Tag: seks basah

Desahannya Buat Nafsu Semakin Naik 

Siang itu suasana di salah satu SMU negeri di Denpasar sangat hiruk-pikuk oleh ramainya pengumuman bagi siswa kelas 3 yang akan mengakhiri hari terakhir mereka di sekolah tercinta. Salah seorang gadis yang berbaju abu-abu dengan rambut panjang ikut berjubel diantara kerumunan murid-murid lainnya.

Dia bernama Udiyani siswa kelas 3 jurusan pariwisata, dengan tinggi yang 169 cm memudahkan bagi dirinya untuk melihat papan pengumuman, tanpa harus berada di kerumunan terdepan.

Udiyani adalah pacarku ketika aku masih bekerja di sebuah travel agent di Bali, sebelum aku pindah ke Lombok untuk menjadi pemain musik di cafe. Dengan senyum kemenangan dia mendatangi aku yang sedang berdiri tak jauh dari tempat parkir sepeda motor.

“Mas Adiet.. Aku lulus..,” teriaknya sembari memeluk aku.

Yang aku sambut dengan mengulurkan tangan dan mendekapnya erat.

“Syukur deh.. Sayang kamu bisa lulus” ujarku ikut gembira.

Sesuai rencana sebelum acara pengumuman, Udiyani mengajaku ke Kintamani apabila dia lulus. Sebagai ungkapan kegembiraannya atas berhasilnya dia menyelesaikan masa SMU dengan baik.

Tanpa menunggu waktu lagi aku dan Udiyani berangkat ke Kintamani, yang kebetulan siang itu udaranya cukup segar dan memang sebagai lokasi wisata yang menawarkan pemandangan alam pegunungannya, Kintamani selalu sejuk, apalagi menjelang senja dinginnya sampai menusuk tulang.

Dengan mengendarai motor, aku menjalankannya tanpa perlu terburu-buru, karena aku nggak mau melewatkan saat-saat terindah berdua terlewatkan begitu saja. Tangan Udiyani memeluk pinggangku erat, sesekali dia mencumbu belakang telingaku mesra.

Tanpa terasa penisku yang berlapiskan celana jeans biru kesukaanku bergerak pelan, menandakan gejolak kelakianku mulai tergoda dengan adanya cumbuan-cumbuan Udiyani yang lembut.

Perjalanan ke Kintamani melewati jalan yang berkelok-kelok, dikanan jalan ada pemandangan danau bedugul yang sangat indah dengan airnya yang jernih, tapi sayang sore itu udaranya agak berkabut, sehingga mengganggu jarak pandang kita.

Aku dan Udiyani memutuskan untuk berhenti sesaat, sambil menikmati udara sore itu di Sebuah cafe kecil di tepian jalan yang pemandangannya langsung menghadap ke Danau Bedugul. Sambil memesan minuman hangat, aku mengeluarkan sebatang rokok kesukaanku dan menyalakannya sesaat, sebelum aku menghisapnya dalam-dalam.

Aku dan Udiyani Duduk memilih duduk di tempat yang agak ke pojok, karena kebetulan juga tempatnya cukup menguntungkan buat menikmati pemandangan ke Danau. Setelah menunggu beberapa saat minuman pesanan kita pun datang.

Tanpa menunggu beberapa saat, sebelum pelayan pergi Udiyani sudah terlebih dulu meminumnya hal ini di karenakan udara pegunungan yang berkabut sudah mulai terasa menusuk tulang belulang.

Dengan lembut aku memeluk Udiyani yang nampaknya mulai kedinginan.

“Kamu kedinginan sayang?” Tanyaku

“Iyah nih Mas..” katanya pelan.

Sambil memeluk Udiyani aku membisikan kata-kata mesra.

“Adiet hangatkan yah sayang..!” kataku lembut di belakang telinga.

Udiyani hanya tersenyum manis, tanpa berkomentar sambil mengedipkan matanya tanda setuju. Udara sepertinya sangat mendukung sekali sehingga aku dan Udiyani semakin rapat berpelukan. Ketika ada keheningan sesaat diantara obrolan kita, tak pernah aku melewatkan untuk mengecup bibir Udiyani yang ranum tanpa terpoles lisptick.

“Ohh.. Mas..” desahnya ketika kecupan lembutku mengantarkannya melambung.

Kemesraan kita di cafe tak berlangsung lama, dikarenakan hari mulai menjelang senja. Setelah membayar minuman yang kita pesan, aku menggandeng tangan Udiyani dengan mesra untuk meninggalkan cafe dan mencari penginapan di sekitar Kintamani yang memang sudah dekat dari cafe tersebut.

Tak lama berselang aku menemukan sebuah hotel yang tempatnya begitu cocok menurut kita berdua.

Di Hotel itu tersedia restaurant yang pada malam harinya menyajikan acara live accustic musik.

Sengaja aku memilih Hotel yang ada fasilitasnya seperti itu, karena aku juga pemain musik di cafe yang posisiku di band pemegang rythm sekaligus vokal.

