Tag: SEKS SELINGKUH

Imel Janda yang Bergairah

Imel Janda yang Bergairah

Suatu sore, ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana, ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

“Mel, Imel!” Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, kukira temanku,” sahutku,
“Kebetulan dia bernama Imel”. “Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan.
“Saya Deny”. “Imel” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagi pula filmya Tidak terlalu bagus”, sambungnya lagi..

Suatu sore, ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana, ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

“Mel, Imel!” Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, kukira temanku,” sahutku,
“Kebetulan dia bernama Imel”. “Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan.
“Saya Deny”. “Imel” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagi pula filmya Tidak terlalu bagus”, sambungnya lagi..

“Sekarang mau kemana lagi?” pancingku. “gak ada, mau Jalan-jalan saja sepulang kerja” jawabnya. “Jalan yuk ke Sukasari” “Mau ngapain?” “Jalan aja, kalau ada Film bagus kita nonton di sana saja”. “Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.

Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Imel bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda, cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia janda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya.

Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus dan lumayan besar. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh.

Sampai di Sukasari Theatre ternyata Film sudah diputar setengah jam.

“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”. Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik.

Akhirnya dia mengajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.

“Mau minum sari rapet?” godaku.
“Gak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”. Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki.

Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.

“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu jadi, buat apa tunggu lama-lama di sini?”. Aku ke loket beli tiket.

Dan kembali duduk di sampingnya di foyer. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di foyer. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.

Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film mulai diputar. Beberapa lama kemudian tangannya menyusup ke lenganku. Aku diam saja. Imel semakin merapat. Aku berpaling dan menatap wajahnya. Ia tersenyum dan membuka mulutnya sedikit. Tampak giginya yang berderet rapi. Ia menyorongkan mukanya ke arahku dan mencium pipiku. Aku sedikit kaget atas tindakannya. Aku melepaskan tangannya dari lengan kiriku, lalu kulingkarkan ke bahu kirinya.

Muka kami berdekatan. Kutatap lagi wajahnya dan perlahan-lahan muka kami saling mendekat. Matanya agak terpejam dan mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya pelan dan lama-lama menjadi ciuman yang dalam. Kuremas dada sebelah kirinya dari luar baju dengan tangan kiriku. Ia menolak dan menepiskan tanganku, tetapi dibiarkan tanganku memeluk bahunya.

Akhirnya kami tidak konsentrasi lagi ke cerita film yang sedang diputar. Sepanjang pemutaran film itu kami saling merapat dan berciuman. Kadang-kadang lidah kami saling mendesak ke dalam rongga mulut, bergantian kadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, kadang lidahku yang masuk ke dalam mulutnya. Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan sekian lama. Film habis, kami keluar dan berjalan mencari angkutan.

“Kalau sudah malam begini dari sini susah cari angkutan ke rumahku ” katanya.
“Jadi bagaimana?”
“Kita coba saja ke Ramayana, nanti disambung lagi”. Akhirnya kami dapat angkutan, tetapi hanya sampai Pajajaran saja.

Suatu sore, ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana, ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

“Mel, Imel!” Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, kukira temanku,” sahutku,
“Kebetulan dia bernama Imel”. “Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan.
“Saya Deny”. “Imel” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagi pula filmya Tidak terlalu bagus”, sambungnya lagi..

“Sekarang mau kemana lagi?” pancingku. “gak ada, mau Jalan-jalan saja sepulang kerja” jawabnya. “Jalan yuk ke Sukasari” “Mau ngapain?” “Jalan aja, kalau ada Film bagus kita nonton di sana saja”. “Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.

Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Imel bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda, cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia janda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya.

Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus dan lumayan besar. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh.

Sampai di Sukasari Theatre ternyata Film sudah diputar setengah jam.

“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”. Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik.

Akhirnya dia mengajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.

“Mau minum sari rapet?” godaku.
“Gak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”. Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki.

Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.

“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu jadi, buat apa tunggu lama-lama di sini?”. Aku ke loket beli tiket.

Dan kembali duduk di sampingnya di foyer. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di foyer. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.

Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film mulai diputar. Beberapa lama kemudian tangannya menyusup ke lenganku. Aku diam saja. Imel semakin merapat. Aku berpaling dan menatap wajahnya. Ia tersenyum dan membuka mulutnya sedikit. Tampak giginya yang berderet rapi. Ia menyorongkan mukanya ke arahku dan mencium pipiku. Aku sedikit kaget atas tindakannya. Aku melepaskan tangannya dari lengan kiriku, lalu kulingkarkan ke bahu kirinya.

Muka kami berdekatan. Kutatap lagi wajahnya dan perlahan-lahan muka kami saling mendekat. Matanya agak terpejam dan mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya pelan dan lama-lama menjadi ciuman yang dalam. Kuremas dada sebelah kirinya dari luar baju dengan tangan kiriku. Ia menolak dan menepiskan tanganku, tetapi dibiarkan tanganku memeluk bahunya.

Akhirnya kami tidak konsentrasi lagi ke cerita film yang sedang diputar. Sepanjang pemutaran film itu kami saling merapat dan berciuman. Kadang-kadang lidah kami saling mendesak ke dalam rongga mulut, bergantian kadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, kadang lidahku yang masuk ke dalam mulutnya. Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan sekian lama. Film habis, kami keluar dan berjalan mencari angkutan.

“Kalau sudah malam begini dari sini susah cari angkutan ke rumahku ” katanya.
“Jadi bagaimana?”
“Kita coba saja ke Ramayana, nanti disambung lagi”. Akhirnya kami dapat angkutan, tetapi hanya sampai Pajajaran saja.

Kami turun di depan pintu Kebun Raya yang di Pajajaran. Kami menungu lagi di situ.

“Jam segini nggak ada lagi angkutan ke Warung Jambu kali ya?” tanyaku.
“Kelihatannya sih nggak ada lagi. Kita cari penginapan saja yuk, saya pernah nginap rame-rame dengan teman-teman di satu penginapan. Agak murah, tapi saya lupa tempatnya”.

Sekilas terpikir olehku Wisma T dekat Pasar Kebon Kembang. “Benar nih mau nginap? Saya tahu ada penginapan yang bersih dan murah”. Setelah lima belas menit menunggu ada mobil Angkutan plat hitam berhenti di depan kami.

“Kemana Pak? Mari saya antar” tanya sopir sambil membuka kaca jendelanya. Kami naik dan minta diantar ke Wisma T.

Sampai di sana ternyata hanya ada kamar standar dengan 2 kasur. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berdua masuk ke kamar. Di dalam kamar kami rapatkan kedua kasur yang ada. Karena agak gerah kubuka kausku. Imel hanya memandang dan tersenyum saja. Kami berbaring berdampingan di kasur masing-masing.

“Boss-nya yang punya showroom orang mana sih?”
“Keturunan Arab” Jawabnya.
“Asyik dong pasti gede punya barangnya. Kamu sering diajak sama boss dong “.
“gak pernah kok”. Entah dia berbohong atau benar.
“Terus kalau tiba-tiba kepengen gimana?” Imel hanya diam saja. Imel bangun dan kulihat dia membuka celana panjangnya. “Eh ngapain dibuka?” kataku terkejut.

Imel hanya tersenyum saja. Ternyata dia mengenakan celana pendek santai sebatas lutut di dalamnya. Kembali Imel berbaring di kasurnya. Karena kedua kasur sengaja kami susun rapat, tanganku bisa menjangkau tubuhnya dan kurengkuh mendekat tubuhku.

Kembali kami berciuman. Mula-mula hanya kukecup bibirnya saja dengan lembut. Imel membalas lembut dan lama kelamaan mulai menjadi liar. Tangannya memainkan bulu dadaku.

Beberapa menit kami saling berciuman dengan dengus napas yang berat. Kutindih dia sambil berciuman. Meriamku di bawah mulai bangkit. Imel merapatkan selangkangannya pada selangkanganku. Mulutku turun ke atas dadanya dan kucoba membuka kancing shirt nya dengan bibirku dan gigiku.

“Sebentar, aku buka dulu bajuku ya,” Katanya sambil membuka kancing bajunya satu persatu.
“Jangan, gak usah dibuka” kataku sambil menahan tangannya.
“gak apa-apa kok. Kamu mau kan”. Katanya mendesah.

Imel membuka baju dan celana pendeknya. Kemudian tangannya membuka ikat pinggangku dan akhirnya menarik resleting dan kemudian dengan perlahan ia menarik celanaku ke bawah. Kini kami hanya mengenakan pakaian dalam saja.

“Kamu sering ajak perempuan untuk begini ya?” tanyanya.
“Ah gak, aku belum pernah kok berhubungan dengan wanita” kataku berbohong. Aku memang sudah beberapa kali berhubungan dengan wanita.

“Gak percaya ah, kelihatannya kamu lihai sekali dalam bercumbu tadi”.
“Kalau sebatas ciuman emang sih, tapi untuk lebih jauh lagi belum pernah. Paling hanya nonton Film dan baca cerita saja”

“Jadi kamu masih perjaka?” ia meyakinkan lagi.
“Emangnya kenapa?”
“Eehhngng..” Ia mendesah ketika lehernya kujilati.

Suatu sore, ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana, ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

“Mel, Imel!” Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, kukira temanku,” sahutku,
“Kebetulan dia bernama Imel”. “Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan.
“Saya Deny”. “Imel” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagi pula filmya Tidak terlalu bagus”, sambungnya lagi..

