ma hati-hati dijalan” jawabku
Aq dan Eva (istriku) dikarunia seorang anak perempuan bernama Gesya. Umurnya baru 4 bln. Sebenarnya pernikahan kami pun terbilang buru-buru. Karena Eva hamil duluan. Padahal aq baru sekali berhubungan intim denganya, tapi langsung jadi.

Ketika Aq dan Eva bekerja, Gesya aq titipkan pada Ibu yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumahku. Sore harinya sepulang kerja aq jemput untuk pulang lagi

Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam namun Eva belum pulang juga. Aq coba menelponnya.
“Halo, Mama dimana?” tanyaku.

“Halo Pa, iya sebentar lagi pulang” jawabnya seraya mematikan telpon.
Aq menunggu istriku pulang sambil menemani gesya tidur. Lantaran lelah seharian kerja aq pun tertidur disamping anakku.

Aq terbangun ketika mendengar suara orang mandi. Ternyata Eva istriku baru datang dan langsung mandi.
“Sudah makan Pa? tanya Eva istriku.

“Sudah, kamu?”
“Sudah Pa tadi dirumah Ibu”

“Aq mau langsung tidur Pa, capek banget” jawab singkat istriku.

“Memang semenjak melahirkan, aq belum pernah berhubungan intim dengan istriku lagi. Walaupun kadang pengen, namun aq kasihan dengan istriku.

Kupandangi istriku, begitu cantik dan mempesona. Usianya baru 21 thn, tubuhnya masih padat. Kupeluk mesra istriku dari belakang. Aroma wangi tubuh istriku membangkitkan nafsu gairahku. Kebetulan istriku hanya memakai baju tidur yang berbahan tipis. Langsung saja tanganku menyusup ke toket ranum itu. Kuremas lembut, rasanya padat kenyal dan hangat. Ketika ku pilin putingnya keluarlah cairan putih dan kental. Pasti ini air susu Eva, Aq coba mencicipinya rasanya tidak manis.

“Pa.. mama capek malah dibuat mainan” suara istriku kesal.

“Maaf Ma, Papa pengen banget nggak tahan” jawabku.

“Ihh Papa gitu, sini ke kamar depan” istriku bangkit lalu melangkah ke kamar depan.

Sampai di kamar depan Eva langsung menyingkapkan baju tidurnya. Sambil melorotkan CD nya Eva pun menungging

“Masuk sini Pa” Eva menunujuk memeknya.

“Ughh” tak pakai lama aq langsung menyodok lubang memek Eva

“Terus Pa cepet, biar nikmat”

“Iya ma”

“Buruan mas keluarin, Eva capek banget”

“Sebentar Ma”

“Creett..Creett.. creett.. “Air maniku nyembur di dalam memek Eva

“Udah ya Pa, Mama mau bikin susu buat Gesya”

“Iya Ma”

Aq pun tertidur di kamar depan. Sedangkan Eva di kamar belakang bersama putriku. Lelah juga ternyata lama tidak bercinta dengan Eva

Sekitar beberapa bulan setelah aq menikah aq diajak oleh temanku Johan namanya, karaoke atau maen WP namun, aq selalu menolak ajakannya dengan halus.

Setelah aq menikah Johan selalu menggodaku soal malam pertama. Aq cuma jawab sekenanya karena dia juga cuma bercanda.

Aq pun teringat obrolanku dengan Johan sebelum Eva melahirkan.
“Di, gimana sih rasanya maen sama wanita hamil, nikmat nggak?” tanya Johan.

“Edan kamu, orang hamil kok di entot” jawabku.

“Kamu gimana, yang namanya orang hamil emang harus di entot biar lahiranya lancar”
“Enak aja”
“Dibilangin juga, Eva sudah berapa bulan?” tanya Johan lagi.

“7 Bulan”

“Wahh seksi dong Di, susunya udah keluar tuh, wnak kamu bisa nenen tiap hari hahahaha”

“Ah ngaco kamu Joe” jawabku sambil pergi.

Keesokan harinya aq menemukan sebotol kecil susu. Warnnya putih kekuningan. Sepertinya itu dari Johan, karena setiap barang-barang aneh selalu dari dia.
“Susu apa ni Joe?” tanyaku.