Setelah urusan dengan resepsionist selesai, aku mengajak Udiyani berjalan ke arah kamar. Kamar kami sangat romantis, di depan ada taman dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram.

Di dalam kamar aku langsung rebahan di tempat tidur, karena perjalanan kita dari denpasar sedikit melelahkan membuat pegal-pegal di persendian.

“Mas.. Aku mau mandi dulu yah,” katanya.

“Ntar keburu kedinginan, sekarang aja mulai terasa nih udaranya,” sahutnya lagi.

“Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng,” godaku.

“Boleh.. Siapa takut..” tantangnya kemudian.

Dengan berlari kecil aku mengejar Udiyani yang sudah sampai di depan kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, aku langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek.

“Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus” kataku kemudian.

“iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?”tanya Udiyani mesra.

“Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower,” kataku lagi.

“Muachh..” seketika Udiyani mengecup bibirku lembut.

“Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku,” sahutnya lagi.

Dengan lembut aku mulai membuka seragam SMU Udiyani yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari hemnya aku buka kancing atasnya secara perlahan, sambil aku memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang penuh pesona.

Setelah kancing kedua aku buka, maka terpampanglah keindahan bukit payudaranya yang berukuran 36b itu mencuat keluar kontras dengan branya yang berwarna hitam. Aku menyelesaikannya dengan kancing terakhir, sembari aku mengecup kecil bukit payudaranya yang lembut.

Tinggallah rok abu-abunya yang belum aku sentuh. Sesaat aku mengecup kembali bibirnya yang menantang dengan sorot matanya yang pasrah. Kembali dengan perlahan aku membuka rok Udiyani, yang aku awali dengan menurunkan ziper di belakangnya.

“Srett..” bunyi ziper roknya ketika aku turunkan.

Dengan sekali rengkuh, terlepaslah rok Udiyani menyentuh lantai. Udiyani saat itu mengenakan CD warna hitam juga, yang dikombinasikan renda di pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan transparan rerumputan hitam lebat melalui renda Cdnya.

Dengan kedua tangan aku melanjutkam menurunkan CD hitamnya dan terpampanglah pemandangan yang membuat aku menelan ludah beberapa saat dan membuat kelakianku tergoda. Celana pendek yang aku kenakan telah menonjol sebelum aku melucuti pakaiannya, ditambah lagi sekarang dia sudah telanjang bulat di depanku.

Dengan lembut aku mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya. Yang aku lanjutkan dengan mulai menyabuni punggungnya, pinggulnya yang bahenol, serta betisnya yang jenjang. Yang membuat Udiyani menggelinjang pelan.

“Ohh.. Mas..” desahnya pelan.

Setelah bagian belakang selesai aku sabuni, tinggallah bagian depan yang membuat kelakianku semakin menggelegak. Aku mulai menggosok bagian lehernya terlebih dahulu, karena aku tahu, bagian ini merupakan bagian yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di tubuh Udiyani.

Perlahan tanganku mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan mulus miliknya, dengan telapak tanganku yang penuh dengan busa sabun. Terkadang terdengar desahan lembut Udiyani yang menikmati setiap gerakan tanganku yang menelusuri permukaan kulit halusnya.

“Ohh.. Mas,” desahnya lembut.

Kemudian tanganku bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan licin sembari kembali menuangkan sabun cair di sekitar payudaranya sekaligus ke putingnya yang mulai menonjol keras. Sengaja gerakan tanganku di dadanya sedikit melambat, hal ini aku lakukan sekaligus menyabuni dan merangsang payudaranya secara lembut.

Kembali desahan lembut terdengar olehku.

“Ohh.. Mas.. Teruskan”desahnya dengan mata terpejam.

Setelah cukup bermain di bagian dadanya, kembali tanganku bergerak turun ke arah perutnya yang datar yang hanya beberapa saat lamanya. Dan berakhir di daerah yang berbulu lebat nan hitam, tapi tertata dengan rapi menyerupai bentuk CD.

Aku menuangkan sedikit shampoo ke tanganku, kemudian aku lanjutkan dengan menggosok bukit vagina nya dengan lembut. Sesekali tanganku menyentuh clitorisnya lembut yang menimbulkan sensasi tersendiri buat Udiyani.

“Ssshshshshsh..” desisnya pelan.

Tak lama aku lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu di bagian pangkal pahanya yang mulus dan aku menyelesaikan tugas terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu. Setelah semua bagian tubuh Udiyani penuh dengan busa sabun, kembali aku menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaan tubunya untuk tahap akhir, sebelum aku mencumbu tubuhnya.

“Thanks ya.. Mas.. sudah di manjain,” katanya pelan.

“Dengan senang hati kok sayang.. Aku lakukan buat kamu,” jawabku mesra.

Kemudian aku memeluk tubuh Udiyani mesra, sembari membimbingya untuk duduk di pinggiran bathtub.

Dan selanjutnya aku nyalakan kran airnya. Sembari menunggu airnya penuh, aku jongkok di depannya yang lagi duduk sembari menaikkan salah satu kakinya di pinggiran bathtub. Lidahku mencumbu seluruh permukaan kakinya yang kemudian aku lanjutkan dengan menghisap lembut jemari kakinya yang lentik dan wangi itu.

