Kusetubuhi Istri Orang Yang Menyetubuhi Istriku

Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa.

Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen. Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi.

Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu. Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak.

Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami. Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter. Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.

Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya. Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.

Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku. Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari. Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampur aduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit.

Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya m***k isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng. “Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang. Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali. “Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”. Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.

“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..” Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri. “Ahh…” Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang m***k isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada m***k isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana m***k isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.

Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”. Pelan-pelan dipompanya m***k isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan p****t isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu. “Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..” Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah d**a isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging. Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang m***k isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan anjing yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku. “Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..” Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.

“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..” Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri. “Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..” “Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..” “Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh” Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku. Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya.

Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah. “Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk. “Maafkan isteriku yah” Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya. “Ayo ke kamarmu Mbok.” Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. t***k cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain. Kepalanya ditimpakan di dadaku.

Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari d**a laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian d**a dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.

“Ehhmm.. Eehhf..” Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya. “Ehh.. Ehhshs..” Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya. Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari t***k sampai leher kanan kiri dengan lidahku. “Oohh.. Paakk.. Oohh..” Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya. “Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang. Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. j****t mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul Dia dan menjatuhkannya di ranjang.

Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, t***k, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya. “Oohh.. Paakk.. Ohh..” Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini. “Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..” Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya. “Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.” Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.

“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak. Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku. Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu. Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri. Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan s*x party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.

 

Cerita Sex Hangatnya Tubuh Mba Rena

Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Rena Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Rena. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Rena. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

Keindahan tubuh Mbak Rena tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Rena memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

Keindahan tubuh Mbak Rena tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Rena memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Rena selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Rena jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Rena. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas. Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah.

Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah. “Waduh kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam. “Lho masih di luar Hen..” Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Rena baru pulang. “Eh iya.. Mbak Rena juga baru pulang,” ucapku membalas sapaannya. “Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya. “Kok kamu tidur di luar Hen.” “Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Rena memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

Selanjutnya Mbak Rena membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan. “Kenapa Mbak, pintunya macet..” “Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Rena. “Kamu bisa membukanya, Hen.” lanjutnya. “Coba Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku. Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Rena memberiku tumpangan tidur di rumahnya. “Kletek.. kletek…” akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega. “Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana.” “Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda. “Terima kasih ya Hen,” ucap Mbak Rena sambil masuk rumah. Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian Mbak Rena keluar dan menghampiriku. “Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen,” kata Mbak Rena. “Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi. “Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.” Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan. “Mbak, saya tidur di kursi saja.” Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu. “Ini bantal dan selimutnya Hen.” Aku tersentak kaget melihat Mbak Rena datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek. “Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku. “Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa.” “Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda. “Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Rena sambil masuk kamar.

Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Rena hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Rena. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Rena. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Rena tidur dan pakaiannya sedikit terbuka.

Aku memberanikan diri masuk kamarnya. “Kurang hangat selimutnya Hen,” kata Mbak Rena. “Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri. “Ini di sini,” kata Mbak Rena sambil menunjuk tempat tidurnya. Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Rena ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Rena yang tertutup kain tipis itu. “Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Rena. “Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Rena saat aku hendak naik ranjangnya.

Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri. “Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat,” katanya. “Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku. “OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku.” Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Rena mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri.

Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Rena penisku sudah berdiri. “Ayo bukalah bajuku,” kata Mbak Rena. Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini. Setelah Mbak Rena benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Rena yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Rena rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri. “Oh, Hen nikmat sekali rasanya..” Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Rena. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Rena. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas.

Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Rena yang merah. “Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya. “Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku. Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Rena. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Rena. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Rena. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Rena. “Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Rena.

Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Rena tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Rena. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Rena rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Rena menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat. “Masih belum puas menjilatinya Hen.” “Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.” “Ganti yang lebih nikmat dong.” Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Rena yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya.

Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Rena. “Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..” “Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah..” Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Rena. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur. “Mbak Rena.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..” Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Rena semakin menggeliat keasyikan. “Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah..” Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Rena memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Rena memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Rena. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya.

Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya. “Oh.. Mbak Rena.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..” Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Rena. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Rena. “Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..” “Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…” Mbak Rena rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Rena mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Rena disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat. “Mbak Rena.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..” “Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..” Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Rena melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.

Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Rena kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati. “Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Rena. Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku. “Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.

Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Rena. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras. “Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen…” “Mbak Rena.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..” Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Rena membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Rena bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Rena berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama. “Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..” Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Rena yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Rena. “Oh, Mbak Rena.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..” “Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat..” Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu.

Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi. “Kamu nggak sekolah Hen,” tanya Mbak Rena. “Sudah terlambat, Mbak Rena tidak bekerja.” “Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..” Kemudian Mbak Rena pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Rena tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu.

Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita. Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Rena dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Rena, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

Cerita Dewasa Asiknya Ngesex Sama Tante Kesepian

Cerita Dewasa Asyiknya Ngesex Sama Tante Girang – Papi ultah kemarin mengahadiahkanku sebuah mobil,aku bersyukur banget dengan itu aku bisa ajak dating-dating cewek kampus donk.Oke next time papi berpesan agar aku membagi waktu dalam soal apapun biar kul ku tidak terbengkalai.Indahnya semua ini ibarat berada dalam sebuah mimpi’padahal memiliki mobil adalah mimpiku tapi sekarang jadi kenyataan bersyukur banget Pada Tuhan.Ah gak usah bagi-bagi info mobil baruku langsung aja nih aku akan bercerita tentang pengalaman hot yang pernah terjadi pada masa remajaku.Sebelumnya, perkenalkan namaku Jhon, umur ku 21 tahun masih tergolong muda, Coba-coba mengasah dalam karya tulis siapa tahu dan ini adalah pertama kalinya aku mengirim cerita di sini, sebagai sharing untuk teman-teman yang ada di Cerita sex Aku adalah seorang warga keturunan, saat ini aku sedang kuliah di sebuah PTS di Jakarta. Tinggi badanku 180 cm, berat badan ku 67 kg. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Mohon maaf jika bahasanya ada yang tidak tepat, karena aku belum berpengalaman dalam bercerita, dan kosakataku dalam berbahasa juga kurang, tapi semoga teman-teman masih mengerti maksud dari ceritaku ini. Jika ada saran atau kritik tolong email saya.

Pengalaman ini kualami baru 2 bulan yang lalu, dan ini merupakan pertama kalinya aku melakukan hubungan badan dengan seorang wanita. Tepatnya dengan seorang tante, panggil saja namanya Tante Nad, dia seorang janda yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur Tante Nad sekarang 31 tahun, mempunyai seorang anak yang masi kecil. Dia sebenarnya sering sekali datang ke Jakarta, dan memang mempunyai sebuah rumah disini, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan anak dari kakaknya. Namanya Fandri, dia juga sedang kuliah dan tinggal di kos yang sama denganku, tapi dia lebi muda dariku 2 tahun. Kami lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama.

Perkenalanku dengan Tante Nad, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta, karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh Fandri, dan katanya ada tantenya yang datang ke Jakarta bersama anaknya. Fandri berjanji untuk bertemu tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya. Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat lain lagi. Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan sexy.

Mukanya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang langsing, pinggang yang ramping, dan ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160cm. Dadanya yang montok, besar dan kencang, mungkin sekitar 34D, ditambah lagi dengan memakai kemeja putih ketat dengan kancing bagian atas yang dibuka, sampai buah dadanya yang besar itu terlihat begitu indah dan montok, tampak menyembul, seperti mau keluar dari pakaiannya.

Pantatnya yang bulat dan kecil itu, terlihat begitu padat. Adik kecilku bahkan sempat menegang , karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat seperti di catwalk. Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas dada dan pantatnya itu, tangan ku sudah gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya.

Setelah itu kami saling berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena Tante Nad orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar pulang ke kos oleh Tante Nad. Sayang sekali aku tidak menanyakan no hpnya. Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena Tante Nad sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante Nad sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi Tante Nad lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya. Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.

Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan Tante Nad.. dan Tante Nad mengajaku untuk menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi Tante Nad tetap memaksa seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya.

Malam itu, aku dan Tante Nad duduk-duduk di lantai teras rumahnya di lantai paling atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah tidur.

Karena aku dan Tante Nad sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang

“nakal”.

“tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin tidur.. hehe..”, candaku pada Tante Nad..

sebelumnya Tante Nad tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa kecil, tapi akhirnya,

“Nakal juga kamu ya..”
“emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “, lanjutnya dengan sedikit mengeluh.
“hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..”, candaku lagi.
“haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.
“iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama posisi-posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.
“yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..”, ajaknya dan mengubah topik. Dan kami pun masuk kedalam.

Tante Nad memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya, ternyata Tante Nad masih berdiri di sana. Kami saling bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba Tante Nad memegang kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar, kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.

Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu.

Tante Nad langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku, kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar.

“Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”, setelah itu langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku.

Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga. Ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu seks Tante Nad ternyata besar sekali, dapat kulihat dari caranya, bagaimana Tante Nad ingin melumat lidahku. Ketika lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.

Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh Tante Nad sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku yang tertahan selama ini pada Tante Nad.

“emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.
Ketika sekali-sekali Tante Nad mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga ketika Tante Nad mengigit bibir atasku, maka aku menggigi bibir bawahnya.

Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua pantatnya yang bulat itu.

“ahhh….”, teriakannya kecil.

Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu, sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.

Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba,

“aaahh..”, suara itu yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya.

memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli jari-jariku di duburnya. Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya mengejang kegelian.

Setelah cukup lama kami berciuman, Tante Nad melepaskan bibirku, lalu dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan ketika Tante Nad mengangkat kedua tangannya, dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang, ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k Tante Nad itu telah dicukur habis, membuat mem*knya terlihat lebih bersih dan lebih

segar. Adikku sudah mencapai 80%. capsa

“dicukur tante..?”, tanyaku, Tante Nad hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa.

Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air ludah kenikmatan bersama-sama Tante Nad.

Tiba-tiba Tante Nad menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku. Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal, Tante Nad mengeluarkan air ludah itu, membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih licin. Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya, lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat Tante Nad.

Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh Tante Nad sedikit kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,

“besar banget tante..”, kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tertawa gembira.

Kubaringkan badanya ke ranjang, Tante Nad dibawah dan aku diatas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

“aaahh..”, desahnya..

Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” dadanya sebanyak mungkin. Aku ingin “menelan” semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

“ssshhh..aahhh..aah..aah..”, desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu.

Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan Tante Nad tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.

Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari mem*k dan disekitar pangkal pahanya.

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil klit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya, naik-turun dari pantat ke klitnya, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.

“uuuuuuuuuuhhhh……..”, suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat Tante Nad menjambak rambutku.

Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang memeknya dan lubang pantatnya dapat kulihat dengan jelas. Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam memeknyanya, kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk di lobang memeknyanya.

“aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk…”, kata Tante Nad sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan memeknyanya.

“jangan berhentii…. trussss…. aaaahh…”
Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh Tante Nad seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.
“aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”, kata Tante Nad, sembari tubuhnya mengejang-ngejang,

lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam memeknyanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak begitu sedap.

“haahhh.. hahhh.. hahhh..hahhhh..”, suaranya kecapekan, disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas.

Tangannya pun jatuh terkulai keranjang, Tante Nad terlihat seperti orang yang sudah KO.

“Jilatin jhonnn… jilatin yaaaaa.. sampe bersih…”, kata Tante Nad dengan manja..

Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja Tante Nad, akhirnya kulakukan juga. Padahal kont0lku saja belum kumasukan kedalam memeknyanya, tapi Tante Nad sudah kecapekan. Tapi aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.

“haaahh.. Jhonnn.. jari kamu bener-bener nakal..”, katanya terengah-engah.

“sini Jhonnn..”, panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal tubuhku, dan kubiarkan juga kont0lku terjepit diantara tubuh kami. Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga melingkat dan melipat di punggungku. Tanganku memegang pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat. Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat kont0lku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.

“Jhonn, tante suka banget cara lu ngobokin memeknya tante..”, kata Tante Nad memjuaku.