“Sekarang mau kemana lagi?” pancingku. “gak ada, mau Jalan-jalan saja sepulang kerja” jawabnya. “Jalan yuk ke Sukasari” “Mau ngapain?” “Jalan aja, kalau ada Film bagus kita nonton di sana saja”. “Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.

Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Imel bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda, cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia janda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya.

Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus dan lumayan besar. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh.

Sampai di Sukasari Theatre ternyata Film sudah diputar setengah jam.

“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”. Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik.

Akhirnya dia mengajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.

“Mau minum sari rapet?” godaku.
“Gak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”. Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki.

Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.

“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu jadi, buat apa tunggu lama-lama di sini?”. Aku ke loket beli tiket.

Dan kembali duduk di sampingnya di foyer. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di foyer. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.

Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film mulai diputar. Beberapa lama kemudian tangannya menyusup ke lenganku. Aku diam saja. Imel semakin merapat. Aku berpaling dan menatap wajahnya. Ia tersenyum dan membuka mulutnya sedikit. Tampak giginya yang berderet rapi. Ia menyorongkan mukanya ke arahku dan mencium pipiku. Aku sedikit kaget atas tindakannya. Aku melepaskan tangannya dari lengan kiriku, lalu kulingkarkan ke bahu kirinya.

Muka kami berdekatan. Kutatap lagi wajahnya dan perlahan-lahan muka kami saling mendekat. Matanya agak terpejam dan mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya pelan dan lama-lama menjadi ciuman yang dalam. Kuremas dada sebelah kirinya dari luar baju dengan tangan kiriku. Ia menolak dan menepiskan tanganku, tetapi dibiarkan tanganku memeluk bahunya.

Akhirnya kami tidak konsentrasi lagi ke cerita film yang sedang diputar. Sepanjang pemutaran film itu kami saling merapat dan berciuman. Kadang-kadang lidah kami saling mendesak ke dalam rongga mulut, bergantian kadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, kadang lidahku yang masuk ke dalam mulutnya. Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan sekian lama. Film habis, kami keluar dan berjalan mencari angkutan.

“Kalau sudah malam begini dari sini susah cari angkutan ke rumahku ” katanya.
“Jadi bagaimana?”
“Kita coba saja ke Ramayana, nanti disambung lagi”. Akhirnya kami dapat angkutan, tetapi hanya sampai Pajajaran saja.

Kami turun di depan pintu Kebun Raya yang di Pajajaran. Kami menungu lagi di situ.

“Jam segini nggak ada lagi angkutan ke Warung Jambu kali ya?” tanyaku.
“Kelihatannya sih nggak ada lagi. Kita cari penginapan saja yuk, saya pernah nginap rame-rame dengan teman-teman di satu penginapan. Agak murah, tapi saya lupa tempatnya”.

Sekilas terpikir olehku Wisma T dekat Pasar Kebon Kembang. “Benar nih mau nginap? Saya tahu ada penginapan yang bersih dan murah”. Setelah lima belas menit menunggu ada mobil Angkutan plat hitam berhenti di depan kami.

“Kemana Pak? Mari saya antar” tanya sopir sambil membuka kaca jendelanya. Kami naik dan minta diantar ke Wisma T.

Sampai di sana ternyata hanya ada kamar standar dengan 2 kasur. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berdua masuk ke kamar. Di dalam kamar kami rapatkan kedua kasur yang ada. Karena agak gerah kubuka kausku. Imel hanya memandang dan tersenyum saja. Kami berbaring berdampingan di kasur masing-masing.

“Boss-nya yang punya showroom orang mana sih?”
“Keturunan Arab” Jawabnya.
“Asyik dong pasti gede punya barangnya. Kamu sering diajak sama boss dong “.
“gak pernah kok”. Entah dia berbohong atau benar.
“Terus kalau tiba-tiba kepengen gimana?” Imel hanya diam saja. Imel bangun dan kulihat dia membuka celana panjangnya. “Eh ngapain dibuka?” kataku terkejut.

> Imel hanya tersenyum saja. Ternyata dia mengenakan celana pendek santai sebatas lutut di dalamnya. Kembali Imel berbaring di kasurnya. Karena kedua kasur sengaja kami susun rapat, tanganku bisa menjangkau tubuhnya dan kurengkuh mendekat tubuhku.

Kembali kami berciuman. Mula-mula hanya kukecup bibirnya saja dengan lembut. Imel membalas lembut dan lama kelamaan mulai menjadi liar. Tangannya memainkan bulu dadaku.

Beberapa menit kami saling berciuman dengan dengus napas yang berat. Kutindih dia sambil berciuman. Meriamku di bawah mulai bangkit. Imel merapatkan selangkangannya pada selangkanganku. Mulutku turun ke atas dadanya dan kucoba membuka kancing shirt nya dengan bibirku dan gigiku.

“Sebentar, aku buka dulu bajuku ya,” Katanya sambil membuka kancing bajunya satu persatu.
“Jangan, gak usah dibuka” kataku sambil menahan tangannya.
“gak apa-apa kok. Kamu mau kan”. Katanya mendesah.

Imel membuka baju dan celana pendeknya. Kemudian tangannya membuka ikat pinggangku dan akhirnya menarik resleting dan kemudian dengan perlahan ia menarik celanaku ke bawah. Kini kami hanya mengenakan pakaian dalam saja.

“Kamu sering ajak perempuan untuk begini ya?” tanyanya.
“Ah gak, aku belum pernah kok berhubungan dengan wanita” kataku berbohong. Aku memang sudah beberapa kali berhubungan dengan wanita.

“Gak percaya ah, kelihatannya kamu lihai sekali dalam bercumbu tadi”.
“Kalau sebatas ciuman emang sih, tapi untuk lebih jauh lagi belum pernah. Paling hanya nonton Film dan baca cerita saja”

“Jadi kamu masih perjaka?” ia meyakinkan lagi.
“Emangnya kenapa?”
“Eehhngng..” Ia mendesah ketika lehernya kujilati.

Imel menindihku dan tangannya kebelakang punggungnya membuka pengait bra-nya. Kini terbukalah dadanya di hadapanku. Buah dadanya lumayan besar. Masih kencang dan padat. Imel mendorong lidahnya masuk jauh ke dalam rongga mulutku. Lidahnya liar memainkan lidahku.

Aku hanya diam saja, sesekali membalas mendorong lidahnya. Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Imel menggeserkan tubuhnya ke bagian atas tubuhku sehingga payudaranya pas di depan mulutku. Segera kuhisap payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kugigit kecil.

“Aaacchh, teruskan Den.. Teruskan”. Ia mulai mengerang dan meracau, punggungnya melengkung ke belakang.

Meriamku semakin keras. Imel semakin merapatkan selangkangannya pada selangkanganku, sehingga kadang terasa agak sakit jika dia terlalu keras menindihku. Puting dan payudaranya semakin kencang dan keras.

Kukulum payudaranya, sambil putingnya terus kumainkan dengan lidahku. Dadanya terlihat memerah dan menjadi lebih gelap dibanding bagian tubuh lainnya pertanda nafsunya mulai terbakar. Napasnya tersengal-sengal.

Tangan Imel bergerak ke bawah menyelusup di balik celana dalamku, meremas, mengocok dan menggoyang-goyangkan senjataku. Akhirnya dia menarik celana dalamku sampai ke lutut dan dengan bantuan jari kakinya ia melepaskannya ke bawah. Kini aku dalam keadaan telanjang bulat.

Imel menggeserkan mulutnya ke arah bawah, menjilati leher dan menggigit kecil daun telingaku. Hembusan napasnya terasa kuat menerpa tubuhku. Dia mulai menjilati putingku. Aku terangsang hebat sekali sehingga harus menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menahan rangsangan ini.

Kupeluk pinggangnya erat-erat. Tangannya kemudian membuka celana dalamnya sendiri. Kini tangan kiriku leluasa bermain di antara selangkangannya. Rambut kemaluannya tidak begitu lebat dan pendek-pendek. Dengan jari telunjuk dan jari manis kubuka kemaluannya itu.

Jari tengahku menekan bagian atas organ kewanitaannya dan mengusap bagian yang menonjol seperti kacang tanah. Setiap aku mengusap kelentitnya Imel menggigit kuat dadaku dan mengerang tertahan.

“Aaauhh.. Ngngnggnghhk”

Mulutnya bergerak semakin ke bawah, bermain-main dengan bulu dada dan perutku, terus semakin ke bawah, menjilati bagian dalam lutut dan pahaku. Sendi-sendi kakiku terasa mau lepas. Tangannya masih sempat bermain-main di kejantananku. Kini mulutnya mulai menjilati kantung penisku. Tanganku meremas-remas rambutnya untuk mengimbanginya.

Aku pikir dia mau meng-oral, tetapi ternyata tidak, dia hanya sampai pada kantung penis saja. Aku hanya menunggu dan mengimbangi gerakannya saja, seolah-olah aku belum pernah melakukan hal ini. Kembali Imel bergerak ke atas, tangan kirinya memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri mengeras.

Suatu sore, ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana, ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

“Mel, Imel!” Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, kukira temanku,” sahutku,
“Kebetulan dia bernama Imel”. “Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan.
“Saya Deny”. “Imel” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagi pula filmya Tidak terlalu bagus”, sambungnya lagi..