Udiyani terpejam menerima perlakuanku yang begitu lembut, sehingga melambungkan nafsunya yang memang sudah sangat terangsang sejak awal. Lidahku begerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di pahanya yang mulus.

Gerakan lidahku semakin liar namun lembut, setelah sampai di pangkal pahanya. Aku menjulurkan lidahku kembali ke arah lekukan pangkal pahanya dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh Udiyani menerima rangsangan dariku.

Dengan kedua tanganku aku mulai menyibak vaginanya yang aromanya khas sekali, dan kemudian aku julurkan lidahku yang basah ke permukaan clitorisnya yang mulai menonjol pelan. Kembali tubuh Udiyani mengelinjang pelan penuh kenikmatan menerima perlakuan ini.

“Hekk.. Sshh.. Mas,” desahnya tak teratur.

Aku tahu kalau Udiyani begitu menikmati dan suaranya parau namun terdengar cukup sensual. Selanjutnya dengan gerakan mantap aku julurkan lidaku menerobos liang vaginanya yang mulai basah oleh lendir kenikmatan yang keluar dari vaginanya. Tiba-tiba gerakan tangan Udiyani begitu cepat merengkuh belakang kepalaku dan menariknya untuk lebih dalam ke permukaan vaginanya.

“Ohh.. Mas.. Aku mau keluar,” teriaknya kecil.

Tanpa berhenti gerakan lidahku terus menerobos semakin ke dalam dan ini menimbulkan sensasi yang lebih hebat untuknya dan di akhiri dengan teriakannya yang panjang.

“Ohh.. Mass..” Udiyani mendesah lembut.

Setelah mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya, aku memberikan kesempatan buatnya untuk istirahat sejenak, sambil aku berdiri menutup kran air yang ternyata sudah penuh. Kemudian aku berjalan ke pinggiran bathtub dan duduk disamping Udiyani untuk mencumbunya kembali.

Perlahan tubuh Udiyani merosot ke bawah ke arah selangkanganku dan dengan gerakan lembut mulutnya melahap ujung penisku yang memang sudah sangat keras dari permainan awal.

Lidahnya bermain dengan perpaduan hisapan dan liukan ujungnya di rongga mulut miliknya yang mungil. Aku mendesah lembut menerima perlakuannya ini.

“Ohh.. Sayang.. Enak sekali,” desahku dengan nafas tertahan.

Selanjutnya dengan lembut aku angkat tubuhnya dan memeluk pinggangnya untuk membelakangiku. Dengan lembut tanganku meremas payudaranya dari belakang dan menarik tubuhnya untuk mengambil posisi duduk.

Udiyani melebarkan kakinya sembari jemari tangannya yang lentik memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di lubang vaginanya yang sudah basah oleh lendir. Perlahan Udiyani menurunkan pinggulnya secara lembut, maka melesaklah seluruh batang penisku yang sudah mencapai ereksi maksimal.

“Ohh.. Shhss,” desah kami berbarengan.

Setelah penisku menembus bagian dalam vaginanya. Tanganku kembali meremas kedua payudaranya dari belakang dan lidahku menjilati punggungnya yang penuh dengan butir-butir air. Jemari tanganku yang kiri memilin ujung putingnya yang keras dan ini membuat bibirnya mendesah pelan.

“Ssshh..” desahnya penuh erotis.

Sementara tangan kananku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Aku mengulum bibirnya yang masih terbuka menahan nikmat dengan lembut. Udiyani tak tinggal diam dengan menggerakkan pinggulnya memutar seirama dengan gerakan pinggulku yang menghujam vaginanya lebih dalam.

Desahan dan teriakan kecil diantara percintaan kami sesekali terdengar. Dan ini menimbulkan kesan erotis tersendiri buat kita. Setelah beberapa saat lamanya adegan ini berlangsung. Tiba-tiba tubuh Udiyani bergetar dan semakin cepat gerakan pinggulnya.

“Mas.. Aku mau keluar,” teriaknya.

“Kita keluarkan bersama sayang..” sahutku

“Aku juga mau keluar nih,” timpalku lagi.

Kembali tanganku menarik wajahnya dan mengulum bibirnya dengan lembut. Dan tanganku satunya memilin ujung puting payudaranya. Dengan erat aku memeluk tubuhnya begitu aku merasakan cairan hangat menyirami batang penisku. Dan tak berlangsung lama penisku juga menyemburkan sperma ke dalam rongga vagina nya.

“ohh.. Mass.. Aku keluar,” teriaknya bergetar.

“Aku juga.. Sayangg..” dengan nafas tak teratur.

Masih dengan posisi aku memeluk tubuhnya dari belakang aku mengulum bibirnya kembali sampai tetes terakhir spermaku dan di akhiri dengan mengecilnya penisku di dalam vagina Udiayani. Percintaanku dan Udiyani berlangsung kembali setelah acara makan malam di cafe yang malam itu pengunjungnya cukup ramai.