“jadi gimana.. tante puas ga..”, tanyaku.

“puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..”, katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.

“tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..”, lanjutnya menggoda.

Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petandan mulainya ronde kedua.

“hhmmmmppppp… hmmmmmpppppp.. hemmmpp…”, desahannya menjukkan bahwa Tante Nad masih bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.

Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina Tante Nad sudah kembali.

Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

Tante Nad mendorong tubuhku kesamping, dan kamipun berganti posisi, aku dibawah dan Tante Nad diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan Tante Nad menegakkan badannya. Tante Nad pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku,

perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi kont0lku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, Tante Nad memundurkan tubuhnya, lalu membungkuk, sambil memegang kont0lku, Tante Nad menumpahkan sisa air ludah itu ke kont0lku.

“wow.. lumayan juga punya kamu yaa…”, katanya dengan bernafsu, sambil memegang erat kont0lku.

“tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu kecapekan..”, setelah itu, Tante Nad mulai mengecup kepala kont0lku.

Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

“Aaah…”, kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.

Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, Tante Nad dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai keujung kont0lku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana Tante Nad menjilati kont0lku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung kont0lku, rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya kont0lku, dijilatnya seperti sedang menjilat batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.

Sekarang giliran buah pelirku ikut di”makan”nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh Tante Nad. “aaahh..”, teriakku kecil, menahan sakit.

Kont0lku sudah basah sekali oleh air ludah Tante Nad, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Kont0lku teraa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya. Sesekali kepala kont0lku ditarik dengan kuat oleh

Cukup lama Tante Nad bermain-main dengan kont0lku, kira-kira hampir setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

“aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku panjang.

Mendengar seperti itu, Tante Nad makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Nad tidak mengeluarkan kont0lku dari mulutnya, dengan nafsu Tante Nad menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar. Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan kont0lku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai Tante Nad terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

“aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata Tante Nad.

“ha ha.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira, sambil menindih badanku.

Kami berpelukan diranjang, saling meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan Tante Nad mengelus-elus perut dan dadaku. Kami saling bertatapan dan saling memuji.

“enak sekali tante.. tante jago banget..”, kataku, menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.

“kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.

Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat Tante Nad, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.

Tak banyak bicara, Tante Nad mengecup dahiku.

“kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.

“iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..”, balasku.

Tampak Tante Nad tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau memaksa Tante Nad yang sudah sangat kecapekan.

Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, saling menghangatkan. Kupeluk erat-erat tubuh Tante Nad seperti sedang memeluk bantal, aku masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya Tante Nad mengelus-elus pahaku.

Aku merasa senang sekali mesikpun aku tidak puas malam itu.

Mulai dari keesokan harinya, aku merasa Tante Nad menjadi semakin sayang padaku. Ia memenuhi semua kebutuhan dan keperluanku. Dalam 2 bulan terakhir ini, kami telah melakukan hubungan sex lagi sekitar 10 kali dan kami lakukan setiap ada kesempatan. Pernah kami lakukan ketika didalam mobil, dikamar mandi, dikamar anaknya bahkan sempat diatas ranjangnya, ranjang tempat dimana Tante Nad dan almarhum suaminya tidur.

 

 

 

 

 

Menikmati Pembantu Baruku

Hari Minggu siang ini aku sedang santai membaca buku Anthony De Mello yaitu Kicauan Burung, ketika aku mendengar suara mobil istriku berhenti didepan garasi. Suaranya yang nyaring itu, terdengar ketika ia memanggil pembatuku untuk membuka pintu garasi. Aku melongokkan kepalaku kearah garasi ketika dia masuk dengan membawa bebarap kantung belanjaan.

“Anindi, masukkan barang-barang ini ke kulkas segera ya..” perintahnya kepada pembantuku. Anindi adalah pembantuku satu-satunya, setelah kemarin Nurul minta ijin untuk berhenti karena mau dikawinkan oleh kedua orang tuanya.. Tak lama kemudian istriku datang menghampiriku yang sedang santai membaca sambil nonton acara TV.. “Pa ini pembantu baru yang gantiin si Nurul, aku baru ambil dari yayasan di Depok. Namanya Anindi pa,” jelas istriku.

Dibelakangnya berjalan dengan kepala tertunduk si pembantu baru ini. Sosok tubuhnya cukup tinggi, dengan wajah yang mencerminkan gadis dari desa dan perawakan yang cukup bagus. Yang membuat aku agak memberikan perhatian lebih lama adalah bongkahan daging yang sangat menonjol didadanya itu. Aku memang gak bisa menahan diri, jika melihat buah dada yang membusung seperti itu. Wah enak nih kalau bisa meremas dan mengulum buah dada seperti ini, pikirku..

“Umurnya baru 22 pa, tapi dia dah pengalaman jadi TKW ke Arab,” jelas istriku. “Ini bapak ya di, kamu mesthi layani Bapak dengan baik lho..” “Iya bu, saya akan lakukan,” jawabnya sambil tetap menundukkan kepalanya, sehingga membuatku lebih leluasa untuk mengamati tonjolan buah dadanya yang bulat itu. “Ya sudah sana,” kataku, “kamu bantu Anindi di belakang. Yang penting kamu kerja yang baik.”

“Iya pak, terima kasih saya boleh kerja disini..” sahutnya sambil membalikkan badan dan berjalan kearah dapur. Sempat aku perhatikan perawakannya dari belakang, ternyata dia punya pantat yang cukup bundaar dan sekal, paha dan betisnya sangat bagus bentuknya walau kulitnya tidak terlalu putih. Ini jenis body

yang sangat membangkitkan selera nafsu birahiku. Tak terasa adikku sudah mulai bangun dan menggeliat ketika membayangkan pembantu baruku tanpa sehelai benang ditubuhnya.. Aaaargghh….!!!

Pekerjaanku sebagai konsultan lepas untuk beberapa perusahaan membuatku lebih sering berada dirumah, dan mengerjakan segala sesuatunya dirumah. Aku keluar rumah ketika ada klien atau mitra yang harus kutemui, selebihnya aku lebih senang menghabiskan waktuku dengan bermain bersama anak-anaku. Sehari-hari setelah mengantar anak-anakku kesekolah, aku kembali kerumah dan mulai mengerjakan tugas-tugasku .

Aku sedang diruang kerjaku menulis analisa tentang perusahaan telekomunikasi T yang merupakan kompetitor dari klien utamaku, ketika Anindi melewatiku dengan membawa peralatan pembersih, “Permisi pak, mau bersihin kamar dan kamar mandi Bapak..” jelasnya lirih sambil menundukkan kepalanya. Kupandangi wajahnya yang masih tetap menunduk, an kemudian turun kedadanya yang membusung, padat dan tegak.

“Kamu umur berapa sih sekarang Di?” tanyaku sambil tetap tidak melepaskan pandanganku dari dadanya. “Saya  22 tahun pak, tahun ini,” jawabnya sambil masih tetap menundukkan kepalanya. “Kamu dah kawin ya,” tebakku sambil bersuara agak tegas, walau ngakunya pada istriku masih gadis. “Jangan bohong kamu sama aku ya..” tegasku. Dia makin menundukkan kepalanya dan kemudian menjawab lemah, “Sudah pak, tapi jangan bilang ibu ya pak, saya sangat butuh banget kerjaan ini pak. Anak saya sangat perlu uang untuk beli susu dia pa..” “Ya sudah, sana.. Tapi kerja yang baik dan nurut disini ya, sama aku.. Jangan bantah..

Tolong klosetnya jangan lupa kamu gosok yang bersih, ya Di..” kataku, sambil tak lepas menatap dadanya yang nampak lebih membusung hari ini dengan kaus oblong putih yang agak kekecilan itu.. “Makasih pak, saya akan nurut bapak, tapi jangan bilang ibu ya pak..” pintanya lirih. He….he…he.. ada kartu AS ni buat aku untuk muasin sikecil yang sudah mulai tegak.. Oke untuk hari ini kamu aku biarkan lolos dari incaranku, sambil mulai memikirkan cara untuk dapat menikmati tubuhnya, terutama dadanya sang sangat tegak, padat dan sekal itu..

Pagi itu aku sedang mengetik kerjaan didepan komputer ketika Anindi lewat untuk membersihkan kamarku.. Hemmhh.. Masiih dengan kaus yang agak ketat, dadanya tampak sangat membusung dan menggairahkan.. “maaf pak mau bersihkan kamar dan kamar mandi bapak..” pintanya sambil masih menunduk.. “Ya sudah sana,” jawabku sambil tak lepas menatap buah dadanya yang indah..

Aku melanjutkan pekerjaanku sambil memikirkan cara yang tepat untuk menikmati buah dada pembantu baruku ini.. Ketika kudengar dia memasuki dan membersihkan kamar mandiku, aku segera bangkit dan menyusul masuk ke kamar mandi.. “Di tolong kamu potongi bulu rambut yang ada ditelingaku ini ya.. Hati-hati tapi kamu, jangan sampai luka..” kataku. Dengan hati-hati dia mulai memotongi rambut di telingaku, dan dengan sengaja kuangkat sikuku, sambil berpura-pura meringis kesakitan, hingga menyentuh tonjolan didadanya..

Dia agak mundur sedikit, tapi kembali sikuku mengejar buah dada yang kesat itu. Wah masih padat dan kenyal sekali, sehingga adikku mulai tegak.. Ketika kusuruh dia pindah kekuping kiriku, sekarang dengan telapak tanganku kananku kusentuh, kutekan, dan mulai kuremasi buah dada yang sudah beberapa hari ini menghantuiku.. Dia menjauhkan tubuhnya dan berhenti memotong rambut kupingku.. “Paakk, jangan pak..”pintanya lemah.. Tapi aku segera menghardiknya “Ayo, lanjutkan motongnya!!!” Dengan takut-takut dia melanjutkan kegiatannya dengan hati-hati, dan kembali aku menjulurkan telapak tanganku untuk meremas dadanya.Meski dia berusaha menghindar tapi aku malah berusaha untuk memasukkan tanganku kebalik kaus ketatnya, dan akhirnya berhasil kusentuh dan kuremas dengan nikmat buah dadanya yang sebagian lagi masih tersembunyi dibalik BHnya. “Pakk, jangan pakk.. nanti dimarahin ibu pakk…”pintanya lirih sambil berusaha lari keluar kamar mandi.. Karena takut nanti dia berteriak, akhirnya ku biarkan di keluar dari kamar mandi.. Uhh… ini buah dada yang terkenyal dan terpadat yang pernah kurasakan… Awas kamu nanti Anindi, janjiku pada diriku sendiri.. Aku harus bisa menikmati lebihhh…..

Biasanya anak-anak memang tidak tidur bersama aku dan istriku..Dan Anindi setiap malam tidur dikamar tidur anakku, dan menemani mereka ketika mereka tidur dikamar itu.. Tapi malam itu anak-anak tidur dikamarku, jam 21.30 mereka sudah terlelap dikeloni oleh istriku. Aku masih didepan komputer, ketika kudengar suara langkah kaki Anindi menaiki tangga dan masuk kekamar anakku..

Ah.. malam ini aku harus menikmati lagi kenyalnya buah dada si Anindi pikirku.. Tiga jam kemudian, setelah yakin istriku lelap dalam tidurnya, aku mengendap-endap mendekati kamar anakku dan menempelkan kupingku kepintu.. Aku yakin Anindi sudah tidur, karena dari dalam kamar anakku hanya suara desis AC saja yang terdengar.. Kunci pintu kamar anakku memang sengaja aku sembunyikan, sehingga dengan leluasa aku masuk dan segera menutup kembali pintu..