 

“Sekarang mau kemana lagi?” pancingku. “gak ada, mau Jalan-jalan saja sepulang kerja” jawabnya. “Jalan yuk ke Sukasari” “Mau ngapain?” “Jalan aja, kalau ada Film bagus kita nonton di sana saja”. “Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.

Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Imel bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda, cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia janda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya.

Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus dan lumayan besar. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh.

Sampai di Sukasari Theatre ternyata Film sudah diputar setengah jam.

“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”. Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik.

Akhirnya dia mengajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.

“Mau minum sari rapet?” godaku.
“Gak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”. Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki.

Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.

“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu jadi, buat apa tunggu lama-lama di sini?”. Aku ke loket beli tiket.

Dan kembali duduk di sampingnya di foyer. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di foyer. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.

Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film mulai diputar. Beberapa lama kemudian tangannya menyusup ke lenganku. Aku diam saja. Imel semakin merapat. Aku berpaling dan menatap wajahnya. Ia tersenyum dan membuka mulutnya sedikit. Tampak giginya yang berderet rapi. Ia menyorongkan mukanya ke arahku dan mencium pipiku. Aku sedikit kaget atas tindakannya. Aku melepaskan tangannya dari lengan kiriku, lalu kulingkarkan ke bahu kirinya.

Muka kami berdekatan. Kutatap lagi wajahnya dan perlahan-lahan muka kami saling mendekat. Matanya agak terpejam dan mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya pelan dan lama-lama menjadi ciuman yang dalam. Kuremas dada sebelah kirinya dari luar baju dengan tangan kiriku. Ia menolak dan menepiskan tanganku, tetapi dibiarkan tanganku memeluk bahunya.

Akhirnya kami tidak konsentrasi lagi ke cerita film yang sedang diputar. Sepanjang pemutaran film itu kami saling merapat dan berciuman. Kadang-kadang lidah kami saling mendesak ke dalam rongga mulut, bergantian kadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, kadang lidahku yang masuk ke dalam mulutnya. Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan sekian lama. Film habis, kami keluar dan berjalan mencari angkutan.

“Kalau sudah malam begini dari sini susah cari angkutan ke rumahku ” katanya.
“Jadi bagaimana?”
“Kita coba saja ke Ramayana, nanti disambung lagi”. Akhirnya kami dapat angkutan, tetapi hanya sampai Pajajaran saja.

Kami turun di depan pintu Kebun Raya yang di Pajajaran. Kami menungu lagi di situ.

“Jam segini nggak ada lagi angkutan ke Warung Jambu kali ya?” tanyaku.
“Kelihatannya sih nggak ada lagi. Kita cari penginapan saja yuk, saya pernah nginap rame-rame dengan teman-teman di satu penginapan. Agak murah, tapi saya lupa tempatnya”.

Sekilas terpikir olehku Wisma T dekat Pasar Kebon Kembang. “Benar nih mau nginap? Saya tahu ada penginapan yang bersih dan murah”. Setelah lima belas menit menunggu ada mobil Angkutan plat hitam berhenti di depan kami.

“Kemana Pak? Mari saya antar” tanya sopir sambil membuka kaca jendelanya. Kami naik dan minta diantar ke Wisma T.

Sampai di sana ternyata hanya ada kamar standar dengan 2 kasur. Setelah menyelesaikan pembayaran, kami berdua masuk ke kamar. Di dalam kamar kami rapatkan kedua kasur yang ada. Karena agak gerah kubuka kausku. Imel hanya memandang dan tersenyum saja. Kami berbaring berdampingan di kasur masing-masing.

“Boss-nya yang punya showroom orang mana sih?”
“Keturunan Arab” Jawabnya.
“Asyik dong pasti gede punya barangnya. Kamu sering diajak sama boss dong “.
“gak pernah kok”. Entah dia berbohong atau benar.
“Terus kalau tiba-tiba kepengen gimana?” Imel hanya diam saja. Imel bangun dan kulihat dia membuka celana panjangnya. “Eh ngapain dibuka?” kataku terkejut.

Imel hanya tersenyum saja. Ternyata dia mengenakan celana pendek santai sebatas lutut di dalamnya. Kembali Imel berbaring di kasurnya. Karena kedua kasur sengaja kami susun rapat, tanganku bisa menjangkau tubuhnya dan kurengkuh mendekat tubuhku.

Kembali kami berciuman. Mula-mula hanya kukecup bibirnya saja dengan lembut. Imel membalas lembut dan lama kelamaan mulai menjadi liar. Tangannya memainkan bulu dadaku.

Beberapa menit kami saling berciuman dengan dengus napas yang berat. Kutindih dia sambil berciuman. Meriamku di bawah mulai bangkit. Imel merapatkan selangkangannya pada selangkanganku. Mulutku turun ke atas dadanya dan kucoba membuka kancing shirt nya dengan bibirku dan gigiku.

“Sebentar, aku buka dulu bajuku ya,” Katanya sambil membuka kancing bajunya satu persatu.
“Jangan, gak usah dibuka” kataku sambil menahan tangannya.
“gak apa-apa kok. Kamu mau kan”. Katanya mendesah.Imel membuka baju dan celana pendeknya. Kemudian tangannya membuka ikat pinggangku dan akhirnya menarik resleting dan kemudian dengan perlahan ia menarik celanaku ke bawah. Kini kami hanya mengenakan pakaian dalam saja.

“Kamu sering ajak perempuan untuk begini ya?” tanyanya.
“Ah gak, aku belum pernah kok berhubungan dengan wanita” kataku berbohong. Aku memang sudah beberapa kali berhubungan dengan wanita.

“Gak percaya ah, kelihatannya kamu lihai sekali dalam bercumbu tadi”.
“Kalau sebatas ciuman emang sih, tapi untuk lebih jauh lagi belum pernah. Paling hanya nonton Film dan baca cerita saja”

“Jadi kamu masih perjaka?” ia meyakinkan lagi.
“Emangnya kenapa?”
“Eehhngng..” Ia mendesah ketika lehernya kujilati.

Imel menindihku dan tangannya kebelakang punggungnya membuka pengait bra-nya. Kini terbukalah dadanya di hadapanku. Buah dadanya lumayan besar. Masih kencang dan padat. Imel mendorong lidahnya masuk jauh ke dalam rongga mulutku. Lidahnya liar memainkan lidahku.

Aku hanya diam saja, sesekali membalas mendorong lidahnya. Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Imel menggeserkan tubuhnya ke bagian atas tubuhku sehingga payudaranya pas di depan mulutku. Segera kuhisap payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kugigit kecil.

“Aaacchh, teruskan Den.. Teruskan”. Ia mulai mengerang dan meracau, punggungnya melengkung ke belakang.

Meriamku semakin keras. Imel semakin merapatkan selangkangannya pada selangkanganku, sehingga kadang terasa agak sakit jika dia terlalu keras menindihku. Puting dan payudaranya semakin kencang dan keras.

Kukulum payudaranya, sambil putingnya terus kumainkan dengan lidahku. Dadanya terlihat memerah dan menjadi lebih gelap dibanding bagian tubuh lainnya pertanda nafsunya mulai terbakar. Napasnya tersengal-sengal.Tangan Imel bergerak ke bawah menyelusup di balik celana dalamku, meremas, mengocok dan menggoyang-goyangkan senjataku. Akhirnya dia menarik celana dalamku sampai ke lutut dan dengan bantuan jari kakinya ia melepaskannya ke bawah. Kini aku dalam keadaan telanjang bulat.

Imel menggeserkan mulutnya ke arah bawah, menjilati leher dan menggigit kecil daun telingaku. Hembusan napasnya terasa kuat menerpa tubuhku. Dia mulai menjilati putingku. Aku terangsang hebat sekali sehingga harus menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menahan rangsangan ini.

Kupeluk pinggangnya erat-erat. Tangannya kemudian membuka celana dalamnya sendiri. Kini tangan kiriku leluasa bermain di antara selangkangannya. Rambut kemaluannya tidak begitu lebat dan pendek-pendek. Dengan jari telunjuk dan jari manis kubuka kemaluannya itu.

Jari tengahku menekan bagian atas organ kewanitaannya dan mengusap bagian yang menonjol seperti kacang tanah. Setiap aku mengusap kelentitnya Imel menggigit kuat dadaku dan mengerang tertahan.

“Aaauhh.. Ngngnggnghhk”

Mulutnya bergerak semakin ke bawah, bermain-main dengan bulu dada dan perutku, terus semakin ke bawah, menjilati bagian dalam lutut dan pahaku. Sendi-sendi kakiku terasa mau lepas. Tangannya masih sempat bermain-main di kejantananku. Kini mulutnya mulai menjilati kantung penisku. Tanganku meremas-remas rambutnya untuk mengimbanginya.

Aku pikir dia mau meng-oral, tetapi ternyata tidak, dia hanya sampai pada kantung penis saja. Aku hanya menunggu dan mengimbangi gerakannya saja, seolah-olah aku belum pernah melakukan hal ini. Kembali Imel bergerak ke atas, tangan kirinya memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri mengeras.