Selama makan malam berlangsung aku memilih meja yang meghadap langsung ke panggung dan ada di deretan tengah agak di ujung. Di atas meja aku nyalakan sebatang lilin untuk menemani makan malam kami. Malam itu semakin berkesan buat Udiyani, karena aku menyumbangkan sebuah lagu karanganku di acara live musik di cafe tersebut untuk dirinya yang sengaja khusus buat dirinya.

Dewi Menikmati Goyangan Liar

Rambut kemaluannya tipis sekali, bukan karena tidak tumbuh lebat, melainkan Dewi rajin mencukurnya. Dan ketika burungku bersentuhan dengan bibir vagina bagian luarnya, mengalir perasaan sedikit geli karena rambut-rambut kecilnya tajam menusuk sekitar kemaluanku.

Namun gesekan itu tidak berhenti sampai disitu, vagina yang sudah basah mempermudah jalan masuk penisku yang sudah keras menembus dinding dalam vagina yang walaupun sudah tidak sempit lagi tetapi masih terasa nikmat untuk dikocok keluar masuk pelan, kencang, pelan, kencang.

“Ogh… ogh..!” suaraku sudah tidak teratur lagi.

Gerakan pinggul Dewi sudah semakin liar dan tidak teratur.

“Mmhh.. mmhh.. yaagghh..!” sepertinya orgasme akan datang, dan Dewi tampak menikmatinya.

Tidak sampai lima menit dari penetrasi, Dewi orgasme, dan aku mempercepat gesekanku agar dapat klimaks juga.

“Yess..!”

Aku sempat kaget ketika spermaku berhamburan, sementara aku belum siap menarik keluar burungku, Dewi berteriak. Dia sengaja menekan pantatku supaya aku tidak dapat menarik keluar burungku, dan spermaku keluar di dalam vaginanya.

Kesokan harinya aku datang ke tempat Santi, dan tanpa basa-basi setelah mengobrol seperlunya, kami ke kamar atas dan melucuti pakaian kami masing-masing hingga tidak ada satu pun yang tersisa. Seperti biasa, Santi pintar sekali memainkan lidahnya baik itu di mulutku, juga di kemaluanku. Sementara aku meraba-raba rambut kemaluannya yang lebat dan lurus. Vaginanya rapat dalam satu garis masih kering. Desah nafas kecil kami berdua membuat gerakan tanganku semakin aktif membuka dan mencari klitorisnya, sementara Santi mengajakku berlutut. Aku sudah paham dengan posisi yang diinginkan.

Burungku sudah dikulumnya, sementara lidahku juga sudah berhasil membuat vagina Santi mulai mengeluarkan cairan. Baunya agak berbeda dibanding Dewi, Santi lebih harum. Hisapan mulut Santi yang kuat dan dalam membuat burungku keras sekali dan kadang terasa sakit, namun anehnya Santi pandai mengatur irama, sehingga aku tidak keburu keluar. Dia sudah cukup mengerti daripada permainan usai dan dia belum apa-apa, lebih baik mengalah. Begitulah yang kualami.

Namanya Dewi, umur 37 tahun keturunan indo, tetapi sekilas tidak akan nampak karena rambutnya hitam lebat sebahu. Tinggi rata-rata wanita Indonesia 160 cm, payudara tidak terlalu besar, 32 cup B, kulitnya kuning langsat tetapi tidak terlalu mulus karena katanya waktu kecil nakal, sehingga sering jatuh dari sepeda. Hanya satu yang menunjukkan dia wanita blesteran, yaitu matanya yang biru laut. Semula aku juga mengira itu pun karena dia menggunakan kontak lens, tetapi ternyata mata indah itu memang asli dari sananya.

Percintaanku berawal dari sebuah pesta pernikahan teman istriku. Istriku? Ya, cerita kali ini aku sudah beristri. Bagi pembaca yang mengikuti ceritaku, 6 kisah sebelumnya memang aku belum beristri. Namun kini, meskipun aku sudah memiliki istri yang cantik, tetapi penyakitku untuk bercinta dengan wanita lain belum hilang, walaupun frekuensinya jauh kukurangi. Dan kisah ini adalah perselingkuhanku pertama sejak aku beristri.

Di pesta itu, tentu saja kami bertemu dengan banyak teman istriku. Seperti reuni begitulah gambarannya. Dan dari sekian banyak tamu, aku diperkenalkan dengan Santi, teman istriku waktu kelas dua SMA dulu.

Santi, gadis biasa saja dan masih single (saat itu berumur 26 tahun). Biarpun begitu, tubuhnya sangat ideal dan proporsional. Benar dugaanku, Santi adalah seorang peragawati semi professional. Berbeda dengan model, memang peragawati lebih mengandalkan bentuk tubuh dibanding wajah yang cantik. Namun demikian, dapat dikatakan Santi memiliki wajah yang khas.., ya khas perpaduan antara Jawa dan Itali. Betul. Santi gadis peranakan bapak Italia dan ibu Jawa Tengah. Kami bertiga cepat akrab, dan sebelum berpisah, masing-masing meninggalkan alamat dan nomor telpon.