Kulihat Anindi tidur dengan nyenyaknya, dan dada yang membusung itu nampak dengan jelas dibalik setelan dasternya yang longgar.. Kucoba untuk membuka kancing atas dasternya, ternyata dia tidak mengenakan BH malam ini.. Waaahh….pucuk dicinta ulam tiba, pikir ku.. Setelah lima kancing terbuka semua, maka menyembullah buah dada yang bulat dan tegak.. Aku yakin ukurannya tidak kurang dari 36c, dan yang membuatku tambah terangsang karena buah dadanya tetap tegak kencang walau dia dalam posisi telentang.. Kutangkupkan telapak tangan ku pelan-pelan diatas dada indah itu, dan pelan-pelan aku mulai meremasnya.. Wahhh adikku sudah mengeras dengan cepatnya, dan nafsuku makin tak tertahan..

Segera kuhentikan remasanku, ketika dia bergerak hendak pidah posisi walau masih dalam keadaan tidur. Ternyata posisinya malah makin membuatku spaneng.. Sekarang dia telentang sepenuhnya, dan kedua kakinya membuka agak lebar, dengan buah dadanya membusung tegak tanpa tertutupi daster atasnya yang telah kubuka kancingnya.. Aku sudah tak dapat menahan lagi nafsuku yang memuncak, segera kuaposisikan kedua lututku diantara kedua pahanya dan kutindih dia seraya mulutku tanpa basa-basi lagi segera mengulum dan mengisapi buah dadanya..

Anindi terbangun tapi masih belum sadar apa yang terjadi, dan ketika kesadarannya pulih keadaan sudah terlambat karena buah dadanya sudah sepenuhnya tenggelam dalam kuluman mulutku dan kedua tanganku segera menahan kedua tangannya yang hendak mendorong kepalaku.. Ahhhhh memang enak benar susu pembantu baruku ini.. Benar-benar kenyal dan padat sekali, pantas tetap tegak walau dia dalam posisi telentang dan tanpa penyangga apapun.. Inilah buah dada yang selama ini kuidam-idamkan.. Mulutku tak henti mengulum dan mengisap susu Anindi, putingnya kekecap-kecap dengan lidahku..

Awalnya Anindi masih berusaha memberontak, tapi ketika kukunci pinggangnya dengan pinggangku yang berada diantara kedua pahanya, dan kedua tangannya kutahan dengan tanganku, akhirnya dia pasrah dan mengendurkan pemberontakannya.. Aku makin menggila dan mulutku makin gencar menghajar kedua buah dadanya bergantian.. Nampaknya dia tak bisa menghindar dari rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, sebab matanya muai memejam dan dia seakan menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan itu.. Nafsuku juga makin memuncak melihat ekspresi wajahnya yang mencoba menahan rangsangan yang timbul, dan akhirnya aku coba untuk menarik celana pendek longgar yang dia kenakan sedikit..

Awalnya Anindi masih berusaha memberontak, tapi ketika kukunci pinggangnya dengan pinggangku yang berada diantara kedua pahanya, dan kedua tangannya kutahan dengan tanganku, akhirnya dia pasrah dan mengendurkan pemberontakannya.. Aku makin menggila dan mulutku makin gencar menghajar kedua buah dadanya bergantian.. Nampaknya dia tak bisa menghindar dari rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, sebab matanya muai memejam dan dia seakan menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan itu.. Nafsuku juga makin memuncak melihat ekspresi wajahnya yang mencoba menahan rangsangan yang timbul, dan akhirnya aku coba untuk menarik celana pendek longgar yang dia kenakan sedikit..

Kuhentikan sebentar kegiatanku dengan masih dalam posisi dimana aku duduk diantara bentangan pahanya yang sudah telanjang, dan mulai aku melepaskan kaus dan celana pendek dan celana dalam hingga akhirnya aku dalam keadaan telanjang bulat.. Anindi nampak kaget dan agak ketakutan melihat kelakuanku, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena aku masih tetap mengunci posisinya dibawahku.. Aku mulai lagi mengulum susu Anindi bergantian kiri kanan, sambil menindihnya aku mulai menempatkan kontolku tepat diatas vaginanya..

Sambil meningkatkan seranganku pada susunya, kontolku yang sudah mengeras dengan sempurna kutekankan pada mulut vaginanya.. “Paakkk….jangaaann paaakkk….” keluh Anindi agak lirihhh.. Nafsuku yang sudah diubun-ubun membuatku gelap mata dan tak menghiraukan desah lirihnya.. Kupegang kontolku dengan tangan kananku, dan mulai kutekankan kemulut vaginanya pelan-pelan.. “Aaahhhh …..sakiiiittt paaakkkkk..” jerit Anindi lirih dengan berusaha menggeser pinggangnya kekiri menghindari tekanan kontolku dimulut vaginanya..

“Udah Di jangan gerak-gerak lagi…” bujukku pelan, sambil kembali menempatkan kontolku pada posisi yang tepat dimulut vaginanya dan kebali kutekan hingga masuk kepalanya saja.. “Addduuuhhh paakk… sakkiiitt paakk..” Kembali Anindi hendak menggeser pinggangnya, dan segera aku menahannya sambil sedikit membentaknya dengan galak “Diaamm aja kamu Di…” Dengan ketakutan akhirnya dia menghentikan usahanya untuk menggeser pinggangnya, dan dengan nikmatnya kembali aku menekankan kepala kontolku kedalam mulut vaginanya.. Yeeessss…. mulai masuk setengahnya, rasanya luar biasa enaakkk..

Kulihat dia memejamkan kedua matanya dan gigi atasnya menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan nikmat ketika kontolku yang berdiameter 3 cm dan panjang 16cm mulai menyeruak makin kedalam… Akhirnya dengan sentakan yang agak kuat akhirnya kontolku masuk sepenuhnya kedalam vagina Anindi… Ahhhh.. Benar-benar nikmattt cengkraman vagina Anindi, dia mengejan menahan rasa sakit ketika seluruh batang kontolku masuk menghunjam kedalam vaginanya… Rasa-rasanya seperti dipijat dan disedot-sedot.. Akhirnya pelan-pelan aku mulai menggerakan kontolku mundur separo, berhenti sedetik dan mulai maju lagi hingga habis tenggelam dalam cengkeraman nikmat vagina Anindi..

Kutingkatkan pelan-pelan kecepatan gerakan maju-mundurku, dan nampaknya Anindi mulai merasakan nikmat yang luar biasa ketika batang kontolku menggesek bagian dalam vaginanya.. Rasa sakit ketika kontolku yang besar habis tenggelam dalam vaginanya, mulai tergaintikan dengan rasa nikmat tadi… Mulai kupacu keras dan cepat hunjaman batang kontolku kedalam vaginanya..”Adduhh… ppaaakkk…” desahnya lirih yang makin meningkatkan nafsuku, sehingga sambil tetap mengayunkan batangku kembali kedua susunya menjadi bulan-bulanan mulut dan tanganku.. “Aaahhhh ….. ini bener-bener enak Di…” kataku…

Setelah lebih 15 menit aku mengayun dengan kecepatan yang bervariasi, akhirnya kuhentikan ayunanku dan kulepaskan kontolku dari cengkeraman vaginanya yang luar biasa peret… “Ayo kamu telungkup dan agak nungging dii..” perintahku agak galak, sambil membantunya telungkup dan menarik agak keatas pantatnya yang sekal, indah, dan membulat itu.. Kuposisikan kembali kontolku yang masih keras kearah mulut vaginanya, dan “…bblleesss…” suara itu mengiringi amblesnya lagi batang kontolku kedalam vagina Anindi.. Dan kembali rasa seperti disedot dan dicengkeram otot-otot vagina Anindi yang kencang dan masih sempit itu melanda seluruh rangsang syarafku.. Mungkin dia kembali mengejan untuk menahan rasa sakit yang masih terasa dari sodokanku kedalam vaginanya…

Pelan kembali kuayun pinggangku kedepan dan kebelakang, sambil tanganku menahan dan meremas pantat Anindi yang bulat, sekal, dan padat itu.. Pemandangan itu membuat nafsuku makin kuat, apalagi ketika melihat susunya terayun-ayun tegas mengikuti ayunan pinggangku ke pantat sekalnya, serta erangannya ketika aku menekan habis batang kontolku kedalam vaginanya.. “Aaahhhhh….aahhhhh…. paak sudaaahhh…. paakkk….”erangnya lirih… Justru erangannya menambah nafsuku untuk menghajar dengan cepat dan kuat pantat dan vaginanya, dan kembali kuremas-remas susunya dari arah belakang… Luaaarrrr…biaaassaa…… ..!!!!!!!!!!!

Setelah lebih dari dua puluh menit aku menghajar pantat dan vaginanya dari belakang, sambil meremas-remas susunya yang indah, aku lepaskan lagi batang kontolku dari cengkeraman vaginanya yang masih erat dan kuat pelan-pelan.. AAHhhhh.. benar-benar nikmat.. Kembali kubalikan tubuh Anindi telentang dan kuangkat kakinya sedikit keatas, kembali kudekatkan batang kontolku yang masih keras kemulut vaginanya… Anindi sudah benar-benar pasrah dan membiarkan aku mengatur seluruh posisinya dalam persetubuhan ini, walau masih terdengar kembali erangan lirihnya memintaku menyudahi permainan nikmat ini.. “Paakk….suudaaahh ..paakkk..”

Kuacuhkan permintaannya, dan kembali kuhantamkan batang kontolku kedalam vagina peret dan seret itu.. Ayunanku semakin cepat dan kadang bervariasi dengan ayunan pelan, tiada henti dengan diiringi erangan dan desahannya bercampur dengan suara indah beradunya pangkal kontolku menghantam pangkal pahanya “..plookkkhh…ploookkkhhh…” Pemandangan ayunan tegas kedua susu Anindi, seirama dengan ayunan pinggangku, membuat nafsuku memuncak cepat..

Apalagi cengkeraman otot vagina dan raut wajahnya yang mengejan menahan rasa sakit dan rangsangan yang timbul, membuatku tak dapat menahan lagi untuk meremasi dan mengulumi kembali kedua susunya.. Kadang kugigit kecil karena tak mampu menahan rasa nikmat dan gemasku atas kekenyalan susunya.. Akhirnya setelah lebih dari 20 menit dalam posisi MOT, rangsangan itu memuncak dan kepala kontolku terasa luuaar biiaasssaa nikmat..

Gerakan ayunanku semakin cepat dan akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagii, persis ketika air maniku sampai diujung mulut kontolku, segera kutarik keluar dan kumuntahkan air maniku diatas perut, dada busung, dan sebagian wajahnya..”croott..crooot…cr oottttt…crrrooottt thhh ….” “Aaahhhh….. niikmmaaaaaaatttttt…”eran gku tak dapat menahan rasa luar biasa yang timbul ketika air maniku keluar deras menyemprot perut, dada, dan wajahnya… Setelah habis air maniku keluar, aku rebahkan diriku disamping tubuh Anindi yang lemah tergolek telentang setelah kugarap hampir satu jam penuh..

Dia segera menarik selimut yang tergeletak disampingnya, dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut itu.. Sepintas sempat kulihat dia menitikkan air mata, dan suara tangis yang ditahannya beradu dengan napasnya yang tersengal.. “Udah Di, gak usah nangis segala..” kataku, seraya mengenakan celana dalam dan pakaianku.. Dia berusaha menahan tangisnya, dan segera kutinggalkan kamar anakku kembali ke kamar kerja untuk mematikan komputer dan masuk kekamar tidurku..

Kulihat istri dan anakku masih tertidur dengan nyenyaknya, kala kulihat jam telah menunjukkan pukul 1.. Kurebahkan diriku disamping anakku, dan kucoba untuk tidur.. Tapi kenikmatan yang baru saja kurasakan masih membayang jelas dalam pikiranku, dan menghalangiku untuk segera tidur.. Kapan-kapan aku harus mengulanginya lagi, pikirku…

 

 

Cerita Sex Anak Semata Wayang

Birahi Ibu Dan Anaknya, Ibu Fadia berusia 47 tahun, pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan asuransi di kota Jakarta. Penampilannya sangat menarik. Wajah ayu karena ia adalah seorang peranakan Arab Sunda Jawa.