Ia dalam posisi jongkok di atas selangkanganku. Perlahan lahan ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Agak susah dia kelihatannya berusaha memasukkan kejantananku ke liang vaginanya. Mungkin benar juga setelah lama janda dia tidak pernah merasakan lagi nikmatnya berhubungan badan.

Penisku memang lebih besar di bagian ujung dari pada pangkalnya. Kepala kejantananku dijepit dengan kedua jarinya, digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa hangat dan lembab, lama-lama seperti berair. Dia mencoba lagi untuk memasukkan kejantananku. Kali ini.. Blleessh.. Usahanya berhasil. “Ouhh.. Imel ouhh” kini aku yang setengah berteriak.

Imel mulai bergerak naik turun dalam posisi setengah jongkok. Mula-mula perlahan-lahan dia menggerakkannya, karena memang terasa masih sempit agak kesat dan kering. Aku mengimbanginya dengan memutar pinggulku dan meremas payudaranya.

Kepalanya mendongak ke atas dan bergerak ke kanan kiri. Kedua tangannya bertumpu pada pahaku. Ketika lendirnya sudah membasahi organnya Imel mempercepat gerakannya, kadang-kadang dibuatnya tinggal kepala penisku saja yang menyentuh mulut vaginanya. Imel menghentikan gerakannya, merebahkan tubuhnya di atasku dan kini terasa otot vaginanya meremas penisku.

Terasa nikmat sekali. Aku mengimbanginya, ketika dia relaksasi aku yang mengencangkan otot perutku seolah-olah menahan kencing. Demikian bergantian kami saling meremas dengan otot kemaluan kami. Beberapa saat kami dalam posisi itu tanpa menggerakkan tubuh, hanya otot kemaluan saja yang bekerja sambil saling berciuman dan memagut tubuh kami. “Deny, .. Nikmat sekali .. Ooouuhh” desisnya sambil menciumi leherku.

Imel berguling ke samping, kini dalam posisi menyamping aku yang bergerak maju mundur menyodokkan kejantananku ke dalam vaginanya. Dalam posisi ini gerakanku menjadi kurang nyaman dan kurang bebas. Kugulingkan lagi tubuhnya, kini aku yang berada di atas.

Kuatur gerakanku dengan ritme pelan namun dalam sampai kurasakan kepala penisku menyentuh mulut rahimnya. Kuangkat penisku sampai keluar dari vaginanya dan kumasukkan lagi dengan pelan, demikian berulang-ulang. Ketika penisku menyentuh rahimnya Imel mengangkat pantatnya sehingga tubuh kami merapat.

“Lebih cepat lagi, oohh.. Aku mau keluar aacchhkk..” Imel memeluk punggungku lebih erat. Betisnya membelit pinggangku, matanya setengah terpejam, kepalanya terangkat sehingga seolah-olah tubuhnya menggantung di tubuhku.

Kuubah ritmeku, kugerakkan dengan pelan namun hanya ujung penisku saja yang masuk beberapa kali kemudian sekali kutusukkan dengan cepat sampai seluruh batang terbenam. Matanya semakin sayu dan gerakannya semakin liar. Aku mendadak menghentikan gerakanku. Payudaranya sebelah kuremas dan sebelah lagi kukulum dalam-dalam. Tubuh Imel bergetar seperti menangis.

“Ayo jangan berhenti, teruskan.. Teruskan lagi” pintanya.

Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncaknya. Kugerakkan lagi tubuhku. Kali ini dengan ritme yang cepat dan dalam. Semakin lama semakin cepat. Terdengar bunyi seperti kaki diangkat dari dalam lumpur ketika penisku kunaikturunkan dengan cepat.

“Ayolah Deny, aku mau sampai “. Gerakan pantatku semakin cepat dan akhirnya
“Sekarang.. Den.. Sekarang.. Yeeah!!”

Kurasakan tubuhnya menegang, vaginanya berdenyut dengan cepat, napasnya tersengal dan tangannya meremas rambutku. Kukencangkan otot perutku dan kutahan, terasa ada aliran lahar yang mau meledak.

Aku berhenti sejenak dalam posisi kepala penis saja yang masuk dalam vaginanya, kemudian kuhempaskan dalam-dalam. Serr.. Seerr beberapa kali laharku muncrat di dalam vaginanya. Imel hendak berteriak untuk menyalurkan rasa kepuasannya, namun sebelum keluar suaranya kusumbat mulutnya dengan bibirku.

“MMmmhh.. Achh” pantatnya diangkat menyambut hunjamanku dan tubuhnya bergetar, pelukan tangan dan jepitan kakinya semakin erat sampai aku merasa kesulitan bernafas, denyutan di dalam vaginanya terasa kuat sekali meremas kejantananku.

Setelah satu menit denyutannya masih sempit terasa sampai penisku terasa ngilu. Ketika penisku mau kucabut dia menahan tubuhku.

“Jangan dicabut dulu, biarkan saja di dalam. Ouhh kamu hebat sekali Deny. Terima kasih kamu telah memuaskanku” Imel mengecup bibirku.

Kubiarkan dia memelukku sampai penisku mengecil dan akhirnya keluar sendiri dari vaginanya. Malam itu dalam waktu kurang lebih tujuh jam kami bertempur sampai enam ronde. Paginya dia memelukku dan berkata,

“Aku mau lagi di lain hari”.
“Ah kamu nakal, perjakaku kamu ambil”.
“Kamu yang nakal, kamu yang mulai”. Kupeluk dia dan kuangkat ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri..

Akhirnya kuantar dia ngentot sepulang Kerja dan aku berjanji untuk datang lagi ke rumahnya. Ternyata dia tinggal serumah dengan beberapa teman-temannya. Semuanya wanita, sebagian janda dan sebagian lagi masih gadis. Mereka masing-masing punya pekerjaan tetap. ohh nikmatnya tubuh Imel.

Cerita Dewasa Sex memaksa anak ibu kost yang pendiam dan masih perawan

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex memaksa anak ibu kost yang pendiam dan masih perawan ,

Cerita Dewasa Sex memaksa anak ibu kost yang pendiam dan masih perawan

AKu, pria 25 tahun seorang mahasiswa salah satu universitas di jogja yang sampai saat ini belum tamat-tamat. Walau dari segi akademis Aku tergolong gagal, tapi dalam hal menakhlukkan hati kaum hawa Aku termasuk orang-orang berprestasi, heheee..

AKu pengen cerita pengalaman pribadi Aku, mudah2an ada manfaatnya. Kisah ini bermula ketika Aku dapat tempat kos yang baru. Dari pagi sampe sore muter-muter daerah jogja, akhirnya nemu juga tempat kos yang bakal ditempetin.

Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 Aku yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat Aku mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep alang kepalang. Namanya Rina, mahasiswi semester 3.

Pertama kali Aku ngeliat dia, jantung Aku langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali Aku komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik. Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Rina mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam.

Akhirnya sore besoknya Aku mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya. Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting Aku bisa dapetin nih si bidadari khayangan. Malam itu Aku udah ready untuk tinggal di kosan baru Aku.

Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan Aku Rina lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya. “wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati Aku. Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya Aku keluar kamar dan samperin doi. “Hai.. lagi ngapain?” sapa Aku sambil melempar senyum. “Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum Aku.

“Telponan sama siapa?” “Sama pacar kak” jawabnya. Plaaakk.. Aku serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Rina sudah punya pacar, Aku tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya.. Siapa tau.. siapa tau.. Aku menghibur diri.

AKu perhatikan wajah manis Rina. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya. “Kak kok ngeliatin Rina gitu sih?” tanya Rina risih. AKu tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Rina punya tai lalat di pipi yah?” tanya Aku.

“Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap Aku keumudian. “Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran. “Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh Aku. Rina langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa.

Akhirnya malam itu Aku berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Rina. Bahkan setelah cerita tai lalat itu, rina bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya. “Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” Aku langsung aja nuduh.

“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya. “Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh Aku. Dia malah tertawa cekikikan. AKu senang.. Paginya, Aku sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat Aku.

Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik Aku. Alah.. Tiba-tiba Aku denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. AKu selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar Aku. Ternyata disebelahnya kamar mandi! AKu coba dengerin suara gemercik air tersebut.

Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Rina! AKu begitu menikmati suara nyanyiannya. Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor Aku. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa Aku panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak Aku berfikir keras.

Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini. Setelah yakin orang tua Rina sudah berangkat pergi berdagang dan Rina pasti sendirian di rumah, Aku nekat untuk ngintipin Rina mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya Aku bisa mencapai ujung tembok paling atas.

Pelan-pelan Aku angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Rina sedang mandi sambil bernyanyi. Rina dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat Aku liat secara jelas.

Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas. Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan Aku langsung mengeras.

Rina masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat Aku gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri. Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat Aku serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, rina membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya.

Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air. Diluar dugaan Aku, ternyata Rina mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya Aku berfikir Rina melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut.

AKu liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Rina sedang masturbasi!” Baru kali ini Aku melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas Aku menonton Rina yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya. Secara tak sadar Aku jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi Aku sangat rawan.

Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Rina. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar. Ternyata bata yang menjadi pijakan Aku tak sanggup lagi menahan pijakan Aku. Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Rina jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya. “Mati Aku kalo rina sampai tau!” batin Aku terus cemas.