Empat hari kemudian, Santi menelpon istriku. Kami diundang ulangtahun Santi yang ke 26 di rumahnya, dan hanya dihadiri kerabat dekat dan sanak saudara. Entah kenapa, kami juga ikut diundang, padahal istriku bukan termasuk teman dekatnya, bahkan saat SMA pun bukan termasuk kelompok bermainnya. Mungkin karena saat di pernikahan tempo hari kami termasuk yang akrab dan menemani Santi hingga acara usai, sehingga dia merasa tidak sendiri saat itu. Modal yang cukup untuk menjalin persahabatan baru, begitu mungkin pikiran Santi.

Di pesta ulangtahun itulah, kami diperkenalkan dengan Dewi, kakak perempuan tertua Santi. Karena Santi sibuk menemani sanak saudara, maka kami ditemani Dewi. Sendirian? Ya.., ternyata Dewi datang sendiri saja, karena dia telah bercerai dengan suaminya dua tahun yang lalu. Mantan suaminya adalah orang asing yang bekerja di perusahaan asing, ketika kontrak kerjanya habis, dia kembali ke negeri asalnya, karena terjadi ketidakcocokan, mereka bercerai dan dua anaknya yang masih kecil ikut mantan suaminya.

Bagaimana aku bisa tahu itu semua? Bukanlah hal yang sulit buatku untuk berbincang-bincang dan menggiring ke kehidupan keluarga, di acara pesta sekalipun.

Entah karena kami betah ngobrol atau mungkin karena pestanya tidak lama. Akhirnya tinggal kami berenam di rumah itu, Santi dan Dewi, kami berdua, dan kedua orangtua mereka. Tetapi hanya 15 menit saja orangtua Santi menemani kami, lantas undur diri dalam diskusi kami. Tinggalah kami berempat mengobrol hingga larut malam. Karena obrolan mengarah kepada kisah-kisah SMA dulu, maka aku dan Dewi mencari topik yang lain, karena memang aku tidak satu SMA dengan istriku, dan Dewi meskipun di SMA yang sama dengan mereka tetapi jaraknya jauh di atas, sehingga juga tidak mengerti.

Dari perbincangan dua kutub, akhirnya benar-benar menjadi dua tempat diskusi yang terpisah. Kami mengobrol di halaman depan, sementara Santi dan istriku ngobrol di ruang tengah sambil membuka-buka foto mereka masa SMA dulu. Sementara kami? Dewi lebih banyak ngobrol masalah kehidupan sehari-hari.

“Tidak mencoba cari suami lagi Mbak..?” tanyaku dalam obrolan kami.

“Ingin sih.., tapi masih trauma Dik Sakti.”

“Dua tahun menjanda kan cukup toh Mbak..?”

“Betul.., tapi tujuh tahun pernikahan yang kami jalani lebih membekas tuh..!”

“Trus ngapain dong kalau malam minggu..? Tidak mungkin di rumah aja kan..? Dan juga tidak mungkin jalan-jalan terus kan..?”

“Oh.., biasanya malam minggu aku sibukkan dengan main internet di rumah.”

“Wah, berarti tahu situs-situs porno dong..! Ha.. ha..!”

“Ih ngaco deh Dik Sakti ngomongnya, ntar aku bilangin istrinya lho..!”

“Pernah masuk ke Bispak.org nggak..?”

“Sering..,” jawab Dewi tanpa malu sambil menyebut beberapa cerita yang ada disana. Dan, “Hanya sebatas petting..?”

Betul, salah satu yang terucap dari bibirnya adalah kisah yang berjudul ‘Hanya Sebatas Peting’.

“Kenapa nggak coba menghubungi pengarangnya lewat email Mbak..?” pancingku agar dia mengirim email ke pengarang ‘Hanya Sebatas Peting’, ya.., agar dia mengirim ke emailku, karena aku lah pengarang kisah ‘Hanya Sebatas Peting’ tersebut.

Dua hari kemudian, dugaanku tepat, ada email masuk ke alamatku dan ingin berkenalan lebih jauh setelah membaca kisah ‘Hanya Sebatas Peting’. Aku tahu itu pasti Dewi. Ya, segera kubalas dengan memberikan no. HP-ku (kebetulan Dewi tidak tahu no. HP-ku). Alangkah terkejutnya Dewi ketika menelponku dan mengajak berhubungan seks, ternyata itu adalah aku, suami dari teman adiknya. Dan aku pun lebih terkejut lagi, dia ternyata bukan Dewi, tetapi Santi teman istriku. Santi dan Dewi menggunakan email yang sama dan sama-sama hobby membaca Bispak.org, dan rupanya Dewi menyuruh Santi mengirim email dan menelponnya. Aku terpaksa memohon untuk menutup rahasia ini dari istriku, dan sebagai balasannya kami bertiga akan bercinta.

Kami janjian di rumah Dewi, mula-mula kami bermain kartu, akhirnya Santi menawarkan strip poker. Cukup beruntung, setengah jam Santi dan Dewi dapat kukalahkan, dan seluruhnya berhasil kulucuti pakaiannya, sementara aku baru sebatas telanjang dada saja.