“Wahh gokil Breyy, kamu harus nyoba, itu ASI murni breyy, mengandung banyak collostrum bagus banget buat kesehatan” jawab Johan panjang lebar

“Dapet dari mana kamu, Joe?”

“Dari tetangga sebelah, kan lagi hamil gede, hahahahaha”

“Beneran Joe?”

“Iya Brey, aq sepik-sepik eh malah di kasih beneran”
“Gila ah, buat kamu aja”
“Beneran nih nggak mau, ya udah aq minum, jangan nyesel ya” jawab Johan sambil meminum susu itu.

Siang harinya aq menemukan susu seperti itu lagi. Tapi bedanya ini lebih hangat. Karena penasaran aq coba mencicipi susu itu. Rasanya nggak manis, malah cenderung asin. Aq datangi lagi teman aneh ku itu lagi.

“Joe apaan lagi nih?” tanyaku.

“Ini spesial Breyy, baru aja diperas, coba aja deh, Si Janu aja minta nambah tuh”

“Ngaak ah buat kamu aja, kalau aq mau kan bisa minta istriku”

“Iya deh” jawab temanku agak kecewa.

Pagi hari aq buru-buru berangkat ke kantor karena memang lagi banyak kerjaan. Johan sudah tiba di kantor, Johan kelihatan sibuk. Memang ini akhir bulan, semua orang mendadak jadi sibuk.

“Aldi besok kalau sudah gajian kita main keluar yuk, karaokean atau apa gitu” kata Janu temanku

“Aq punya tempat baru nih Breyy, wajib kita coba” lanjut Johan.

“Ok abis, ceweknya abg semua, pokoknya mantap deh?” lanjut Janu.

“Kamu gimana Di?” tanya Janu

“Gimana ya, aq ngikut aja dech” jawabku

“Ok deal, kita berangkat Jumat” kata Johan.

Akhirnya hari yang kami tunggu-tunggu pun tiba. Pulang kerja kami langsung menuju tempat karaoke pilihan Johan. Aq sebelumnya sudah minta ijin Eva. Eva mengijinkan asal tidak sampai mabuk.

Setsampainya di tempat karaoke itu kami langsung masik dan meilih room. Sedagkan Johan malah sibu memilih cewek pemandu karaoke. Seperti biasalah dia super rempong kalau soal cewek.

“Aldi, masuk dulu aja, biar aq yang milih buat kamu” kata Johan.

“Ok lah, terserah kamu aja”

Kami masuk ke room yang lebih mirip mini diskotik. Di room itu kami bikin party kecil-kecillan. Beberapa saat kemudian masuk 3 orang wanita. Semuanya cakep-cakep, hanya ada 1 cewek yang pertunya agak ndut mungkin hamil.

“Ini kenalin Jeni, khusus buat Aldi, masih 18 thn” kata Janu.

“Aq cukup ini aja Breyy, Siska, susunya bergizi hihihii” kata Johan.

“Dasar kamu maniak susu” kata Janu sambil merangkul Niken cewek pilihanya

Aq cukup canggung karena memang kami semua sudah menikah. Tapi mau gimana lagi. Uda terlanjur, toh aq juga jarang dapet jatah dari Eva.

“Kita bebas disini, ini tempat punya temen aq” kata Johan sambil meremas pantat Siska.

Tanpa ragu, Niken langsung memeluk Janu dan berlanjut dengan ciuman. Sedangkan Jeni menempelkan tubuhnya kepadaku. Memang tidak cantik, tapi tubuh Jeni bener-bener padat montok. Janu minum alkohol cukup banyak sehingga dia udah tinggi.

Johan lalu membuka baju Siska dan menghisap toketnya. Pertunya ndut, munkin Siska hamil 7-8 bulan. Kalau urusan susu memang Johan jagonya.

“Mas Aldi mau susu juga?” Goda Jeni.

“Eh gimana ya” aq terkejut

“Coba ini mas” tanganku diraihnya dan di masukkan dalam BH Jeni.

“Hangat kan mas?” tanya Jeni lagi.

Aq tak menjawab, cuma aq percepat remasanku. Memang toketnya begitu montok, lebih montok dari milik istriku.

Disebelahku, Janu sudah main dengan Niken. Niken setengah bugil duduk dipangkuan Janu. Johan lebih gila lagi, Johan melepas semua pakaian Siska hingga bugil. Lalu Siska dengan posisi nungging. Tubuh Siska berguncang seirama dengan sodokkan Johan.