AKu langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut. AKu segera turun dari dinding yang Aku panjat buru- buru. Ternyata Rina menyadari dirinya diintip. Rina segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. AKu segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Rina, kalau-kalau ia berteriak.

Bisa mampus Aku kalau dia ngadu ke ortunya. Ternyata Aku yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Rina yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk rina langsung tersibak, ia terjatuh. “Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut Aku sambil membantu Rina untuk berdiri.

AKu langsung mengambil handuknya. Rina tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Rina tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan. “Kak, ngintipin Rina barusan yah?” tanya Rina dengan menundukkan kepalanya. Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi.

AKu jadi ngerasa bersalah. “Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” Aku ucapin itu dengan nada memelas. Rina cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak. Matanya berkaca-kaca. AKu jadi tambah merasa bersalah.

“Blum ada lho yang ngeliat Rina gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih. Akhirnya Aku anterin Rina ke kamarnya. AKu bimbing dia menuju kamarnya. Dibenak Aku semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma. Sesampainya dikamar Rina, Aku malah memeluknya.

Terlintas dipikiran Aku, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. “Rina maafin kakak ya..” Aku bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Rina mengangguk. Dari pelukan, Aku beralih mendekap Rina. AKu cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan Aku juga ikut memainkan perannya meremas dada Rina dari luar handuknya.

“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Rina kaget. Dalam fikiran Aku, kepalang basah mandi aja! Tanggung ketahuan ngintipin Rina mandi, kenapa gak Aku tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada! AKu dorong Rina ke tempat tidurnya. Pintu kamarnya segera Aku kunci. Handuknya dengan mudah Aku lepas. Bibir Rina Aku lumat dan kulum sejadi-jadinya.

Tangan Aku menjamah payudaranya yang montok. Rina berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan. “Kakaaaakk..” Rina berteriak. AKu mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? AKu bisa dihajar massa. Akhirnya Aku menghentikan aksi brutal Aku. AKu mutusin untuk membujuk Rina pelan-pelan.

Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya Aku ngomong pelan-pelan “Rina, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Rina. Kakak gak mungkin menyakiti Rina karena kakak sayang banget sama Rina..” bisik Aku pelan-pelan ke Rina. AKu cium leher Rina, tangan Aku mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya. “Kakak, Rina mohon jangan kak” Rina memelas ketakutan.

“Rina tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Rina. Kakak Sayang sama Rina.” Bujuk Aku pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong Aku. Rina ketakutan setengah mati. AKu terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Rina. Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah.

Sementara tangan kanan Aku mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah Aku mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. AKu terus mainkan itu pelan-pelan. “Kakak.. Rina mohon, Rina masih perawan kak.. Rina takut..” Rina masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan Aku yang bergerilya didaerah bibir vaginanya.

AKu cuma jawab permohonan Rina dengan ciuman dan kuluman dibibirnya. AKu terus lumat bibir Rina dan bibir vaginanya dilumat jari tengah Aku. Perlahan Aku masukin jari tengah Aku dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Rina sudah basah. Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, Aku jadi yakin kalau sebenarnya Rina juga menikmati permaikan Aku.

Rina juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat. “Rina, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Rina tenang aja yaa..” Belum lagi Rina memberikan persetujuannya, jari tengah Aku sudah menikam masuk ke vaginanya.

Akhirnya jawaban Rina Cuma erangan dan rintihan. AKu terus mainkan dengan memasukkan jari tengah Aku kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari Aku! “Kakak.. Rina takut kak..” Rina terus menceracau.

Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. AKu yakin Rina sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Rina mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi. Seperti yang Aku liat barusan di kamar mandi. AKu makin sibuk.

Tangan kiri Aku membelai rambutnya, mulut Aku sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan Aku memasukkan jari kedalam liang vagina Rina yang makin banjir dengan cairan dan licin. Akhirnya Aku gak tahan lagi. Dengan sekejap segera Aku lucuti semua pakaian Aku hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera Aku tindih tubuh Rina yang terkapar.

“Rina, kita coba masukin yuk.. Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Rina dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. AKu makin bersemangat. Perlahan Aku gosok-gosokin penis Aku yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Rina. Rina yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.

Setelah penis Aku licin dengan cairan Rina, perlahan Aku tusukin penis Aku ke dalam liang kemaluan Rina. Walaupun pekerjaan Aku halus dan pelan, tetap saja Rina merintih kesakitan. Sekarang penis Aku bercampur dengan cairan licin dari Rina dan darah keperawanannya. Rina menangis. Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..” AKu gak mau ambil pusing.

AKu sibuk dengan mendobrak vagina Rina yang sangat sempit agar batang kemaluan Aku bisa masuk lebih dalam lagi. Dibantu dengan cairan pelicin Rina yang sudah banjir, penis Aku bisa masuk semuanya. AKu terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan Aku. Sesekali Aku cium dan jilatin leher Rina hingga ke payudaranya.

Kemudian putingnya Aku hisap sekuat-kuatnya. Akhirnya Aku liat tanda-tanda Rina akan orgasme. Segera Aku pacu kecepatan goyangan Aku. AKu pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Rina lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…” Berurutan setelah itu Aku juga keluar menyemprotkan cairan sperma Aku didalam memeknya.

“ahhh.. Ahhhh.. Rina..” AKu **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis Aku sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya. Rina pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.

Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis Aku belum Aku cabut. Batang kemaluan Aku itu Aku biarin sampai lemas didalam vaginanya Rina. AKu terus perhatikan wajah cantik Rina yang termenung sayu. Sesaat Aku jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Rina. Kembali Aku elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan.

AKu tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan “Rina, mau gak jadi pacar kakak?” Rina hanya diam. AKu tau dia udah punya pacar. Tapi Aku sama sekali gak tau apa yang mau Aku katakan selain itu kepada Rina. AKu pasang kembali celana dan keluar dari kamar Rina.

Rina masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. AKu udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan Aku barusan. Setelah itu Aku langsung berkemas di dalam kamar kos Aku. “Mungkin setelah ini Rina akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan Aku bakal di usir” pikir Aku.

Siang harinya, Aku sudah selesai beres-beres barang-barang. AKu pengen cabut duluan sebelum Aku di usir sama orang tuanya Rina. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke Aku. Ternyata pintu kamar kos Aku diketuk. Setelah Aku buka ternyata Rina. AKu persilahkan Rina masuk. Rina pun masuk kedalam kamar Aku.

Dia liat Aku sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Rina. AKu cuma diam. “Kakak gak boleh pergi! Rina takut.. gimana kalau Rina sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Rina lirih. “Baiklah kakak gak akan pergi.

Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Rina ya..” pinta Aku. Rina hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis. AKu jadi kasihan, akhirnya Rina Aku peluk lagi. Seminggu setelah itu, Aku dan Rina Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa.

Tapi akhirnya Aku beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi. Akhirnya, Aku bisa ngajakin Rina untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar Aku, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar Aku, padahal orang tuanya ada dirumah.

Ternyata Rina selalu diliputi gairah. Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Rina sudah berani menelan habis sperma yang Aku semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara. Walaupun status hubungan Aku belum jelas hingga saat ini, Aku tetap menjalani ini sama Rina.

Rina tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Rina lari ke Aku. Hampir setiap malam Rina mampir ke kamar Aku buat gituan. Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar Aku. Sejak saat itulah, Rina ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. AKu pernah nanya ke Rina, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya?

Awalnya Rina bilang belum. Tapi setelah Aku selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus. Suatu sore, pembicaraan Aku sama Rina sampai ke sesuatu yang bahkan gak Aku duga.

Rina bilang kalau dia membayangkan dientotin dua orang, yaitu Aku dan pacarnya. Hehehee… kadang Aku gak habis pikir, mengapa cewek yang dulu pemalu dan lugu ini bisa jadi liar kayak gini?

Cerita Dewasa Sex Ngentot Gadis Desa Yang Masih Polos

apemtembem – Cerita Dewasa Sex Ngentot Gadis Desa Yang Masih Polos

Cerita Dewasa Sex Ngentot Gadis Desa Yang Masih Polos

Namaaku Anton, umur 31 tahun tapi di umur 30 gue sudah menduda dengan meninggalkan anak berumur 5 tahun. Jadi pada tahun 2014 gue mengalami konflik rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan lagi selain di meja hijau, perceraianaku dengan istriaku meninggalkan banyak masalah dan membuat perubahan besar dalam hidupku antara lain, anak, rumah, hubungan dengan orang tua dan lain-lain, salah satunya adalah nasib pembantuaku, Aisyah yang sudah bekerja mengasuh anakaku selama 2 tahun.

Aisyah adalah sosok gadis desa yang polos. Dua tahun lalu dia gue jemput dari bilangan Serang. Umurnya pada saat baru kerja denganaku baru 17 tahun dimana dia baru tamat SMP dan tidak mampu lagi untuk meneruskan sekolah karena kondisi keluarganya yang sangat memprihatinkan.

Di usianya yang masih belia dia harus menghidupkan keluarganya dan adik-adiknya. Selama kerja di tempataku dia diperlakukan dengan sangat baik dan sudah kuanggap keluargaaku sendiri dan dia pun bekerja sangat rajin dan penuh perhatian dengan anakaku.