Postur tubuhnya tinggi, montok dan berisi. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun menyerupai buah kelapa. Pinggangnya ramping dan makin ke bawah pinggulnya membesar seperti gentong besar.

Bokongnya bulat, besar, dan kencang mendongak seperti bebek yang megalmegol bila ia berjalan. Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang.

Betis halus mulus berbentuk bulir padi yang berisi ditumbuhi bulu bulu halus yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Pahanya makin ke atas makin membesar dan bulu halus itupun makin ke atas makin jelas menghiasinya.

Gerakgeriknya lembut keibuan dan tenang penuh kematangan. Suaranya merdu agak mendesah dan menggairahkan. Suaminya bernama Pak Ario, berumur 53 tahun dan bekerja di perusahaan minyak asing. Dari perkawinan mereka, dikaruniai 3 orang anak.

Dua orang anaknya meninggal karena kecelakaan mobil sewaktu mereka kecil, sedangkan yang masih hidup cuma Faisal yang sudah berusia 18 tahun dan duduk di bangku SMU. Keinginan untuk memiliki anak sudah tidak memungkinkan lagi karena rahim Bu Fadia sudah diangkat karena adanya gejala kanker rahim.

Karenanya perhatian mereka terhadap Faisal sangatlah berlebihan. Sejak kecil mereka selalu memanjakan Faisal dan memenuhi semua permintaannya apapun itu. Bila Faisal masuk angin sedikit saja mereka akan dibuatnya kalang kabut.

Kejadian diawali ketika Pak Ario tugas meninjau ladang minyak baru di lepas pantai. Di rumah cuma ditunggui oleh Bu Fadia, Faisal dan seorang pembantu setengah baya Mbok Sumirin namanya. Seperti biasa, pada malam hari Faisal sedang belajar untuk menghadapi Ebtanas minggu depan.

Ia tengah sibuk berkutat dengan soalsoal latihan ketika ibunya datang membawa makanan kecil untuknya sambil menenteng majalah. Sal, ini ada oleholeh dari Bogor tadi siang untuk menemani kamu belajar, kata ibunya sambil meletakkannya di atas meja belajar Faisal.

Kapan Ibu datang, kok suara mobilnya tidak kedengaran, tanya Faisal sambil tetap memelototi soalsoal sulit di depannya. Baru saja Sal, ini ibu sudah pakai baju mandi mau mandi, jawab ibunya.

Sambil menunggu air panasnya Ibu mau membaca majalah dulu di kamarmu, sambung ibunya sambil merebahkan diri di ranjang yang membelakangi meja belajar Faisal.

Ya, boleh saja tapi jangan sampai ketiduran nanti malah nggak jadi mandi, timpal Faisal. Singkat cerita Faisal kemudian berkonsentrasi lagi dengan belajarnya. Akhirnya setelah hampir 1 jam ia merasakan matanya mulai lelah, ia memutuskan untuk tidur saja.

Sewaktu Faisal beranjak dari kursinya dan membalikkan badannya, tatapannya terpaku pada sosok tubuh montok yang teronggok di atas ranjangnya. Rupanya karena terlalu kelelahan, ibunya ketiduran. Posisi tidurnya tidak karuan.

Tangannya telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang sedang melahirkan. Baju mandi ibunya yang panjangnya selutut nampak tersingkap sehingga paha putih mulus ibunya bisa terlihat jelas. Faisal bingung, apakah harus membangunkan ibunya atau menikmati pemandangan indah dan langka ini dulu.

Sebelumnya ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap ibunya sendiri tapi entah kenapa dan setan mana yang merasuki dirinya sehingga ia merasakan rangsangan ketika melihat paha ibunya yang tersingkap. Perlahan didekatinya tepian ranjang dengan hati berdebardebar.

Diperhatikan dengan seksama tubuh ibunya yang montok dan wajahnya yang ayu keibuan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Faisal menyadari ternyata ibunya sangat cantik dan menggairahkan. Kemudian dengan tangan gemetaran diberanikannya dirinya mengeluselus kaki ibunyna sampai ke paha.

Begitu halus, lembut dan hangat kulit ibunya ia rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulubulu halus, Faisal merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluannya menjadi menegang keras dan membuat celananya terasa sesak dan ketat.

Jantungnya makin berdegup kencang ketika ia meneruskan belaian tangannya makin jauh ke arah pangkal kaki yang masih tertutupi baju mandi ibunya. Kulit tangannya merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tangannya makin jauh menggerayangi pangkal kaki ibunya yang bak belalang itu.

Gerakannya terhenti ketika ia merasa telah meraba bulubulu halus yang lebat sekali dan menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat. Beberapa saat ia merabaraba gundukan daging lunak hangat itu.

Akhirnya dengan rasa penasaran ia singkapkan baju mandi ibunya ke atas. Sehingga kini di depan matanya teronggok bagian selangkangan dan pinggul ibunya yang besar dan montok. Bulubulu halus yang sangat lebat nampak tumbuh di sekitar anus, kemaluan sampai perut bagian bawah.

Begitu panjangpanjang dan lebatnya bulu kemaluan ibunya sampai kemaluan ibunya agak tertutupi. Kemudian dengan tangannya ia sibakkan bulubulu kemaluan di sekitar kemaluan ibunya.

Sehingga kini kemaluan ibunya nampak jelas terlihat. Gundukan daging yang memanjang membujur di selangkangan kelihatan empuk dan menggunung berwarna agak kegelapan.

Bila diperhatikan bentuknya mirip mulut monster berkerutkerut. Ini pasti yang namanya labium mayora (bibir besar) seperti dalam atlas anatomi, batin Faisal. Dari celah atas bibir monster yang besarnya setempurung kelapa itu tampak menonjol keluara bulatan daging sebesar kacang tanah yang berwarna kemerahmerahan.

Kalau yang ini pasti yang namanya kelentit, pikir Faisal lagi sambil mengusapusap tonjolan liat itu. Kemudian jarinya ia gerakkan ke bawah menyentuh lipatlipat daging yang memanjang yang mirip daging pada kantong buah pelir lakilaki.

Wah, ternyata labium minora Ibu sudah memble begini, pasti karena terlalu sering dipakai Bapak dan untuk melahirkan, batin Faisal. Hidungnya lalu disorongkan ke muka kemaluan sebesar mangkok bakso itu.

Sambil membelaibelai bebuluan yang mengitari kemaluan ibunya itu, Faisal menghiruphirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan ibunya itu. Tak puas dengan itu, ia meneruskan dengan jilatan keseluruh sudut selangkangan ibunya.

Sehingga kini kemaluan di hadapannya basah kuyup oleh air liurnya. Dijulurkannya panjangpanjang lidahnya ke arah klitorisk dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahnya.

Sementara tangan satunya berusaha melepaskan ikatan tali baju mandi, dan setelah lepas menyingkapkan baju itu sehingga kini tubuh montok ibunya lebih terbuka lagi.

Muka Faisal sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluan ibunya yang sangat besar itu, ketika dengan gemas ia menempelkan mukanya ke permukaan kemaluan ibunya agar lidahnya bisa memasuki celah bibir monster itu.

Usahanya tidak berhasil karena bibir itu terlalu tebal menggunung sehingga ujung lidahnya hanya bisa menyapu sedikit ke dalam saja dari celah bibir monster itu. Ia merasakan gundukan daging itu sangat empuk, hangat dan agak lembab.

Sementara itu Bu Fadia masih tetap lelap dalam mimpinya dan tidak menyadari sedikitpun apa yang dilakukan anak yang sangat disayanginya terhadap dirinya. Tampaknya ia benarbenar kelelahan setelah seharian tadi pergi keluar kota menghadiri resepsi pernikahan kerabat jauhnya.

Dengkurannya malah makin keras terdengar. Sambil tetap membenamkan mukanya ke kemaluan besar itu, Faisal meraih payudara ibunya yang sebesar buah kelapa dengan tangannya. Diremasremasnya perlahan payudara mengkal yang putih mulus itu. Rasanya hangat dan kenyal.

Lalu tangannya berpindah di sekitar puting susu gelap kemerahan yang dilingkari bagian berwarna samar yang berdiameter lebar. Ketika tangannya memijitmijit puting susu itu dengan lembut, ia merasakan payudara ibunya bertambah kencang terutama di bagian puting tersebut.

Denyutandenyutan di celah kemaluan ibunya juga terasa oleh bibirnya. Sementara itu dalam tidurnya ibunya terlihat bernapas dengan berat dan mengerang perlahan seperti orang yang sedang sesak napas.

Melihat ekspresi muka ibunya yang seperti orang sedang orgasme dalam filmfilm porno yang pernah ditontonnya, Faisal makin gemas. Sehingga sambil lidahnya menggelitik klitoris ibunya, ia menusuknusukkan jari tangannya ke dalam celah kemaluan itu. Makin ke dalam rasanya makin hangat, lembab dan lunak.

Ada pijitan pijitan lembut dari lubang vagina ibunya yang membuat jari tangannya seperti dijepitjepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket, sehingga ketika jari tangannya ditarik terlihat basah kuyup.

Ibunya kini makin keras mengerang dan terengahengah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluan dan payudaranya dijadikan barang mainan oleh anaknya. Pinggulnya mulai menggeliatgeliat dan kakinya ikut menendangnendang kasur.

Melihat tingkah ibunya yang sangat menggoda itu, Faisal tanpa banyak berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula.Melihat tingkah ibunya yang sangat menggoda itu, Faisal tanpa banyak berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula.

Badannya terlihat besar dan kekar serta penisnya mencuat kokoh dan besar ke atas. Uraturat penis itu tampak beronjolan seperti ukiran yang mengelilingi penisnya yang berukuran panjang 20 cm dan diamerer batang 5 cm.

Kepala penisnya yang sebesar bola tenis terlihat kemerahmerahan dan menganggukangguk seperti terlalu besar untuk dapat disangga oleh batang kemaluannya.

Ia ingin menusukkan batang penisnya ke dalam kemaluan ibunya, tapi ia ragu ragu apakah lubangnya tadi cukup.

 

Cerita Dewasa Sex Maaf Kan Adik Mu Ini Ya Kak

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Maaf Kan Adik Mu Ini Ya Kak,

Cerita Dewasa Sex Maaf Kan Adik Mu Ini Ya Kak

Siang itu ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang sana memanggil. “Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih sana.” “Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai jam berapa?” “Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah.”

Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Vita memang kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil.

Vita pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku. Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vita, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya.

Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu. Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Reta, kakak Vita, untuk membuka pintu. “Loh, enggak kerja?” tanyaku. “Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor,” jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam. “Nyokap ke mana?” tanyaku lagi. “Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan,” kata Reta, “Kamu mau duduk di mana Dodi? Di dalam nonton TV juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum.” Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya.

Aku memang akrab dengan kakak Vita ini, umurnya hanya selisih dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton TV bersama Reta, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong. Setelah beberapa lama menunggu Vita di teras rumah, aku celingukan juga tak tahu mau bikin apa.

Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Reta ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning. Reta memang sedang menonton TV di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila.

Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton TV. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku.

Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri. “Ta, ada koran enggak yah,” kataku sambil berdiri memasuki ruang tamu. “Lihat aja di bawah meja,” katanya sambil lalu. Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuhnya dari dekat.

Ahhh, putih mulus semua. Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya. “Aku ingin dada itu,” kataku membatin. Aku membayangkan Reta dalam keadaan telanjang. Ah, ‘adikku’ bergerak melawan arah gravitasi. “Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vita lho!,” Reta menghardik dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya.

Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Reta akan mengatakan ini semua ke Vita. “Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!” “Astaga, Reta, kamu.. kamu salah sangka,” kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Reta makin naik pitam. “Saya bilangin kamu ke Vita, pasti saya bilangin!” katanya setengah berteriak.

Tiba-tiba saja Reta berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir. “Reta, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya enggak bermaksud apa-apa,” aku sedikit memohon. “Ta, tolong dong, jangan bilang Vita, kan cuma ngeliatin doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil koran di bawah meja, baru saya liat elu,” kataku mengiba sambil mendekatinya.