Jeni membuka celanaku, lalu mengelus batang kemaluanku yang sejak tadi tegang mengeras.

“Aq nggak ma Jen” kataku.

“Masm kalau aq nggak dientot nanti aq nggak dibayar” jawab Jeni singkat.

“Oral aja”

“Iya mas, makasih mas” Jeni lalu menyepong batang kemaluanku.
Rasanya sungguh nikmat luar biasa, sudah lama aq nggak menikmati servis. Apalagi aq belum pernah di oral, Karena Eva nggak mau. Sambil disepong, aq remas-remas toket Jeni. Sensasinya sungguh luar biasa. Jeni lalu jongkok dihadapanku, dia melepas baju dan BH nya. Terpampanglah dua gunung kembar Jeni.

Montok dan padat. Juga dihiasi puting susu kcil berwarna cokelat tua kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Ditariknya batang kemaluanku lalu dijepit ditengah-tengah toket Jeni. Sesekali kemaluanku dijilatinya dan dihispanya. Aq hanya bisa merem melek menikmati permainan Jeni.

Janu seperti sudah klimaks, dia tidur di pelukan Niken. Sedangkan Johan masih menindih tubuh Siska. Wanita yang sedang hamil itu dibuatnya kelojotan.

Tiba-tiba Jeni mendorong tubuhku lalu duduk diatas batang kemaluanku. Tanpa menunggu ijin dariku Jeni langsung memasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang memeknya.

“Jeni juga pengen seperti temen-temen mas, pengen di entot juga” kata Jeni sambil menindihku.

Batang kemaluanku masuk dengan agak susah, entah punya Jeni yang sempit atau batang kemaluanku yang kebesaran.

“Oghhh nikmat mas penismu” desah Jeni sambil menggerakkan pantatnya

“Goyang terus Jen” bisikku

“Penismu gede mas, nikmat, nanati kalau mau keluar bilang ya”

Jeni terus menggoyangku, toketnya yang ranum memukul-mukul mukaku. Karena sudah terangsang berat aq hisapi toket Jeni. Jeni pun mengerang keras.

“Aaauugghhh masssss” tiba-tiba memek Jeni jadi bsah licin.

“Aq mau keluar Jen” kataku.

“Ohhh iyaahhh massss” Jeni lalu berjongkok dan menghisapi batang kemaluanku

“Crett.. crett..crettt.. crettttt” air maniku keluar dalah mulut Jeni.

Aq duduk lemas di kursi sofa. Jeni ijin untuk membuang air maniku di wc. Kulihat Johan sudah selesai mengerjai Siska. Janu pun begitu, Niken duduk bersandar didadanya.

Kami pun melanjutkan acara dengan ngobrol sana sini dan bercanda. Tiba-tiba Janu punya ide gokil.

“Sebelum kita pulang, kalu kita bikin game dulu gimana breyy?” kata Janu.

“Apaan tuhh?” sahut Johan sambil mengelus-elus perut ndut Siska.

“Kita lomba masturbasi” jawab Janu.

Menikmati memek Frida Yang Nikmat

Istriku memang sengaja tidak membangunkan aku karena tadi malam aku pulang jam 4 pagi sampai rumah. Karena memang pekerjaanku sebagai auditor selalu dikejar target laporan, beruntung dalam teamku bekerja ada satu wanita yang bebas dengan segala sesuatu, sebut saja Vanes dialah yang semalam memberikan service kepadaku untuk mengurangi keteganganku dalam bekerja, menurut dia bersetubuh dengan orang lain bukan hal tabu lagi buat dia karena dia tidak mempermasalahkan jika suaminya juga berkencan dengan suami lain, yang penting dalam prinsip dia adalah tidak lihat langsung saat kejadian tersebut.

Aku yang masih enak dikasur masih teringat dengan kejadian semalam aku tersenyum bahagia, sebetulnya say bisa pulang awal jam 10 malam karena memang saat itu aku dan Vanes sedang h***y hornynya jadi kita bisa 3 ronde sampai akhirnya pagi menyambut kita.

“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.

Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku.

Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak tinggi. Aku pun teringat Firda, sahabat istriku. Kebetulan Firda berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya.

Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Firda. Tubuhnya mungil, setinggi Vanes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Firda bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Linda…seandainya aku bis a menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu.

Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Firda, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.

“Ndah…Indah…aku dateng,” seru suara itu…

Oh my gosh…itu suara Firda mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Firda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.

Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Firda udah nongol di ruang tengah, dan

“AAAHHH…ANDREEEEW…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”

“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu.

Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.

“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.

“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.

“Yee…namanya juga lagi h***y…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.

“Udah, Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”

“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.

“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Firda beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.

Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dulu lah…,”pintaku.

“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.

“Bentar deh Fir. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.

“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”Linda protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya. “fir,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.” “Gimana?”

Firda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.

Sejurus kemudian..

“Ok, Fir. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.

“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”

“Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.

“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”

“Gak usah, disini aja,”sahutku.

Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah p******a itu menyembul keluar. p******a yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu.

Setelah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya.

Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.

“Nih, aku u dah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”

Firda segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.

“Duduknya jangan gitu dong…”

“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Firda. “Nungging, gitu?”

“Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.

“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.

“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.

“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,”Linda masih saja protes dengan permintaanku.

“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.

“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”

Sambil memandangi tbuh Firda, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau peman dangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Firda tidak menanggapi omonganku.

“Oh…Liiiinnn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Firda menatapku dan tersenyum.

“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn……”

Firda terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.

“Pantatmu, Liiiinnn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.

Firda masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Firda juga mulai ternagsang dengan aktivitasku.

Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah.

Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Firda nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.

Kupejamkan mataku, agar Firda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Firda meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan.

Astagaaa..!!! p****g itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, p******a Firda lebih bagus dan kencang dibandingkan Vanes. Kulihat tangan kiri Firda memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.

“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suara nya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Firda.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku.

Aku membuka mata dan terpekik. “Lin…kamu…,”leherku tercekat.

“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew,”sahut Firda sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.

My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Firda yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Firda. Kemudian secara spontan Firda menjilat tongkolku yang sudah bener-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Firda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.

Tak tahan dengan perlakuan sepiha Firda, kutarik pinggulnya da n buru-buru kulepaskan Cdnya.

“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Firda protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas p****t putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.

“Ohh..Lin…boleh ya aku megang p****t sama memiaw kamu?”pintaku.

“Terserah…yang penting kamu puas.”

Segera kuremas-remas p****t Firda yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Firda terpampang dihadapanku. Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke a**s dan vaginanya. Firda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

“Achh…Liiiinn…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Firda saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga akhirnya….

“fir….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg.

“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”

“I…iiy…iiyyaaa….fir….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”

Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…

Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan d**a Firda. Tanganhalus Firda tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan

Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Firda.

“Lin…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama d**a kamu kenas permaku?”

Firda menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.

“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”

“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau s****a kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya firda.

“Iya…kalo gak gitu, Indahmana mau nelen s****a aku.”

“Aihhh….” Firda terpekik. “Indah mau nelen s****a?”

Aku mengangguk. “Keapa Fir? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama d**a kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.

“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Firda mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya.

“Iya, Ndrew, s****a kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen s****a kamu…”

“Mau lagi….?”

“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Ndrew?”

“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Fir.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”

“Dasar kamu ya….”

“Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.

“Mau sih…Cuma takut kalo Indah dateng…gimana donk….”Linda merajuk.

Perlahan kuhampiri Lida, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang.

Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.

“Hmmm…Lin…meqi kamu masih basah…kamu masih h***y dong…”tanyaku.

“Udah, Ndrew….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” firda memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.

“Ndrewwww…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.

Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir v****a Firda yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.

Akibatnya luar biasa. Firda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan.

Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma v****a Firda lain dengan aroma v****a istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Firda.

“C’mon..Ndrew…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”

Aku paham, gerakan pantt Firda makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.

“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.

“Mas…..mas Andrew….”suara wanita didepan memanggil namaku.

Sontak kulepaskan jilatanku. Firda memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.

“Ndrew..kok kyaka suara Rika ya…”firda bertanya

“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Fir, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…”

Segera Firda berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Firda hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.

Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.

“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.

“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?

Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya. Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.

Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.

“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.”