Namun konflik rumah tanggaku mempengaruhi nasib Aisyah yang sangat menggatungkan hidupnya dengan keluargaku. Malam itu disaat istriaku minggat dari rumah, dia datang kepadaaku duduk di lantai menundukkan kepalanya sambil menangis, di tangangya menggenggam sebuah tas besar seperti siap-siap mau pergi jauh sambil menangis dia berkata.

“Pak Aisyah pamit, tapi Aisyah bingung mau kemana Aisyah enggak enak dengan keadaan di rumah ini”

Lalu gue berusaha menahannya untuk tidak pergi malam itu.

“Aisyah Ibu sudah pergi dan saya cerai bukan berarti saya mengusir kamu, kamu mau pergi kemana? Malam malam gini bahaya dijalan”
“Dan kamu pikirkan dengan keluarga kamu kalau kamu tidak bekerja”. Kemudian Aisyah kelihatannya mau mengerti dan dia berjalan kembali ke kamarnya.

Keesokan harinya dia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, manyapu, mengepel dan lain-lain. Sedangkan gue disibukkan dengan masalah rumah tangga yang lagi berantakan.

Enam bulan berselang gue hidup di rumah sendirian dan ditemani Aisyah yang membantu mengurusi rumah. Gue stress menghadapi masalah perceraianaku tapi untungnya Aisyah gadis polos itu baik sekali, apa apa yang bisanya di siapkan oleh istriaku dia kerjakan seperti menawarkan sarapan, membuatkan kopi, menyiapkan pakaian. Gue terharu sekali dengan keadaanaku dimana disaat Gue kehilangan seseorang, tapi gue mendapatkan perhatian dari seseorng yang sebelumnya tidak pernah akuduga yaitu Aisyah gadis polos yang baik sekali.

Lalu gue juga membalas kebaikannya dengan memenuhi segala kebutuhannya. Gue jadi sering pergi bareng untuk belanja kebutuhan sehari hari sekaligus membelikan pakaian yang layak untuknya, namun Aisyah tetap menjaga kesopanan dan menjaga jarak antara seorang pembantu dan majikannya. Kalau pergi pun dia selalu duduk di belakang.

Malam itu sepulang gue pergi berbelanja dengan dia, hujan deras sekali dan kita harus berlari kehujanan untuk menurunkan barang dari mobil. Dan setelah selesai kami berdua bergegas ke dapur untuk merapihkan barang tersebut. Dengan tubuh yang basah kuyup Aisyah menyodorkan handuk kering kepadaaku.

“Pak badannya dikeringin dulu nanti sakit”.

Gue terharu sekali dengan perhatiannya, sudah lama gue haus akan kasih sayang seperti itu. Gue terima handuk tersebut sambil memandangi wajah cantiknya yang basah. Air diwajahnya menambah kecatikan polos wajahnya apalagi diterangi oleh lampu dapur yang kekuning kuningan, kemudian dengan handuk yang diberikannya gue seka wajahnya.

“Kamu saja Aisyah, gue enggak mau kamu sakit, gue sayang sama kamu Aisyah”
Dia tekejut sekali dan menunduk”Bapak apa-apaan sih? Aisyah kan pembantu”
“Enggak Aisyah kamu seperti gadis yang lain, kamu cantik sekali”.

Kemudian akupeluk tubuhnya yang pendek dan sintal itu. Kepalanya tepat berada di dadaaku. Pada saat akupeluk dia mengencangkan badannya seolah menolak, tapi melemah seolah menerima.

“Pak jangan pak.. Aisyah takut”.

AKuusap keningnya yang basah dan akukecup jidatnya yang halus.

“Tapi apa gue salah kalau gue sayang sama kamu Aisyah?”

Tubuh Aisyah seperi lemas tanpa daya, bibiraku terus merayap ke mata terus ke hidungnya seolah menyapu wajahnya yang halus dan putih. Suaranya yang halus dan mendesah terus mengucapkan.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Hijabers Mesum Memuaskan Nafsuaku

“Aisyah takut pak, Aisyah takut”.

Namun gerak tubuhaku terus menggeliat di tubuhnya.

“Tenang Aisyah Kamu aman bersama gue”.

Lalu akuhinggapkan bibiraku di di bibirnya yang tebal, akuhisap lembut bibir bawahnya, sembari gue mainkan lidahaku di mulutnya. Terasa di balik buah dadanya yang montok itu detak jantungnya yang berdegup kencang. Sambil terus berpelukan dan berciuman kami melangkah kecil menuju ruang tengah dekat dapur dan akududukan dia di sofa. AKuberanikan tangan kanan menelusup ke balik kausnya yang basah tersebut dan akususupkan jari jemariaku ke pangkal buah dadanya yang halus sampai berputar putar di sekitar aerolanya. Suara Aisyah semakin melemah.

“Pak.. Pak Anton mmhh”..

Aisyah berusaha melipat badannya agar gue sulit meraih buah dadanya, Tapi Aisyah tidak berdaya. Begitupun ketika tangan kiriaku menelusup ke dalam selangkanya melalui rok panjangnya yang tersingkap ke atas dia berusaha menutup pahanya rapat-rapat, tapi akhirnya melemah ketika jari tengahaku berhasil menyentuh celah kemaluanya yang belendir dibalik celana dalamnya yang kumal, kini tidak ada kata-kata lain yang terucap dibalik desahannya selain.

“Pak Anton mmhh.. Pak.. Pak”.

Sekarang intensitasaku berpusat di kemaluannya, akumainkan clitorisnya dengan gerakan berputar dan sedikit menekan, cairan lendir terus mengalir dari kemaluan Aisyah sampai ke liang duburnya. Memang benar kata orang, kalau wajahnya putih kemaluannya cepat basah. Ketika jari tengahaku mulai menyusup ke liang kemaluannya Aisyah menahan tanganaku sembari berkata.

“Pak Aisyah masih perawan jangan ya pak”.

AKuhormati permintaannya. Dilain pihak akugantikan peran tanganaku yang di dada dengan mulut, kubuka kaus putihnya yang tinggal hanya BH akumal yang sudah kukendorkan. AKumainkan lidahaku di sekitar puting dan arolanya, Aisyah semakin menggelinjang tanpa bisa di kontrol lagi, desahannya berubah menjadi erangan-erangan halus.

“Aaarghh..! Arrghh”

wajahnya yang putih polos berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dan di tangan kiriaku kemaluannya menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Di telinganya akubisikan.

“Aisyah gue sayang sama kamu, kalau kamu mengijinkan gue untuk memberikan kebahagiaan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya gue akan memberikannya.. Tapi gue tidak mau memaksakan kamu, karena gue tidak mau menyakiti kamu”.

Mata polos Aisyah berbinar sambil memandang ke arah mataaku.

“Nikahi Aisyah ya pak, Aisyah mau memberikan ini untuk bapak” sambil menuntun tangan kiriaku ke arah kemaluannya.

Dari sofa Aisyah akugendong ke kamar dimana sudah lama tempat tidur itu dingin setelah perceraianku. Di tempat tidur itu akutanggalkan seluruh pakaiannya sehingga yang tersisa hanya tubuh bogelnya yang putih. Begitu pun gue menanggalkan pakaianaku tanpa sehelai benang pun.

Gue mulai permainan dari awal dengan menciumi wajahnya, kemudian lehernya.. AKutanamkan kepercayaan kalau gue sayang sama dia. Sambil mengusap keningnya akuciumi putingnya, pelan-pelan akuhisap puting susunya yang bulat dan kemerahan. Tangan kiriaku memainkan clitorisnya yang basah. Tubuh Aisyah menggelinjang kuat sembari mendesah manja.

“Aaah Pak aahh mm aah”.

Setelah puas bergumul dengan buah dadanya bibir gua terus merayap ke bawah.. Dan hinggap di belantara bulu kemaluannya yang halus. Kedua pahanya akubuka lebar-lebar sampai terlihat celah kemaluan yang memerah dan berlendir, kusapukan lendir yang membasai mulai dari celah dubur ke atas sampai ke clitoris dengan lidaahku. AKumainkan biji clitorisnya dengan lidahaku dengan gerakan memutar dan memijat, Lani gadis polos itu berubah menjadi macan betina dia mengelinjang hebat disertai jeritan-jeritan manja ketika bibiraku mengigit pelan clitorisnya. Kedua pahanya terasa keras menjepit kepalaku, sembari memekikan erangan.

“Pak! Aaacgghaahh aagghh pak, Aisyah kenapa nihh rasanya ada yang mau keluar aggrrggh.. Aisyah sudah enggak kuat mau ngeluarin pak!!”

Kemudian jepitannya melemah sambari menggeliat keringat birahi disekujur tubuhnya membuat tubuhnya menjadi seperti berminyak. Rupanya dia mengalami klimaks untuk pertama kalinya, kemudian akuciumi wajahnya yang berkeringat tersebut.

“Kamu bahagia Aisyah?”

Matanya berkaca tapi mengangguk.

“Kamu akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dari ini Aisyah”

Sembari akuarahkan penisaku ke liang kemaluannya, terasa degup jantungnya bertambah keras ketika kepala penisaku menyentuh bibir bagian dalam kemaluannya.

“Pak jangan!” dia bergumam
“Tenang sayang enggak sakit kok”.