Permainan kami hentikan, dan aku memulai meraba tubuh Santi yang memang lebih seksi dibanding kakaknya Dewi. Meskipun belum menikah, tetapi sepertinya Santi sudah cukup pengalaman dengan pemanasan yang kumainkan. Terbukti, Santi mampu mengimbangi ciumanku, bahkan dalam posisi 69 sekalipun, Santi mampu memainkan burungku di rongga mulutnya cukup lama dan memainkan lidahnya di dalam sana.

Rambut kemaluannya lebih lebat dari Dewi dan lebih mengundang nafsu. Aku mencari klitorisnya dengan lidahku. Ketika kusentuh, terasa getaran reaksi dari Santi. Dapat dikatakan inilah foreplay terlama yang pernah kumainkan. Hanya dengan mengulum burungku, aku klimaks dan mengeluarkan sperma yang langsung ditelannya, setelah itu dijilatinya burungku hingga bersih, terus dan terus permainan tidak berhenti.

Meskipun burungku sudah mengecil karena orgasme, Santi tidak berhenti memainkan burungku di dalam mulutnya, sementara aku sudah kewalahan melayaninya, lidahku sampai pegal memainkan bibir vagina dan klitorisnya. Kulumanku kuhentikan dan kuganti dengan memainkan jemariku di lubang vaginanya yang basah. Dua jari sudah kumasukkan ke dalam lubang vaginanya yang hangat, dan Santi berhasil membangunkan burungku kembali setelah terkulai sekitar sepuluh menit. Dan Santi belum menyelesaikan permainannya.

Luar biasa! Telurku dimainkan dengan sentuhan lidahnya yang halus, merambat pelan bibirnya menyentuh burungku, dan dilumurinya seluruh permukaan burungku dengan jilatannya yang sedari tadi terasa hangat. Aku tidak mau keluar untuk yang kedua kalinya. 45 menit hanya untuk oral, aku segera berbalik badan dan mempersilakan Santi memegang burungku yang sudah keras, dibimbingnya dan diarahkan ke lubang vaginanya.

“Ooougghhh… my god..!” desahku.

Masuk sudah seluruh penisku di lubang kenikmatan Santi, posisiku di bawah dan Santi di atas. Sambil menghentak-hentakkan pantatnya naik turun memompa dan menjepit burungku, rupanya Santi lebih pengalaman dari yang kubayangkan. Kemana Dewi? Dia masih sabar menunggu gilirannya, tetapi aku sudah tidak kuat, daripada dia kecewa nantinya maka kuajak dia mengangkangiku tepat di atas kepalaku. Aku jilat veginanya semampuku, karena aku sudah tidak konsentrasi dan sulit bernafas karena permainan Santi.

Untunglah Dewi lebih mudah terangsang dari yang kuduga. Cukup lima menit vaginanya sudah basah terasa asin dan anyir, tidak seharum Santi. Aku semakin sulit bernafas karena goyangan Santi semakin cepat dan dalam menekan burungku. Sepertinya aku sudah mau dapat, dan Santi masih asyik dengan gerakannya. Maka dengan refleks kutarik batang kemaluanku dan Dewi kurebahkan di bawah. Burungku mengarah ke lubang vagina Dewi yang jauh lebih basah dari Santi, sementara tiga jariku kumasukkan ke vagina Santi menggantikan tugas burungku.

Aku tidak mau keluar sebelum Santi dapat, dan pasti aku kelelahan sebelum Dewi kulayani. Untunglah Santi dapat mengerti, dan tetap menikmati jemariku di dalam vaginanya. Dan Dewi sudah terengah-engah dengan gerakanku keluar masuk vaginanya yang lebih kecil dibanding Santi, walaupun tidak serapat Santi.

Teriakan yang tertahan menandakan Dewi mendapatkan kepuasan, untunglah tugasku sudah selesai dengan Dewi, sehingga aku dapat melanjutkan dengan Santi dan spermaku keluar untuk kedua kalinya tidak lama setelah kumasukkan ke dalam vagina Santi. Mudah-mudahan Santi pun puas, karena aku tidak melihat gejala dia orgasme meskipun kudengar dia teriak saat spermaku menyembur di vaginanya.

Badanku terasa lemas bercinta dengan dua perempuan sekaligus, untunglah Dewi tidak sehebat Santi. Maka sejak saat itu, aku tidak mau lagi bercinta sekaligus, aku baru mau kalau hanya satu-satu, dan aku lebih banyak bercinta dengan Santi karena selain lebih seksi, lebih bergairah dan yang terpenting aku dapat orgasme minimal dua kali. Pernah aku bertanya terus terang dengannya, apa Santi juga orgasme ketika bercinta denganku. Jawabannya kadang-kadang, tapi dia mengakui suka karena kebutuhannya terlampiaskan. Dan ketika tidak orgasme, dia selalu melanjutkan sendiri dengan ‘dildo’-nya.