“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”

“Ah, biasa aja lageee..hehehe” Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Firda

Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku.

“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.

“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”

Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…

“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.

Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….

“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Indah pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa.

Aku Cuma tersenyum.

“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”

“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.

“Iya.”

Tepat saat Rika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Firda keluar dari kamarku.

Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Firda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah.

“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.

Firda mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…

“Ceklek….!”

Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Firda berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Firda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya.

Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.

“firda…? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.

“Eh…anu…ini lho…”kudengar Firda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.

“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”

“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Firda lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.

“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.

“Sini liat.” Rika menghampiri Firda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Firda, tanpa perlawanan dari Firda.

“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?”

“udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Firda. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.

“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.

“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Firda ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.

“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.

“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku.

“Apa syaratnya, Rik?”

“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”

“Iya, apaan syaratnya?” Firda ikut bertanya

“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”

“WHAT?” aku dan Firda berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”

“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Rika mencibir dengan senyum kemenangan.

Aku dan Firda saling berpandangan. Kuhampiri Firda, kubelai tangan dan rambutnya. Firda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika. Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Firda segera membuka kaosnya.

Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Firda menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Firda dan Rika.

Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.

“Ayo, ndrew…cepetan deh…udah gak tahan, honey…”firda merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”

“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”

Aku menatap mata Firda yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera k usosor memiaw Firda yang sangat becek oleh lendir birahinya.

“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Andreeeeewwwwww….”firda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.

Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.

“Hmmmppppppff…Andrew…Andrew…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…”firda da terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya. ‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”

“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik i**l maupun memiaw Firda sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan p****t dan sofa.

Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Firda menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.

“ANDREEEEEEWWWWWWW…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……”Lin da menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.

Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Firda. Sedotanku pada memiawnya membuat guncanganLinda makin keras…dan akhirnya Firda terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.

“Oooohhhh…Ndreww…aaachhh…..”Linda menceracau sambil gemetaran.

“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”

Kulihat Firda tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku m elumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, p******a Firda sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang p****g merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai o*****e.

“Shhh…Dreeewwww…iihhhh…geli….” Lnda menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Firda mulai mengejang lagi.

“Acchhh….Andreww….sayaaaannggg…”Linda merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”

Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Firda. Blessss…….

“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Firda tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam da n kuhentikan sejenak disana.

Terasa sekali memiaw Firda berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.

“Ayo, ndre…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Linda merintih memohon.

Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Firda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati p******a dan putingnya.

Sesaat kemudian kulihat mata Lnda terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.

“ Firda menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.

Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Firda, makin kencang pula pelukannya. Nafas Firda tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.

Karena denyutan memiaw Firda yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.

“Ayo nDrew…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….”Linda memohon.

“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.

“No problem honey…aku safe kok….”sahut Firda. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”

”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Firda juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.

AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooo ttttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Firda, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.

Ohhh…nDrreeeww…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Firda merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Ndrew…” ucap Firda. Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.

“Plllookkkkk….”

Kupandangi memiaw Firda yang masih membengkak dan merah dengan lubang menganga. Firda segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Firda meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa.

Akibatnya, telapak tangan Firda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah be rcampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Firda menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.

“Brani kam telen lagi?” tantangku.

“Idih…syapa takut….”firda balas menantangku. “Nih liat ya….”

Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…

“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Firda nampak puas menikmati pejuh ditangannya.

“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…”Linda tertawa geli.

“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.

“Tenang, NDrew..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Firda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.

“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Firda sambil mengerling genit.

“Astagaaaa….kamu tuh, Lin…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.

“Kenapa…? Kaget ya?”

“Diem-diem, muka alim..ta pi kalo urusan birahi liar juga ya..”

“Ya iyalaaahhh..hare gene, Ndrew…orang enak kok ditolak.”

“Tau gitu tadi aku semprot dimuka kamu aja ya..” sesalku

“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Firda tersenyum

“Eh, Ndrew…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Firda

Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri.

yaitu dengan memasukan kedua jarinya ke rahim rika aktivitas seperti itu bisa disebut juga dengan m********i rika pun kulihat lihat rika pun merasakan kenikmatan yang didapat saat melakuan maturbasi otot otot mukannya menegang kelihatan seperti nafsu yang telah lama terpendam tidak dilampiaskan.