Reta malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya. “Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!,” katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik. “Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa, beneran,” kataku.

Namun, situasi telah berubah, Reta malah menganggapku sedang mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya.

Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam. “Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!,” kata Reta. Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya.

Merasa terancam, Reta malah sekuat tenaga melayangkan tangan kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan. Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia agar tak mengasariku lagi.

Tak sengaja, aku justru menindih tubuh halus itu. Reta terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya. Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya.

Tercium aroma wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik bibirku mengecup pipinya dengan lembut. Tak ayal, sepersekian detik itu pula Reta meronta-ronta. Reta berteriak, “Lepasin! Lepasin!” dengan paraunya. Waduh, runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku.

Reta berusaha memekik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, “Hmm!” saja. Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku. Hah! Tak terpikir, posisiku ini benar-benar seperti berniat memperkosa Reta. Dan, Reta sepertinya pantas untuk diperkosa.

 

Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa, tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa mengenainya, mulutnya tersekap.

Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit muncul urat-urat karena usaha Reta untuk memekik, benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar otak keparat, diserang nafsu, dua tiga detik kemudian aku mendapatkan caranya.

Tanpa diduga oleh Reta, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Reta bereaksi, kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke belakang. Kaki Reta yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana pendek itu beserta celana dalam pinknya.

Karena kakinya meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu pun lolos dengan mudahnya sampai melewat dengkul Reta. Astaga! Berhasil! Reta jadi setengah bugil. Satu dua detik Reta pun sempat terkejut dan terdiam melihat situasi ini.

Ku gunakan kelengahan itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Reta sadar, dia hendak memekik dan meronta lagi, namun aku telah siap. Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di antara kakinya. Posisi kaki Reta jadi menjepit tubuhku, karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya dengan kelentit yang cukup jelas.

Jembutnya hanya menutupi bagian atas vagina. Reta ternyata rajin merawat alat genitalnya. Pekikan Reta berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di sandaran sofa, aku berbisik, “Reta, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan orang-orang dateng, percaya enggak orang-orang kalau kamu lagi saya perkosa?” Reta tiba-tiba melemas.

Dia menyadari keadaan yang saat ini berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Reta cuma berujar sambil mengisak, “Dodi, please.. Jangan diapa-apain saya. Ampun, Di. saya enggak akan bilang Vita. Beneran.” Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di ujung tanduk rasanya.

Aku menjawabnya dengan berusaha mencium bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku langsung saja menelusup ke selangkangannya. Reta tak bisa mengelak. Ketika tanganku menyentuh halus permukaan vaginanya, saat itulah titik balik segalanya. Reta seperti terhipnotis, tak lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah. Seperti mendapat angin, aku permainkan jari tengah dan telunjukku di vaginanya.

Aku permainkan kelentitnya dengan ujung-ujung jari tengahku. Reta berusaha berontak, namun setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam vaginanya. Kukocokkan perlahan vaginanya dengan jari tengahku, sambil kucoba untuk mencumbu lehernya. “Jangan Dod,” pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit, membuatku leluasa mencumbui lehernya.

Sekarang dia tak meronta lagi, tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok vaginanya dan mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. “Adik”-ku ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan penisku ke vaginanya.

Reta sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat vaginanya dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri. Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena dia tetap berusaha memberontak, namun vaginanya malah makin basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.

Penisku mengarah ke vaginanya yang telah becek, saat kepala penis bersentuhan dengan vagina, Reta masih sempat berusaha berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung memegangi pinggulnya. Dan, kepala penisku pun masuk perlahan. Vagina Reta seperti berkontraksi. Reta tersadar, “Jangan..” teriaknya atau terdengar seperti rintihan.

Rasa hangat langsung menyusupi kepala penisku. Kutekan sedikit lebih keras, Reta sedikit menjerit, setengah penisku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh penisku telah ada di dalam vaginanya. Reta hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada tara sekaligus perlawanan batin tak berujung.

Ku goyangkan perlahan pinggulku, penisku keluar masuk dengan lancarnya. Terasa vagina Reta mengencang beberapa saat lalu mengendur lagi. Tanganku mulai bergerilya ke arah buah dadanya. Reta masih mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa begitu halus.

Payudara Reta begitu pas di tanganku, tidak terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas perlahan, seirama dengan genjotan penisku di vaginanya. Reta hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan pinggulku.

Aku buka kaos Reta, kemudian BH-nya, Reta menurut. Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit Reta putih menguning langsat dengan payudara yang kencang dan lingkaran di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka kemejaku.

Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang lembut pinggulku, membiarkan penisku merasai seluruh relung vagina Reta. Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentil di payudaranya dengan lembut. Kumainkan pentil payudara sebelah kanannya dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di payudaranya. Ini semua membuat Reta mendesah lepas, tak tertahan lagi. Aku mulai mengencangkan goyanganku.

Reta mulai makin sering menegang, dan mengeluarkan rintihan, “Ah.. ah..” Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua tangan Reta yang sedang mencengkeram jok kursi malah menjambak kepalaku.”Aaahh,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulut mungil Reta. Ia sampai pada puncaknya. Lalu tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan penisku berdenyut makin keras dan sering.

Bibir Reta yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini Reta membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada di payudaranya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan putingnya.

Vagina Reta kali ini cukup terasa mencengkeram penisku, sementara denyut di penisku pun semakin hebat. “Uhh,” aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, penisku menghujam keras ke dalam vaginanya, mengiringi muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya. Tepat saat itu juga Reta memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahh”. Kemudian pelukannya melemas. Dia mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ejakulasiku.

Reta terkulai di sofa, dan aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya. Reta awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan di vaginanya. Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku-pacar adiknya malah menjadi orang kedua yang menyetubuhinya. Grreekk. Suara pagar dibuka. Vita datang! Astaga! aku dan Reta masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang terlempar berserakan.

Cerita Dewasa Sex Terkini Sakit hati Si Direktur

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Terkini Sakit hati Si Direktur,

Cerita Dewasa Sex Terkini Sakit hati Si Direktur

Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, narasi seks sakit hati si direktur. Sepagi itu Panji santoro pemilik cukup banyak perusahaan , seorang multi milyuner bahkan juga masuk ke hebat daftar orang paling kaya di asia , sudah berteriak teriak penuh amarah di ruangan kerjanya.

Bangku empuknya dia tendang sampai bergulir , tidak senang dengan itu , dia cabut stick golf yang disimpan di faktor ruang tersebut.
“BRAAAAKKKK!!!!!” SEBUAH almari kayu remuk berantakan terserang bandul keras stick golf Panji , dan satu bandul kembali dan pecahlah meja kaca di tengah-tengah ruang.
Kelompok Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur

Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur

Bacaan Seks 2022 Ruang kerja yang awalnya teratur rapi dan santai itu sekarang ini remuk berantakan seperti baru terserang ledakan bom , sedangkan si boss Panji santoro masih tetap mengamuk , di dekat pintu seorang pria besar menakutkan cuma diam melihat semua episode yang terjadi.
Pria besar itu namanya gogon ,bodiguard dan ajudan Panji santoro. Walaupun namanya serupa dengan komedian dengan ciri khas rambut sikatnya , tapi figur gogon yang satu ini jauh dari lucu , kebalikannya berkesan cukup menakutkan.

nama gogon sebenarnya adalah sesuatu panggilan saat pria ini masih tetap menjadi preman jalanan , kependekan dari gorilla gondrong.
kemanjuran , kekuatan , dan kekejaman gogon membuat Panji tertarik untuk mengambilnya jadi anak buah. Usaha Panji santoro sendiri sebenarnya beberapa adalah usaha legal , tapi ada banyak rahasia kecil dalam usahanya yang tidak seseorang tahu , dan untuk faktor semacam itu Panji perlu seorang untuk lakukan ‘dirty job’ , dan gogon adalah orang yang pas apalagi selanjutnya pria besar ini bisa dibuktikan benar-benar setia pada boss nya.

tiga bulan kemarin , Panji buka lowongan kerja di perusahaannya sebagai sekretaris, karena skretaris awalnya sudah menikah dan turut bersama suaminya.
Nama besar perusahaan punya Panji membuat cukup banyak pelamar tiba mengharap sedikit peruntungan.
Dan dari demikian cukup banyak pelamar , Panji tertarik pada orang gadis elok dengan bodi aduhai namanya Ana , mukanya demikian innocent dengan rambut hitam panjang cantik tergerai seperti seorang gadis baik baik.

tapi kenyataannya gadis ini ingin lakukan apa untuk mendapat tugas ini , dia tidak sangsi untuk melepas semua baju yang melekat di badannya , membuat mata Panji tidak lepas kagum pada badan polos yang mulus didepannya.
tidak cuma itu , Ana dengan gemulai dan memikat dekati Panji , cerpensex.com raih celana pria itu , menurunkannya dan dengan cepat memasukkan kont0l yang sudah menegang ke mulutnya , jilatan lidah Ana kenyataannya mampu membuat Panji melayang-layang apalgi sedotannya membuat Panji tidak mampu berbicara apa apalagi bukan hanya “kamu diterima”
Tp itu semua 3 bulan yang lantas, saat sebelum Panji tahu siapa Ana sebenarnya.

kenyataannya Ana adalah mata mata yang dikirimkan oleh perusahaan kompetitor dengan tujuan mengambil sejumlah document penting berisi rahasia perusahaan punya Panji dan kondisi semakin di perparah karena kenyataannya dengan kemahirannya Ana sukses memanipulasi tanda-tangan Panji dan bawa lari sebagian besar uang perusahaan. Semua peristiwa tersebut yang membuat Panji santoro sepagi itu mengamuk merusak ruang kantornya sendiri.

entahlah merasa capek alias bisa dibuktikan sudah senang mengamuk , Panji selanjutnya termenung sebentar ,lantas melihat tajam pada gogon.
seperti mengenali apa yang ada pada pikiran si boss , gogon maju beberapa langkah dan menjelaskan,
“saya sudah menemnukannya , boss..!!!kita dapat ke sana sekarang juga…”
Panji tersenyum jahat , membereskan bajunya dan dengan kode tangan dia memerintah gogon untuk meng ikutinya.
Gogon bawa boss Panji ke wilayah tepian kota , sesuatu perumahan yang cukup eksklusif yang sudah diketahui oleh gogon untuk tempat Ana sembunyi.
gogon menunjuk sesuatu rumah dengan mobil BMW terpakir di pelataran rumah , disini tempat Ana sembunyi. Panji dengan marah melihati rumah dan mobil eksklusif dihalaman , tiga bulan kemarin
Ana belum mempunyai ini semua maknanya semua kemewahan yang dicicipi wanita itu adalah dengan uang Panji.

gogon memarkir mobil cukup jauh dari rumah barusan agar Ana tidak mengetahui
kedatangan mereka.
Pintu psupaya yang tidak terkunci lebih memudahkan Panji dan gogon masuk rumah tersebut. Panji mengetok pintu rumah sementara gogon berdiri waspada di sampingnya.

“yaaa…sebentar……” sesuatu suara cantik yang sudah benar-benar dikenali Panji kedengar dari dalam.
saat pintu dibuka Ana benar-benar kaget melihat siapa yang tiba , secara cepat dia berusaha tutup pintu kembali tapi gogon bisa lebih cepat , dia bergeral terlebih dulu menggerakkan pintu dengan keras membuat Ana jatuh terjengkang , gogon segera dekatinya dan menodongkan pistol di kepala gadis itu , sedangkan Panji memerhatikan sekitar cemas ada yang melihat semua peristiwa itu , tapi suasan disitu masih tetap sepi seperti umumnya , semua aman aman saja.

GOgon bawa Ana ke ruangan tengah , dan di bawah todongan pistol dia mendudukan gadis elok yang ketakutan itu di atas sofa.