Dua bulan hubungan kami bertiga berjalan hingga Santi meneruskan studinya ke Jerman memperdalam bidang Information Technology, dan Dewi masih tetap sendiri, hanya saja saat ini ada lelaki yang sedang dekat dengannya dan sepertinya dia mencoba untuk serius. Sementara aku masih tetap menjawab email yang masuk terutama wanita, tetapi kebanyakan mereka tidak ada yang seberani Santi dan Dewi untuk berlanjut lebih dari sekedar berkirim email.

Hingga suatu saat ada email yang kukira junk email dari luar negeri, dan ketika kubuka, Santi..!

“Hey… gue seneng disini. Gue bisa orgasme terus setiap berhubungan dengan temen-temen gue yang orang bule. Ha… ha… burungnya besar-besar lho.., dan penuh di mulut gue… ha… ha…” isi emailnya.

Sialan.., aku kesal tetapi tersenyum juga melihat isi emailnya.

Menjual Diri Adalah Sumber Rejekiku

Vika yang menjanda diusia mudanya dan sudah beranak satu, demi mencukupi kebutuhan ekonominya dia bekerja sebagai SPG. Karena penghasilanya tidak cukup sebagai seorang SPG pada akhirnya dia juga menjual diri kepada para pria hidung belang.

Namaku Vika aku berumur 24 tahun diusia dini aku menikah dengan seorang pria. Aku sudah memiliki anak yang sudah berumur 2 tahun. Setelah lulus SMA aku dulu langsung menikah karena hamil duluan. Aku menikah dengan pria yang jauh lebih tua dariku. Tidak begitu mapan cuma dia memiliki usaha yaitu punya bengkel motor.

Kala itu usahanya sukses belum banyak saingan, suamiku banyak teman jadi bengkel selalu ramai. Sebenarnya aku tidak direstui menikah dengannya namun apalah daya aku hamil duluan dan dia mau tanggungjawab. Orangtuaku meragukan suamiku, karena dia termasuk pria nakal banyak tato di tubuhnya. Itu semua membuat orangtuaku kurang suka dengannya.

Namun setelah anakku lahir semua menjadi membaik. Hubunganku dengan orangtuaku sudah sedikit ada perubahan. Setelah satu tahun menikah usaha suamiku hampir bangkrut karena dia hobi taruhan. Setiap hari pulang malam taruhan kesana kesini menghabiskan uang. Sementara kebutuhan semakin mendesak, anakku juga butuh susu butuh membeli keperluan rumah tangga.

Setiap malammabuk-mabukkan pulang pagi marah-marah karena kalah tarhan. Hingga akhirnya sampai saat ini dia banyak hutang, dikejar bank sana sini. Aku semakin tidak betah tinggal serumahh dengan dia. Bengkel juga jarang buka karena dia takut jika ada yang menagih. Dirumah sendiri serasa neraka banyak dicari orang sementara setiap kali orang datang aku yang menghadapi.

Lama-lama orangtuaku mengetahui kelakuan suamiku. Apalagi aku banyak minta uang dengan kedua orangtuaku. Mereka sudah mengetahui semua keburukan suamiku pada akhirnya aku harus cerai dengan dia. Itu permintaan oangtuaku dan memang aku sudah tidak betah lagi hidup dengannya. Akhirnya aku bercerai dan hak asuh anak jatuh kepadaku.

Sebenarnya dia tidak mau bercerai , aku maju ke pengadilan agama didampingi orangtuaku. Aku kasihan melihat wajahnya yang sedang dalam kesusahan itu. Tapi dia tidak bisa menafkahi aku dan anakku. Setelah perceraian itu aku tinggal dengan orangtuaku kembali. Semua kebutuhanku dan Adel anakku di tanggung kedua orangtuaku.

Aku masuk ke perguruan tinggi lagi sementara anakku diasuh oleh pembantu. Aku kembali seperti masa muda dimana aku selalu berdandan rapid an cantik. Aku bertemu dengan teman-temanku dulu mereka udah masuk di semester akhi sedangkan aku baru mulai kuliah. Senangnya aku bisa menghilangkan masa-masa tersulit dalam hidupku.

Kini aku bangkit lagi menjadi diriku sendiri walaupun statusku janda. Itu semua tidak membuat aku patah semangat, Aku harus kembali bangkit demi anakku. Aku juga mencari pekerjaan sambilan dikala waktu luang karena aku tidak mungkin mengandalkan orangtua terus-menerus. Pada waktu itu aku berangkat kuliah bertemu dengan Devi temanku

Bokep Basah

Mesum Di Kamar Karaoke Dengan Cewek Bookingan

Pengalaman Pribadi Saya waktu maen di bali, iseng2 cari hiburan agar tidak suntuk, terlintas dalam pikiran saya ingin mesum di Karaoke, biasanya kalau tempat mesum di karokean dibali pasti tuw ada showroom yang memajang cewek cewek bookingan sebagai pemandu lagu,

pendek cerita , kami pergi ketempat karoke mesum tersebut bersama 5 teman cowok dan disana kami membooking 2 cewek pemandu lagu untuk diajak mesum di karaoke cewek2 disana sexy dan genit serta mata duitan tentunya dan kami semua udah pada mulai agak mabok sambil dengerin trance music sambil geleng geleng kepala ga jelas.