Cerita Lainnya:   Cerita Seks Pelajar Gadis ABG Anak SMA yang Menggoyangku

Sedikit demi sedikit kepala penisaku desapkan ke liang kemaluanya, Aisyah sedikit meringis disertai desahan manjanya, lama juga akutekan-tekan penisaku di liang kemaluannya, agak susah ditembus karena bibir kemaluan bagian dalamnya cukup tebal. Setelah perjuangan yang cukup lama akhirnya baru kepala penisaku yang masuk, gue kemudian memeluk tubuhnya erat sembari membisikkan.

“Maaf ya sayang ini agak sakit, masalahnya kamu masih perawan”
“Pak Aisyah sayang sama bapak”.

Kemudian Sleep! akudorong kuat penisaku diserai jeritan halus Aisyah

“Aaahh!!”

Dari kemaluanya mengalir lendir disertai darah segar yang kemudian menodai sprei.

“Makasih ya sayang” akubisikan ke telinga Aisyah.

Cerita Dewasa Sex Desahan Keponakanku yang Tak Terpuaskan

Kemudian gerakan kulanjutkan naik turun seirama dengan erangan Aisyah, agghh Pak aagghh! Tubuh Aisyah menggeliat liar mengikuti gerak pinggul, gerakan semakin cepat naik turun semakin kupercepat seiring dengan kenikmatan yang kurasakan. Ketika pinggulnya menarik kebawah terasa sekali bibir kemaluannya seperti menyedot penisaku, akupun mengerang kenikmatan. Sudah tidak terasa sudah 10 menit tubuhaku dan tubuh Aisyah berpacu untuk mendapatkan puncak kenikmatan, kami berdua saling menekan kemaluan kita masing masing, ketika gerakan naik turun kugantikan dengan gerakan memutar sambil menekan keras penisaku ke arah atas, Aisyah menjerit keras.

“Aagghhk!! Aisyah sudah enggak kuat paakk!! aaggkkhh!”
Sembari memeluk tubuhaku erat erat diiringi kemaluannya terasa berdenyut,”Aisyah puas Pak Aisyah puas!”
“Gue juga mau keluar Leenn!!” Gue tekan penis kuat-kuat di kemaluannya sembari menyemburkan sperma hangat di kemluannya”Sayaang!!”.

Lalu dengan tubuh yang dilumuri keringat birahi kami berdua berpelukan, dan berciuman. Aisyah menangis dia menyesal sekali, gue pun menyesal telah menodai wanita yang baik sekali. Isak tangisnya terus menerus sampai akhirnya kami berdua tertidur berpelukan.

Jam tiga pagi malam yang sama gue terbangun menatap tubuh Aisyah yang terkulai, ku bisikan kata-kata cinta di telinganya.

“Aisyah Gue mencintaimu dan ingin menikahimu”.

Ku cium bibirnya, belum lagi kering air matanya ku cium leher dan dadanya, rupanya gue terangsang lagi. Kedua pahanya yang putih ku angkat dan ku bengkek ke atas tanpa basa basi langsung ku desapkan penis ku yang tegang lagi ke liang kemaluannya. Aisyah terbangun dan terkejut tanpa basa-basi telebih dahulu ku mainkan irama keras lagi di kemaluannya dia hanya bisa menjerit kenikmatan.

“Agghh agghh bapak kok enggak bilang-bilang oohh oohh, vagina Aisyah sakit pak!”

Tapi lama kelamaan Aisyah merasakan kenikmatan dari setiap gesekan penis ku.

“Terus Pak.. Terus agghh terus Pak Anton”

Terus ku balik badan Aisyah menjadi dia di atas.

“Coba kamu Aisyah yang gerak”

Aisyah duduk tepat diatas pinggul ku, dengan sedikit kikuk dia berusaha menggerakan pinggulnya.

“Aghh.. Eaghh Aisyah enggak kuat Pak ngilu di memek Aisyah”.

Memang dengan posisi dia di atas tekanan penis ku di clitorisnya semakin kencang. Lalu ku bantu menggerakkan pinggulnya dengan tangan ku.

“Terus sayang gerakin”
Aisyah merajuk manja,”Ahh Pak ngilu”

Gue enggak hiraukan rajukannya sekarang ku bantu gerakan pinggul ku ke atas dan kebawah, Aisyah terus mengerang kuat, tapi lama kelamaan dia bisa menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang, sambil kadang kadang menjerit..

“Terus sayang terus” gue bergumam Aisyah sudah pinter sekarang, Gerakan Aisyah semakin hebat dan menekan semakin kuat..
“Aisyah sudah hampir Pakk!”
“Sudah sayang keluarin aja”

Cerita Dewasa Sex Ngentot Dengan Tante Manis Rumah Sakit

Aisyah kemudian memeluk ku erat-erat sembari menjerit.

“Ooohh! Aaagghh!! Aisyah keluar pak..”
“Gantian gue yaa!”

Kemudian dengan cepat, tanpa melepaskan penis di kemaluannya kubalik, sekarang badanku di atas dan kedua kaki pendek Aisyah melingkar di dadaku, kumainkan lagi gerakan naik turun, kurojok-rojok kemaluannya selama beberapa menit, keras terdengar suara ciplakan air yang membanjiri kemaluan Aisyah, terus kutekan sekuat kuatnya vagina Aisyah dan.

“Aisyah gue keluar lagii Aisyah..”
“Paakk Aisyah jugaa agghh!”

Kemudian kami berdua lemas tertidur dengan raut wajah penuh kepuasan. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah bagi kami berdua. Dan sejak itu kami menjadi tidak canggung untuk melakukannya dan akhirnya barang dan baju Aisyah pindah ke kamarku.

Cerita Dewasa Sex Pembantuku Yang Masih Perawan Dengan Tuan Tampan

apemtembem – Cerita Sex Pembantuku Yang Masih Perawan , Cerita ini bermula ketika saya Bekerja di kantor ke daerah Semarang Sesampai di Kota Semarang saya dapet fasilitas kontrak rumah dari Kantor,dan saya dapet di daerah pinggiran kota,lumayan lah type 36,ada 2 kamar plus perabotan udah ada di sana.

Setelah 1 bulan berlalu saya kewalahan ngurusi itu rumah,maklum saya berangkat pagi,pulang malam,minggu pulang ke Jakarta ketemu bokin ya jadinya itu rumah acak-acakan dan kotor banget.
saya ngerasa ga nyaman,dan saya mutusin untuk nyari orang buat ngurusi rumah.

saya sempatkan datangi salah satu yayasan penyalur di kota Semarang,saya pilih 1 orang yg saya pikir bisa kerja,orangnya biasa aja,masih muda,umur 20 tahun,aslinya dari daerah di Jawa Timur,dan satu yg bikin aku pilih dia, dia kelihatan cekatan saat aku melihat cara praktek di beberapa orang yg di tawarkan.
Sebenarnya kalau saya emang niat macem-macem,saya bisa aja pilih yg genit, karena ada beberapa orang yg matanya tuh menunjukan kalo “pilih gw aja” dan sedikit centil.

saya minta Clara (sebut aja begitu) diantar ke rumah hari sabtu,karena saya pikir hari minggu aku akan pergi dan saya minta Clara untuk bersihin rumah.

Hari sabtu malam orang yayasan datang mengantar Clara,dan saya lunasi biaya administrasi,lalu jadilah Clara bekerja di rumah saya.

Cerita Dewasa Sex Pembantuku Yang Masih Perawan Dengan Tuan Tampan

Hari minggu saya tinggal dia di rumah, untuk bersih-bersih dan cuci baju saya yg udah menggunung.

Hari senin pagi saya datang ke rumah,saya seneng banget rumah udah bersih,rumput-rumput di bersihin depan rumah. Baju aku pun udah pada wangi disetrika sama doi.

Karena saya puas,saya kasih doi uang jajan 50 ribu, dia seneng banget, saya bilang itu diluar gaji dan uang makan. saya kasih dia uang makan karena aku ga pernah makan di rumah,jadi di rumah gak pernah masak.

Dari situ saya tau bahwa ortu Clara cerai,dan Clara di paksa bekerja untuk menghidupi keluarga, saya jg tahu bahwa Clara di kampung punya pacar, dan pacarnya itu sering telepon tiap hari, Clara kadang mengeluh juga karena pacarnya ini sering minjem duit tapi ga di bayar.

Kami tiap malam nonton tv bareng,kadang becanda,bahkan ke mall bareng untuk belanja sabun dsb..kadang kalau saya lagi ada duit saya beliin dia baju karena saya tahu bajunya itu-itu aja..

tak terasa sdh 3 bulan Clara kerja di rumah,dan kelihatan dia sangat betah,terlihat dari badan dia yg sekarang jadi lebih gemuk di banding saat pertama datang

..tapi hal itulah yg mengganggu pikiran saya ..body nya justru bikin saya merinding..”toketnya yg dulu kelihatan kecil tapi sekarang malah kelihatan nyembul”…bokongnya yg dulu biasa aja sekarang jadi Padat…haduh…aku pikir bahaya ni..tapi saya buang jauh-jauh perasaan itu..

Diam-diam saya suka ngintip dia kalo habis mandi…kadang saya juga curi-curi pandangan ke arah pahanya kalau dia lagi pake baju daster dan duduk sembarangan…

Suatu hari saya dapet tugas dari kantor untuk mengurus proyek di kalimantan,saya pun harus pergi selama 3 minggu..saya pergi dan sebelumnya aku pamit ke Clara berpesan supaya hati-hati jaga rumah selama aku pergi..