“Ana…Ana…Ana, lama tidak temu ya…” kata Panji sekalian duduk dari sisi Ana yang ketakutan. Dalam hati Panji wajib mengaku gadis ini selalu terlihat elok dalam ketakutannya.
“ammpun..pak..tolong, maaf..saya..saya…” Ana tidak mampu menjelaskan kata karena sangat ketakutannya.
“ssst…!! rileks Ana , jangan ketakutan semacam itu. nach , ada siapa kembali di dalam rumah ini..?” bertanya Panji
“adik saya pak , di lantai atas ” jawab Ana gemetaran
“panggil dianya..”
Ana sangsi sesaat , tapi gertakan dari gogon menggunakan pistol membuatnya pada akhirnya berserah
“Tika…..!!! dapat ke sini sesaat ,?” panggil Ana dengan suara tergetar
“ya kak!! sebentar…” sesuatu suara cantik kedengar dari lantai atas
dan tidak berapa lama turunlah seorang gadis remaja elok bahkan juga lebih elok dari Ana ,dan gadis itu adalah Tika , adik kandungan dari Ana. Tika bisa dibuktikan masih tetap SMA , tapi kecantikan dan kemolekan badannya sudah tercipta secara cantik ciri khas anak remaja.
“halo..emm Tika kan.?? sini turun..” kata Panji dengan senyuman penuh kecurangan
Tika tentu saja kaget melihat keadaan semacam itu ,dia menuruni tangga dengan kebingungan , terang sekali dia sedang berpikiran untuk lakukan suatu hal.sebuah hal. Tapi Panji bisa melihat tingkah Tika karenanya dia menunnjuk pada gogon yang tengah menodongkan pistol pada Ana , dan secara mau tak mau Tika turun merapat dari mereka.

Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur
Sesaat Panji nikmati keelokan yang ada didepannya ,seorang gadis remaja elok , dengan muka dan kulit putih mulus ,toket yang seimbang menyembul dibalik t-shirtnya ,belahan dadanya yang sedikit berkesan membuat lelaki mana saja yang melihat akan naik libidonya , belum juga kemulusan paha dan kaki cantik yang cuma tertutup oleh celana pendek
“Tika , jangan takut demikian , kalian tahu siapa saya..?? ” pertanyaan Panji dijawab gelengan kepala Tika
“saya adalah boss kakakmu..emm well , bekas boss kakakmu..” jawab Panji sekalian medekati Ana , lantas dengan tau-tau menjambak rambut bekas sekertarisnya itu membuat Ana tersentak kesakitan
“dan kakakmu ini sudah mengambil sebagian besar uang perusahaan , belum juga document rahasia perusahaan yang dianya jual ke tandinganku..”
Tika berkesan benar-benar kaget , terang sekali jika si kakak tidak sebelumnya sempat bercerita apa yang dilakukan saat lagi ini.

“dan …sekarang waktunya kakakmu mempertanggung jawabkan semua kerjakanannya..” lanjut Panji.
“tta..tp pak…uangnya sudah terp..sudah kepakai semua , tp saya tentu mengganti pak , asal dikasih waktu , saya janji pak..!!!” Ana memelas meminta pengampunan pada Panji
“Ana..!!! apa saya berkesan seperti perlu uang..??? kalian berpikir saya jatuh miskin sehabiskamu khianati…hmm@!!!!” kata-kata Panji terus menekan psikis Ana
“ooo..kamu akan membayar……tp tidak dengan uang..!!!!” lanjut Panji.
“mmak..tujuan bapak..??” bertanya Ana tidak memahami.
Panji tidak jawab pertanyaan Ana , dia lalu dekati Tika yang berkesan terus ketakutan.

“Tika sayang , apa kalian sayang sama kakakmu ini..??” bertanya Panji
“pak..!! tolong jangan ikutsertakan dianya , jangan kacaukan ia..!!! agar saya saja yg…”
PLAKKKK!!! sesuatu pukulan keras di pipi Ana hentikan kata-kata gadis itu , ternyata Ana sudah bisa menyangka apa yang ada pada pikiran bekas boss nya , merasa sakit imbas pukulan dan rasa penyesalan mengakibatkan air matanya sekarang ini mengucur membasahi muka cantiknya
“pak..tolong !! jangan bunuh kakak saya , dianya hanya keluarga saya hanya satu..saya minta ” sekarang ini gantian Tika yang meminta.

Panji tersenyum penuh kemenangan lantas menjelaskan ,
“tenang saja , tidak ada yang wajib matikali ini, asal kalian berdua mengikuti semua perintahku ”
Panji terus dekati Tika yang terduduk pasrah, cemas akan keselamatan kakaknya , Tika tidak lakukan perlawanan saat Panji meraba-raba sekujur badannya , jari Panji membelai perlahan paha mulus Tika seolahsedang mengelus kreasi seni yang benar-benar mahal.
tangan Panji mengarah ke atas ke arah benjolan di dada Tika yang sejak dari barusan menggairahkan kelekakiannya, di remas remasnya berganti-gantian ke-2 toket gadis remaja itu , berasa empuk menjanapabilan sesuatu kepuasan yang tidak ada tara.
dengan perlahan-lahan t-shirt Tika dia sibak ke atas , memberikan perut rata gadis manis itu dan terutama toket yang putih bersih masih tetap terlingkupi oleh bra , ke-2 bukit itu terbuncang guncang karena isakan tangis Tika.

“kakak…” rintih Tika perlahan-lahan seakan minta bantuan pertolongan Ana saat Panji sangat asyik membelai perut rata Tika , dan meremas toket yang masih tetap tertutup bra.
Ana tau-tau bereaksi saat Panji akan luar biasa lepas bra adiknya.
“jangan pak!!! saya minta..!!! jangan kacaukan adik saya, saya minta..!!! kerjakan apa pada saya tp jangan dianya , dianya gak tahu apa apa…saya minta!!!”
Panji stop menggeraygi badan cantik Tika lantas berpindah pada Ana.
“kamu ingin kerjakan apa untuk adikmu ini , ?” bertanya Panji
“iya pak…asal jangan kacaukan dianya pak ” jawab Ana perlahan-lahan
Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur
Panji juga melepas Tika yang selanjutnya selekasnya merapihkan lagi bajunya , saat dia akan lari ke atas , Panji hebatnya memerintah lagi untuk masih tetap duduk disitu.
“baik Ana…sekarang kalian berdiri dan membuka semua bajumu ” perintah Panji.
DEngan taat Ana berdiri , termenung sesaat dan selanjutnya masih tetap di bawah todongan pistol gogon , Ana melepas bajunya satu-satu sampai telanjang bundar.
“Tika , sebelumnya sempat saksikan kakakmu telanjang..?” bertanya Panji dan dijawab Tika dengan anggukan.
“sebelumnya pernah saksikan kakakmu ML..?” bertanya Panji selanjutnya sekalian ketawa , Tika cuma merunduk risi tidak menjawab.
“kamu sebelumnya sempat ML Tika..?” bertanya Panji kembali dan dijawab gelengan kepala gadis remaja tersebut.
“hmmm virgin ternyata , baik..bermakna kalian wajib saksikan ini , kira saja seks education , hahahaha” kata Panji
baik Ana atau Tika cuma termenung tidak mampu untuk melakukan perbuatan apa apa.
“baik Ana , kalian sekarang merayap kesini , cepat!!!” perintah Panji
walau merasa terhina , Ana dengan taat merayap dekati Panji yang sedang melepas celananya sendiri, Tika mengalihkan muka saat kont0l Panji terbuka tanpa penghambat terang sekali dia merasa risi.
“menghadap ke adikmu..!!!” perintah Panji kembali.
sekarang ke-2 gadis elok kakak-adik itu sudah sama-sama bertemu , sedangkan Panji ambil posisi ada di belakang Ana , berlutut dan menerobos memek Ana dari belakang yang kenyataannya tidak sesulit yang diprediksi.

Ana mendesah dan mengeluh saat Panji mulai bergerak masukkan kont0lnya terus dalam dan mulai memompanya ,sekalian terus bekerja maju undur , tangannya tidak henti henti memnggeraygi semua badan cantik Ana , terus lama rintihan Ana jadi jeritan kesakitan yang ketahan.
Panji terus berusaha memasukkan kont0lnya terus dalam sekalian terus meremas remas toket Ana , kadang-kadang dia memukul bokong mulus Ana sampai memeras.
Sebelumnya rintihan Ana seperti kesakitan , tapi terus lama rintihannya beralih menjadi rintihan penuh kepuasan dan sementara semua episode itu terjadi , Tika terus lama terus terangsang untuk semua itu , tanpa sadar dia turut meremas remas toketnya sendiri , terkadang tangannya turun sentuh memeknya kadang-kadang, semua itu tidak lepas dari perhatian Panji.
sejumlah lama selanjutnya Panji capai klimaks dan kont0lnya menyembur semua didalamnya di dalam badan Ana dan gadis elok itu juga terbaring lemas di lantai.
Tika sendiri kenyataannya masih tetap terangsang dan tanpa sadar masih tetap meremas remas toketnya sendiri.

“bagaimana Tika , sukai melihat yang tadi…??” bertanya Panji menyadarkan Tika yang selanjutnya dengan pergerakan canggung berusaha lagi duduk seperti sebelumnya.
“gak perlu malu , biasa kok yang semacam itu..” kata Panji pada Tika yang berkesan mengambil curi pandang pada kont0l Panji.
Panji mengetahui faktor itu , dia juga dekati gadis remaja itu lantas memberikan kont0lnya.
” ingin mencoba jilat..?” Panji menyentuhkan kont0lnya pada pipi Tika, gadis itu cuma mengalihkan muka karena risi.
“gak apa apa …jilat saja..” lanjut Panji sekalian menyentuhkan kont0lnya ke bibir imut Tika.
saat Tika berusaha mengalihkan muka menghindari malah malahmenyebabkan gesekan penuh nafsu antara ke-2 nya , menjadi pada akhirnya Tika juga luluh , bibirnya terbuka sedikit dan lidahnya coba sentuh kont0l didepannya.
“saran saja ke dalam mulut kalian , tp awas kalau berani coba coba gigit!!!”
Tika menjilat jilat penuh kebimbangan sebelumnya tapi lama-lama bibirnya buka terus lebar dan tanpa sangsi Panji menggerakkan masuk kont0lnya ke dalam mulut gadis manis itu menjadi berkesan penuh.
“nahh..kerens..semacam itu !! mari jilati kembali , kulum dan sedot seperti kalian makan permen loli ” kata Panji penuh kepuasan waktu mengajarkan gadis remaja ini oral seks.
walaupun masih tetap pemula dan baru , tapi kehangatan mulut seorang remaja apalagi gadis SMA teratur memberbagi sensai yang luar biasa sampai pada akhirnya Panji rasakan lagi dorongan kuat dari dalam badannya , secara cepat Panji meredam kepala Tika menjadi dia secara mau tak mau menelan semua semprotan sperma lelaki untuk pertamanya kali.

Tika berkesan gelagapan karena belum siap terima faktor itu dan terbatuk batuk kelelahan saat pada akhirnya kont0l Panji keluar mulutnya.

“nach..sekarang ini..mari membuka baju kalian ya ?” kata Panji sekalian berusaha menanggalkan baju Tika.
Ana yang 1/2 sadar berusaha menghambat faktor itu , dia tidak ingin adiknya kehilangan keperwanannya dengan panduan semacam ini.
“pak jangan kacaukan adik saya pak..!!!! bapak sudah janji ” teriak Ana histeris.
“well, saya berbohong kok !! ” jawab Panji mudah sekalian memberikan kode pada gogon.
“jangan kacaukan dianya pak..!!! saya minta dianya masih tetap perawan !!!” Ana tidak bisa menlanjutkan kata-katanya kembali karena gogon sudah membekap mulutnya dan luar biasa gadis malang itu ke salah satunya kamar , tidak butuh waktu yang lama sampai kedengar rintihan dan jeritan kesakitan dari Ana.
gogon bisa dibuktikan berbahagia sekali menganiaya wanita yang ditidurinya ,jeritan memelas korbannya teratur terus membuat preman satu ini benar-benar terangsang.

sementara masih tetap di ruangan depan , Tika tidak lakukan perlawanan apapun itu saat Panji menanggalkan semua bajunya , entahlah pasrah , entahlah takut alami faktor yang sama dengan kakaknya alias bisa dibuktikan sudah terangsang.
sehabis Tika telanjang bundar baru Panji melepas bajunya yang tersisia.
Panji selanjutnya duduk di atas sofa dan memerintah Tika untuk ambil posisi diatasnya , perlahan-lahan gadis itu turunkan bokongnya sampai kont0l Panji menyodok coba masuk kedalam memek yang masih tetap sempit.