Lalu diluar terdengar ada suara hak tinggi lewat keltok keltok bunyinya dan lewatlah 3 orang cewek gelis pisan oiiiiii, rock pendek serta toket keliatan jelas dengan pakaian sedikit transparant dan seksi biasalah di club gitu lho brooo

Kemudian teman saya yudi bisa dibilang orangnya cakep, mempunyai aura memikat yg biasa mendapatkan mangsa ditempat ini mencoba mengundang mereka untuk join minum bareng di room yang kami sewa sebab room ini special kerana dibalconnya kita bisa meliat secara langsung dari atas suasa di club dan pas diatasnya tempat dance floornya para dugemers.

Teman saya satu lagi Surya juga langsung sok kenal sok dekat gitu, nawarin 3 cewek ini minum dan biasa rayuan mautnya semua keluar. heny, Octa dan winda ini kebetulan lewat mau ke wc dan bt di tempat karaoke temannya 2 ruangan disebelah lelakinya sudah termakan usia alias sudah aki aki!hahahahaha
kebetulan mereka mabok berat, dance nya seductive sekali dan kita masing2 dance dengan salah satu diantara mereka atau kadang2 ber 6 pelukan rame2, wah pokoknya udah asyik banget deh. Si heny yang paling hot diantara mereka, pake t-shit ketat dan rok pendek sexy jadi incaran yudi, Surya dan saya. kita gantian melukin dia dari belakang dan dance sambil nempelin badan.

yang pasti kemaluan kita kita semua sudah ngaceng oiiii. heny dan teman2nya juga kelihatannya tahu ini mereka sengaja goyang2in pantat mereka waktu kita peluk dari belakang sembari terus ngasi mereka minuman agar lebih terasa makin mabuk makin mantabs kata meraka

Karena merasa sudah ga tahan lagi saya tarik heny untuk mesum di karaoke berdua, dia juga tambah berani. di pojokan karaoke room, di samping tv, agak gelap, saya sosot aja bibir genitnya dan dia juga pasrah dan horny, dia diem aja waktu tangan saya masuk ke t-shirt nya yang ketat,

ternyata dia kagak pake bra. toketnya mungkin 34B, sorry bro saya juga udah agak mabok, yang pasti langsung saya remes2, sampe mendesah2 kagak karuan dan mencoba saya untuk menyuruh isepin dong puting saya,…ahhh udah kagak tahan nih…..waduhhh parah juga nih cewek ternyata, tangannya langsung ngeraba2 buah pelir saya waduhhhh mulai rada2 gimana gitu

Langsung aja saya isep2 puting nya yang udah keras kagak karuan… saya remes2 toketnya buset dah gila bener toket elu keras banget. Dia bilang.. iya nih saya horny banget, elu sih dari tadi nempel2in baranglu ke pantat saya akhirnya kita berdua makin nekat, dia ngerogoh kontol saya dan dimainin dansaya kagak mau kalah, saya juga masukin tangan saya ke cd nya.

langsung saya kocok2 tuw meki atau memeknya, busyeet udh main basah aja ni cewek bookingan, terus mainin aja sambil megang2 dan kocok2ga sampe 6 menitan, bagian dalam memeknya berkedut2, saya rasa dia keluar, yang ada tangannya yang ada di kontol saya makin cepat dan makin cepat, hampir saya kagak bisa tahan lagi. karena udah kagak tahan juga,

akhirnya heny saya ajak ke wc (yg ada di dalam vip karaoke room ini)…. yang ada di dalam wc, saya buka tshirtnya, kelihatan toketnya yang masih kenceng banget, langsung saya jilat2 dan saya naikin dia ke wastafel sambil saya buka celana saya Udah kagak tahan, tanpa basa basi lagi langsung to the point nyuruh dia ngakang dan memasukan kemaluan saya ke lubang vagina nya yang sudah basah sangat dan telanjang bulat

sabar dong beib pelanin dikit napa ungkap ni gadis cantik yang bugil tersebut, sakit tau sambil terus mendesah2 nafsu gitu setelah saya masukin kontol bertubi2… sementara tangan saya satunya memegang paha mulusnya dab terus mencoba memompa tanpa henti dan terus bergerlirya. tangan saya yang satu lagi meremas2 toketnya yang putih mulus dan bahenol pas telanjang bugil karena pengaruh alkohol,

saya juga agak lama keluarnya dan benar2 menikmati ngentot gila2an ini. saya langsung balikin badannya heny yang tinggi langsing ini dan hajar dari belakang doggy style waduhhh sedaps banget sambil remas2 pantatnya. memeknya heny benar2 enak nih,, basah tetapi peret banget…..
terus kita pindah posisi lagi, saya duduk di atas toilet dan dia masukin kontol saya sambil berdiri dan duduk diatas pangkuan saya, pemandangan ini luar biasa banget indah sekali sambil menjilat putingnya dan akhirnya saya pun croootin pejuh saya didalam memeknya ohhhhhh lega banget rasanya setelah mesum di karaoke ini.