“kamu udah mandi belum Clara manis?”…dan dia pun membalas dengan

“udah aa sayang”…

Dan aku pancing-pancing dia denga sms bahwa sebenarnya aku suka ma dia…tapi takut di tolak karena Clara udah punya cowok..

Tak di sangka Clara membalas dgn sms yg sangat mengagetkan
“aa kenapa ga bilang,Clara jg suka banget ma aa,tapi Clara takut,Ririn kan cuma pembantu…

wah..ini yg saya tunggu…saya telpon dia..dan kita pun ngobrol panjang lebar tentang seringnya aku curi-curi pandang…dll…
saya pun pulang ke Semarang,

aku langsung menuju rumah..Clara menyambut dgn senyuman malu…saya pun mencubit lengannya..tanda kangen..

saya beranikan mengajak Clara ngobrol malam itu…kami pun ngobrol..tapi terlihat sekali Ririn sangat kaku dan tdk seperti biasanya…aku bertanya

“kenapa Mel”…

“gak papa a” Clara menjawab..

saya duduk mendekati Clara..dia sangat terlihat gelisah..saya dekatkan bibir saya ke bibir Clara..Clara sedikit menghindar..tapi aku udah pengen banget mencium Clara..aku sedikit memaksa dan kami pun berciuman…aku mainkan lidah aku di di bibir Clara…kami pun bergumul mesra dgn hangatnya…di temani hujan bibir kami saling bermain…

Malam itu tak terjadi apa-apa.. saya ga ingin buru-buru melakukan sesuatu.

saya takut Clara akan minta pertanggungan jawab bila saya ngewe dia malam itu..

Besok hari nya sepulang kerja saya langsung mandi…kami pun ngobrol..sudah mulai cool…suasananya udah mulai seperti biasa lg..Clara nonton tv,aku di sebelahnya,yg berbeda adalah sekarang susu udah berani duduk dekat-deket nempel ke Gua..

saya membuka pembicaraan..saya bertanya tentang hubungan Clara dgn pacarnya di kampung sejauh apa hubungan yg mereka lakukan..

Clara bercerita bahwa mereka memang sering berciuman..dan Clara juga pernah pegang punya cowoknya..begitu pula sebaliknya…sambil berpura-pura cemburu aku pun pergi ke kamar..

Clara mengejar saya ke kamar..dia minta maaf..dan bilang bhwa Clara masih perawan…

Aku bilang gak percaya…karena belum membuktikannya..kami pun sedikit ngadu argument..dan aku minta pembuktian kalo Clara memang masih benar perawan..

Tak di sangkan Clara langsung membuka daster yg di pakainya…
”Clara akan buktikan kalau Clara memang masih perawan”..kata Clara

“jangan Mel, aku gakk berani tanggung jawab kalo sampai terjadi sesuatu”aku bilang begitu

“aa ga usah mikirin tanggung jawab,yg penting Clara kan buktikan kalau memang Clara masih perawan”,Clara mendekati saya hanya mengenakan BH dan CelDam…

saya konak gan…gak tahan..melihat secara langsung apa yg selama ini saya inginkan…oh shit…aku bingung..

di tengah kebingungan saya ,bibir Clara sdh melumat bibir saya …kita berciuman di pinggir tempat tidur…tangan saya secara replex mulai bergerilya menuju gunung kembar Clara…aku ga kuaaaaaat (dalam hati aku menahan nafsu ini)..

saya terus belai toket Clara…saya buka bra yg membungkusnya..saya rebahkan Clara di ranjang..Clara tersenyumm..oh..

aku mulai melumat pentil susunya…tangan aku mulai bergerilya di paha Ririn…Ririn pun melenguh
“ohhh”…

tangan aku menuju selangkangan Ririn…bermain si pinggiran celana dalam yg masih membungkus memek Clara..aku terus benjilati puting susu Ririn yg mulai keras…tangan aku pun membuka celana dalam yg di pkai Clara…Ririn melenguh kembali..”oooohhhh”….

Aku secara cepat membuka celana pendek dan kaos aku…aku pun membuka CD yg aku pakai…

kembali aku lumat bibir Clara…tangan aku mulai mengelus pinggiran memek Clara…Clara pun men desah “aaaaahhhh”…
Tangan aku mulai menyibak memek Ririn yg di tumbuhi bulu yg tdk terlalu tebal…jari aku menari-nari mengelus klitoris Clara…Clara pun tambah mendesah

 

“AAAAAAAAAHHHH!!”…

 

Jari aku bermain-main di bibir lobang memek Clara…bibir aku bermain di toketnya…dan tangan Clara pun mulai mengelus-elus penis aku yg udah keras n panas…

“aa..punya aa gedee…” Clara berbisik..

Aku tersenyum sambil kembali melumat bibir Ririn dan memainkan jari di memeknya…

Bibir aku pindah ke toketnya….lalu turun menjilati perutnya…dan sampailah di pertigaan selangkangan Clara…

Aku buka perlahan belahan paha Clara…aku pun mulai merunduk…aku sibak kedua belahan memek Clara…dan lidah aku mulai bermain di bibir memek Clara…oooooooh…mantapnya memek perawan…

 

“AA..AAAAAhhh”..Clara mendesah ketika bibir memeknya aku jilati…lidah aku mulai menusuk-nusuk lobang memeknya…dan sekali-kali lidah aku bermain di klitoris Clara…

 

“aa”ooooooooooughhhh…..”..Clara mendesah semakin keras…
aku menjilati memeknya 15 menit..aku pun kembali melumat toket Clara… memek Clara yg mulai basah di bajiri cairan kenikmatan…
Clara terus mendesah..

“ouwgh..aa…ouwgh..aa…”dia memanggil aku dalam desahannya..

 

Tak menunggu lama,aku siapkan rudal penis aku yg udah keras banget…aku arahkan ke memek Clara yg udah basah…aku lebarkan pahanya…aku taptkan di lobangnya..dan aku tekan pelan-pelan….

“aa…ouwgh…”Clara mendesah….

“aa…sakit”….”ouwgh”…Clara sedikit meringis ketika penis aku mulai masuk ke memeknya…penis aku semakin dalam…
“aa…sakit…”….

 

“oughwwhhh”..Clara mndesah sambil menutup matanya….
Aku cabut pelan-pelan…aku tekan lagi…aku cabut lagi…aku tekan lagi…dan seterusnya….

“owgh..aa…oegh…owgh…oooooooooh…”desahan Clara semakin terdengar…

Aku pun mengenjot penis aku di memeknya…dan tiba-tiba keluarlah darah keperawanan dari lobang memek Clara….

 

…aku genjot lagi lebih cepat…darah semakin banyak….aku genjot terus…

 

“aaaa…sakiiiiiittttttt….owwwuuuuggggghhhhhhh”.. .Clara mendesah sambil terpejam matanya..
Aku genjot terus…

“sabar sayang…bentar lagi sakitnya hilang”…aku menimpali sambil terus menggenjot..

 

penis aku keluar nasuk di memek Clara….sampai darah perawannya tak lagi keluar…

 

Aku goyang-goyang di dalam memeknya…aku hujam lebih dalam…

 

“ooooooooooooooowwwwwwwghhhhhh”…Clara menjerit…memeknya semakin licin…menandakan Clara udah mendapatkan Orgasme…dan aku pun memepercepat genjotan aku….

 

“oooooooooowwgggghhhhhhh”….Clara menjerit kenikmatan…Clara mencengkeram pundak aku…..tangannya mencakar bokong aku…dan

“creeeeeeeeeet”….aku pun orgasme…..sperma aku memenuhi lobang memek Clara….

 

Aku memeluknya…dan Clara pun tersenyum…

“percaya kan kalo Clara masih perawan?” tanya Clara pada aku
“iya aku percaya”…aku pun tersenyum…dan kami pun berpelukan…

 

Aku minta Clara supaya kencing dulu…dan membersihkan memeknya…aku pengen malam ini 5 ronde..hehehe…
kami pun bermain hingga pagi hari…Besoknya aku ajak Clara ke bidan yang jauh dari rumah aku…aku minta Clara untuk KB…Clara pun KB suntik…dan kami pun hingga sat ini masih berhubungan..

 

1 yg membuat aku ga bisa lepas dari Clara…memeknya wangi…dan nikmat banget saat di oral…beda dgn bokin aku yg kadang ada bau tak sedapnya…

Aku jadi jarang pulang ke Bandung,aku malah tiap minggu menghabiskan waktu bermain sex seharian bareng Clara…semua gaya udah kami mainkan…bahkan anal sdh kami praktekan

Clara tak pernah minta aku menikahi dia..karena dia pun tak mungkin memutuskan hubungan dgn pacarnya di kampung yang sudah di jodohkan oleh ortunya…entah sampai kapan kami begini…tapi jujur..nikmat sex bukan karena status..tapi karena barang…hehehe Buat agan-agan yg suka maen ma pembantunya, saran dari aku,pembokat juga manusia,yg butuh kasih sayang dan materi,selain gaji 750rb aku kasih tambahan 1 jt perbulan buat Clara plus uang jajan 50 rb tiap hari agar memek yang mantap itu di jaga dan di rawat demi kepentingan bersama..dan satu lagi