Panji tersenyum penuh kepuasan waktu mengenali jika Tika bisa dibuktikan masih tetap perawan.
“aahhwwa…” Tika mendesah perlahan saat kegadisannya terenggut, darah perawannya terus membuat lancar pergerakan kontol Panji sementara itu dari dalam kamar jerit tangis kesakitan dari Ana masih tetap kedengar saat gogon terus menindih badannya.
Panji membantu Tika untuk raih kepuasan pada seks pertama kalinya ini ,bokongnya bergerak turun naik membuat toketnya bergoyang memikat , air mata sebelumnya sempat menetes membasahi pipi , entahlah kesakitan alias penyesalan.
Panji tidak memedulikan itu semua , dia justru asyik meremas remas toket cantik didepannya dan pada satu kesempatan mengulum dengan rakus bukit kembar itu , digigit dan dijilatinya gaungs puting gadis perawan yang mulai nikmati seks pertama kalinya , seperti tidak mengenal rasa senang Panji terus mengulum dan mengisap toket remaja yang kenyal,empuk dan nikmat itu. Simak juga: Bacaan Seks Dewasa Ngentot Bidadari Pom Bensin
Rintihan untuk rintihan Tika membuat Panji terus asyik nikmati badan perawan itu , seperti tidak mengenal capek dia terus memacu dan menindih Tika dengan sejumlah posisi , semua lekuk badan Tika sudah habis digerayginya dan saat semua itu kelar Tika tidak sadar diri karena kecapekan.
Hari sudah benar-benar terlarut saat Panji dan gogon sudah senang nikmati badan bekas sekretaris dan adiknya itu , ke-2 gadis elok itu tidak sadar diri karena karena sangat capek, semua tenaganya habis. Faktor itu membuat gogon secara gampang bawa dua badan telanjang itu ke mobil dan membawa pergi,
ke-2 gadis itu akan disiapkan untuk melayani relasi usaha Panji , dan Panji memiliki pendapat jika itu adalah faktor yang paling pantas untuk membalas pembelotan bekas sekertarisnya.

Cerita Dewasa Sex Memek Guru Sma Yang Suka Dijilat

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Memek Guru Sma Yang Suka Dijilat,

Cerita Dewasa Sex Memek Guru Sma Yang Suka Dijilat

Firna Liswani adalah seorang guru sejarah di Sekolahku. Umurnya 25 tahun, Masih Bersuami Tetapi Suaminya Jarang Pulang. Tubuhnya Bagus, Payudara 36B, Pinggul Lebar, Pantat Semok. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.

Suatu hari Aku dipanggil Oleh Firna Untuk Menemuinya Kekantornya Karena aku memiliki masalah.
“Taukan kenapa Saya Panggil kamu kemari?” Kata Firna Kepadaku Namun Dia tidak duduk dibangku melainkan duduk diatas meja sambil mengangkat 1 kakinya kebangku.
“Tauu Buk, Jadi gimana saya bisa menyelesaikannya??” kataku sambil mataku taklepas dari pahanya yang mulus dan putih.
“Saya kasih kamu kesempatan tapi dengan syarat” katanya mengelus2 pahanya sambil tersenyum,
“Syarat apa Buk??”
“Ayoo Kamu ikut kekantor yang disana”, katanya sambil berjalan menuju kantor yang didalamnya ada sofa yang besar. Ia rupanya sudah tidak memakai Bra, Di balik Kaos Ketatnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

Dia membuka Kemejanya dan menyisakan Kaos ketatnya, lalu dia menyuruhku duduk disofa “Hhmm, Kamu Udah pernah Ngeraasaain Memek?” katanya langsung membuatku berdebar.
“Beelu..mm Buk” kataku gelagapan
“Saya bakal lupain masalah kamu, Kalau kamu mau puasin saya” katanya langsung nyemplos lalu dia membuka kaos ketatnya dan Astagaa!! Payudara besar menyembul keluar memantul membuat mataku melotot memandanginya. Sungguh luar biasa
“Kontol kamu cepat banget negangnya sayang, Aku gesek yah” katanya sambil naik kepangkuaanku dengan posisi mengangkang dan memeknya diatas kontolku
“Bu yakin mau ngewe sama aku? Ntar Ketahuan gimanaa?” Kataku.

“Ngak Akan Ini cuman kita berdua aja, Hisapin Toket saya Nor” Katanya sambil memaju mundurkan pinggulnya sehingga memeknya tergesek2 dengan kontolku yang sudah membesar terbentuk, Pelan2 aku meraba2 toketnya yang besar itu kemudian aku remas2 dengan kuat lalu kuhisap putingnya dengan liar karena aku sudah sering melakukan Sex.
“Ooohh…Sshhh, Gilaa Kamuu lihay Banget! Ooohh…Sshht” katnaya memujiku.
“Iyah Memek Kamu Juga Empuk banget,” kataku sambil tanganku turun meremas2 pantatnya yang semok.“Tangannnya nakal banget sih” katanya semakin kencang mengoyang majumundur wajahku dibenamkannya ditoketnya sambil digoyang kekiri dan kanan.

Karena sudah nafsu aku tidak memperdulikan apapun lagi, kulumat putingnya kugigit, Kujilat, Kuhisap semua yang ada ditoketnya sampai Tubuhnya mengeli2, Tanganku terus bermain dengan pantatnya yang luar biasa kenyal dan kutampar2 nakal.

“Acchh Aachh…Sshhhh, Mmmmhh”
“Pantat Kamu kenyall banget” !Plak!Plakk!Plakk!

Setelah puas engan pantatnya, Lalu Buk Firna ingin berdiri dan melepaskan Rok Ketatnya Danterlihat lah Gundukan Memeknya yang ditutupi Celana Dalam Berwarna Pink Serasi dengan Branya. Akhirnya semua tubuhnya terlihat sudah tanpa ditutupi apapun lagi.“Tubuh Kamu bener2 mulus buk, Aku jadi pengen cepet2 ngerasain yang didalam ini”, Kataku sambil memeluknya lalu tangan kananku mengelus memeknya terasa sekali kain lembut celana dalamnya yang membuatku semakin horny lagi Memeknya sudah becek…

Kemudian Aku berlutut dibawah. Kutatap Gundukan memeknya yang memberikan Bau yang Khas, Aku turunkan Langsung celana dalam itu kulihat memeknya ditumbuhi bulu2 halus.
“Mmmh aku jilatin yah buk?”, kataku dengan sentuhan lidahku dibagian bibir memeknya yang lembut. Tangan kiriku kemudian meremas-remas payudara Firna yang montok itu.
“Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan,putingnya” lalu jari2 kananku masuk kedalam lubang memeknya yang becek lalu kuobok2.
“Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Firna mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok olehku.
“Aahkc Aacchhkk…Oohh..Mmhh eenak Iyah Mainin Itil Akuu…Acchkk” rancau Firna klojotan menikmati jilatan lidahku, yang bermain2 dikintilnya

Tubuh Firna menegang merasakan jilatan dan hisapan mulutku. “Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Firna mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.

Aku semakin buas menjilati puting toketnya, Hisapanku makin keras, kugigit2 kecil2 putingnya.”mm…, nakal kamu”,
“Ahhkks, Sekalian dong kobok2in memek saya” katanya meminta.

Kemudian bu Firna Kembali kebawah dan berhadapan dengan kontolku lagi. Ia segera menjilati Batang kontolku itu dengan penuh semangat. Kepala kontolku itu dihisapnya keras-keras, sehingga Aku merintih keenakan.
“Ahh…, enakk…,enakk…Mmmhh..Aacchhkkk”, Karena aku sudah sange berat, Aku tahan Kepala Firma Lalu kusodok2 mulutnya maju mundur. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Firna.
“Ooohh..Ooohh, Mmmhh Sshh…Achhkk Aku keluarrr” Muncratlah cairan maniku di dalam mulut Firma, dijilati semua tanpa sisa.

Sekarang Aku menyuruh Bu Firna Untuk Menungging tinggi tangannya betopang pada meja didepan, lalu kuangkat satu kakainya dan kumasukan kontolku kedalam memeknya yang becek.
“AAACHHKK!! Eeennak! Acchkk..Acchhkk..Sshhh…Mmhhh,,Oooohhh”, Rancau Firna saat aku menyodok2 kuat memeknya dengan kontolku. “Norrr! Eennakk!, enakk…, ohhhhh…, ohhhhhh”. Tubuh Bu Firna terhempas2 kedepan karena sodokanku.
sementara itu kedua tanganku meremas payudaranya.

Kurasakan Memeknya semakin lama semakin menjepit batang kontolku dengankuat ”Aahhh, Aahhh, Aahhhk Ennna…Ooohh”, Firna hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.
“Ahh…,iyaa sayang, dalam2..Aachhkk Aahhcckk sodokk dalam2 lagii” belum berapa lama aku merasakan kalau cairan kewanitaan itu menyembur keluar membanjiri kontolku.
“Aach..Hebb..at bbanget kk..”

Belum sempat ia bicara langsung aku bangkit dan menyodorkan kontolku lagi kusuruh, dengan satu gerakan meraih kepala aku memasukkan penisnya ke mulut Firna. “Mmpfpphh…mmmhhh srrupp”.
”Ahh yaa…, Nikmatt Bukk.. Sedap Banget hisapan ibuu” menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, dia terus menhisap penisku dengan kuat dan kencang. Dijilatinya kepala penis itu.
“Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh” aku menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Firna, tangannya tak tinggal diam meremas-remas batangku.

Firna merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Aku sedikit lagi mau keluar.“oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh akuu keluarrr”. Cairan Spermaku menyembur lagi dimulutnya, dan langsung ditelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.

Tanganku tak berhenti meraba-raba payudaranya. Firna juga merasakan penisku itu diantara belahan pantatnya. Kugosok-gosokkan kontolku di antara pantatnya, sementara tanganku meremasi payudaranya. jari2ku meremas puting susu Firna, erangan kenikmatan pun keluar.
“Ooohh..Aahhcckk! Aachhk!! Eennakk Laagii Laggii” tanganku yang satu lagi mengobok2 vaginanya. ”Norrmannn, aahh…, aahh”, Tubuh Firnaa menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan olehku.

Aku kembali mengarahkan kontolku kememeknya Guu Doyan Sexku, Dengan keras aku menghunjamkan penisnku ke liang vaginanya dari belakang.
“Ugghh…, Ahhh, Ahhckkk,,” Firna Pun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.

“Adduuhh…, teruss.., teruss Norr…, oohh”, aku mengerakan kontolku semakin cepat saja menekan memeknya. “Oohh Firrnaa Akuu keluuarr”. Firna merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan

Cerita Dewasa Sex keperawananku di renggut oleh anak geng motor

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex keperawananku di renggut oleh anak geng motor,

Awal keperawanan saya diambil oleh geng motor, perkenalkan nama saya Ninis (nama samaran) umur saya masih 16 Tahun, ini cerita yang baru saya alami beberapa bulan lalu, pertama saya mendapatkan sms (bisa dibilang sms nyasar) saya berkenalan dengan Seifer salah satu geng motor.

Seifer pun sering sms tanya kabar ke aku, “hai gimana kabarnya Nin” aku
jawab “baik kak” dan semakin asik aku dibawa perkataan smsnya si Seifer,
selang beberpa hari dia ingin mengajak ketemuan sama aku, tapi bilang
nya Seifer sendiri aja tidak usah bawa teman, kemudian saya pun meng
iyakan ketemuan di salah satu mall di kawasan blok M,

Akhirnya pun kami saling bertemu, Seifer pun mengajak saya nonton Bioskop XXI dan makan di restoran, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, akhirnya aku pun diantar pulang dengan motor scopynya yang sudah di modifikasi sedemikian rupanya terhilat keren motornya, ehh…disela perjalananya ternyata Seifer bukanya mengajak aku pulang ke rumah, malah dia membawa kedaerah Kemayoran kareana dia ingin memperkenalkan diriku kepada teman anggota geng motor lainnya.

Setelah sampai di sebuah rumah temannya yang saya ketahui di tempatin oleh Rahman tersebut saya melihat ada temannya yang berjumlah tujuh orang sudah menunggu. Mereka ada yang main kartu gaplek dan ada juga yang utak atik motor. Di situ saya berkenalan dengan para pria yang bernama Andre, Kautsar, Rahman sebagai pemilik rumah, Budi, Denis, Musa dan yang terakhir Barlen. Sampai akhirnya Rahman membawakan minuman Coca Cola dan memberikan minuman itu kepada Seifer.

Seifer memasukkan sejenis tablet berwarna putih kedalam minuman Coca Cola tersebut dan memberikan minuman tersebut kepada saya. Saya sempat menolak tetapi Seifer memaksakan saya untuk meminumnya. Dan dengan berat hati dan merasa tidak enak kepada Seifer dan teman temannya akhirnya saya meminum Coca Cola tersebut. Setelah saya meminum Coca Cola tersebut setengah jam kemudian badan saya merasa panas dan terasa merinding di sekujur tubuh saya. Seifer akhirnya membawa saya ke kamar yang di tempati Rahman tersebut.

Dan saya pun di baringkan di tempat tidur, Saya ingin melawan tetapi saya tidak bisa karena badan rasanya lemas. Seifer pun bilang kepada saya ” Tenang Ninis kamu sebentar lagi akan di ajarkan menjadi wanita dewasa”. Seifer pun mulai meraba setiap bagian tubuh saya di mulai dari membuka kancing seragam putih saya, berlanjut membuka bra putih yang saya kenakan. Saya pun tidak bisa berbuat apa apa lagi. Mulut Seifer pun mulai menjilati puting payudara saya yang katanya berbentuk kecil itu. Setelah Seifer puas menjilati puting payudara saya itu dia pun mulai membuka rok biru yang saya gunakan. Seifer mulai membuka kesamping celana dalam yang saya gunakan.

Seifer memanggil Musa untuk meminjam handphone Blackberrynya. Handphone tersebut akan di gunakan oleh seifer untuk memfoto vagina saya tersebut. Dia bilang ingin melihat seperti apa bentuk selaput dara itu. Bibir vagina saya di buka dengan bantuan jari jempol dan telunjuknya Denis. Seifer pun mengambil posisi di bawah saya dengan memfokuskan kamera handphone tersebut tepat ke bagian lubang vagina. Para pria yang ada di situ hanya diam saja dengan mata mereka fokus ke arah vagina saya yang telah di buka oleh Denis.

Setelah Seifer memfoto vagina saya dia pun menunjukkan hasil foto itu kepada saya dan teman temannya. Di foto itu saya lihat ada warna putih pas di dalam lubang vagina. Seifer bilang yang putih itu adalah selaput dara saya. Saya pun menangis kepada Seifer agar jangan di rusak selaput dara saya tersebut. Tetapi Seifer mengelus rambut saya dan menenangkan saya. Dia bilang “Tidak apa apa Ninis kamu pun lambat laun pasti vaginanya akan di masukin penis laki laki”.

Dengan perasaan takut saya pun tidak bisa berkata apa apa lagi. Akhirnya Seifer membuka celananya dan saya pun melihat penis pria secara langsung untuk pertama kalinya. Penis Seifer bentuknya besar, panjang, dan berurat. Dengan penuh nafsu Seifer pun mulai menggosokkan penisnnya tersebut ke Vagina saya.

Dengan penuh penyesalan, rasa takut, malu dan badan lemas saya pun hanya bisa pasrah sewaktu Seifer berusaha ingin memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina. Sampai lima menit penis Seifer tidak bisa masuk akhirnya dia memanggil Rahman untuk di ambilkan body lotion. Rahman pun memberikan body lotion merek Vaseline tersebut kepada Seifer. Dengan tangannya Seifer mulai mengolesi Vaseline tersebut ke penisnya yang besar.

Setelah licin dia pun mulai berusaha memasukkan penisnya ke dalam liang vagina saya. Seifer pun mulai memasukkan penisnya dengan posisi saya di suruh dudukin penisnya. Setelah masuk dia pun langsung mendekap kepala saya sambil mengelus eluskan rambut saya tersebut dan juga mulai mencium bibir saya. Dengan perasaan campur aduk yang saya alami mulai dari rasa sakit di lubang vagina sampai melihat di seprai tempat tidur ada darah yang kata Seifer itu darah kegadisan saya. Setelah lima belas menit penis itu keluar masuk ke dalam lubang vagina akhirnya Seifer mulai merasa seperti bergetar. Seifer pun mulai mengeluarkan cairan berwarna putih dan beraroma amis tersebut kedalam liang vagina saya.

Setelah selesai Seifer pun bangkit dan saya pun sibuk memeriksa vagina saya tersebut. Saya buka bibir vagina saya dan saya melihat ada cairan berwarna putih meleleh keluar.Seifer pun masih sibuk membersihkan penisnya yang bekas sperma dan darah kegadisan saya tersebut dengan menggunakan celana dalam yang saya pakai. Seifer pun bangkit dari tempat tidur dan mengijinkan para teman temannya untuk mengentotin saya.

Dengan penuh kegembiraan mereka pun bersorak sorai senang. Sampai akhirnya Andre yang mengambil giliran kedua tersebut. Selama saya di entotin mereka pun memberikan semangat dengan kata kata kotor. Seperti yang di ucapkan oleh Kausar kepada temannya dengan kalimat “Entot ninis…. entot ninis…. entot… entot…” Kalimat yang di ucapkan Kautsar itu secara langsung memberikan dukungan semangat kepada teman temannya yang lagi masukkan penisnya ke dalam lubang vagina saya dan saya pun sangat merasa terhina atas ucapan Kautsar tersebut.

Seifer memberi pesan kepada teman temannya agar cairan sperma masing masing di masukin ke dalam lubang vagina saya saja. Dia nggak mau kalau sampai saya hamil dia yang akan bertanggung jawab. Seifer berkata “Masukin aja bro sperma lo pada ke dalam vaginanya ninis biar kalau dia hamil ninis nggak akan minta tanggung jawab ke gue dan juga itu kan bayi kita bersama”. Saya pun teringat kalau pada tanggal 22 maret 2014 belum menstruasi. Setelah semuanya dapat giliran saya merasa sangat capek melayani mereka. Saya pun melihat kondisi bibir vagina saya yang telah membesar dan berwarna merah terang dengan di dalamnya banyak cairan sperma dari pada cowok geng motor tersebut. Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam dan saya pun di antar oleh Seifer pulang ke daerah blok M.

Setelah kejadian tersebut saya pun di angkat menjadi anggota cewek di geng motornya Seifer. Di situ saya di kerjakan sebagai pemuas nafsu para anggota yang telah selesai balapan. Sampai pada akhirnya di bulan april saya tidak mendapatkan menstruasi dan saya pun telah di nyatakan hamil melalui hasil test pack merek Sensitif karena akibat perbuatan mereka. Pada bulan juni mereka pun sepakat memberikan saya minuman Coca cola di sertai oleh buah nanas yang masih muda.

Setelah saya makan nanas muda itu rasanya asem dan perut saya terasa sakit sekali. Dalam hitungan jam dari lubang vagina saya keluar darah yang kata Seifer itu janin bayi yang telah saya kandung telah mati. Saya pun sangat kasihan terhadap janin bayi yang tidak berdosa itu. Tapi itu saya lakukan dengan sangat terpaksa sekali karena mereka tidak ada yang mau bertanggung jawab apa lagi mengakui janin bayi yang telah saya kandung.

Mereka pun sepakat untuk memberikan janin bayi yang berusia dua bulan itu kepada anjing peliharaannya Denis untuk di makan. Itu kisah yang saya alami dan sampai sekarang saya menyesal telah berkenalan dengan Seifer.

Cerita Dewasa Sex kegadisan ku yang di renggut pakdhe ku sendiri

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex kegadisan ku yang di renggut pakdhe ku sendiri,

Aku sudah tiga tahun ikut dengan keluarga Budhe. Saat itu usiaku sudah 15 tahunan dan Mbak Ningsih yang usianya tiga tahun di atasku sudah kelas 3 di salah satu SMK swasta di kotaku. Pada saat itulah aku pertama kali mengenal apa yang namanya seks.

Kejadiannya berawal dari suatu siang kira-kira setengah tahun setelah meninggalnya Budhe Harti. Saat itu sekolahku dipulangkan sebelum waktu biasanya. Semua murid dipulangkan pada jam 10 pagi karena guru-guru mengadakan rapat untuk persiapan EBTA. Aku yang selalu disiplin tidak pernah bermain sebelum pulang dan ganti pakaian. Begitu sekolah dibubarkan aku langsung pulang ke rumah yang jaraknya kira-kira 2 km dengan naik angkot.

Sampai di rumah aku heran karena pintu rumah tidak terkunci tetapi tidak ada orang. Padahal tadi pagi sebelum berangkat Mbak Ningsih bilang kalau sekolahnya libur selama 6 hari karena minggu tenang. Aku menduga pasti Mbak Ningsih sedang belajar di kamar menjelang EBTA yang akan diadakan minggu depan. Karena takut mengganggu Pakdhe yang mungkin sedang tidur aku berjalan pelan-pelan melintasi ruang tengah langsung ke kamarku dan Mbak Ningsih yang ada bagian belakang.

Aku kaget saat mendengar suara mencurigakan terdengar dari kamarku yang setengah terbuka. Kudengar suara Mbak Ningsih mengerang-ngerang disertai suara seperti berkecipak. Dengan langkah mengendap-endap kudekati pintu kamarku dan mengintip melalui pintu yang setengah terbuka. Astaga!! Aku benar-benar kaget!! Ternyata di kamarku ada Mbak Ningsih dan Pakdhe. Yang lebih mengejutkan, pakaian keduanya sudah berantakan.

Saat itu pakaian bagian atas Mbak Ningsih sudah terbuka sama sekali, begitu pula dengan Pakdhe Mitro. Keduanya sedang bergumul di atas tempat tidur yang biasa kugunakan tidur dengan Mbak Ningsih. Pakdhe hanya mengenakan sarung dan satu-satunya kain yang menutupi tubuh Mbak Ningsih hanyalah celana dalam saja.

Apa yang kulihat benar-benar membuat hatiku tercekat. Kulihat Pakdhe dengan rakus meneteki payudara Mbak Ningsih kanan dan kiri berganti-ganti, sementara tangan Mbak Ningsih meremas-remas rambut Pakdhe yang sudah mulai memutih. Kepala Mbak Ningsih bergoyang-goyang sambil terus mengerang. Begitu pula dengan Pakdhe yang dengan lahap terus menetek kedua payudara Mbak Ningsih secara bergantian.

Aku yang mengintip perbuatan mereka menjadi panas dingin dibuatnya. Tubuhku gemetar dan lututku lemas. Hampir saja kepalaku terbentur daun pintu saat aku berusaha melihat apa yang mereka perbuat lebih jelas. Tak lama kemudian kulihat Pakdhe menarik satu-satunya pembungkus yang melekat di tubuh Mbak Ningsih dan melemparkannya ke lantai. Kini tubuh Mbak Ningsih sudah telanjang bulat di bawah dekapan tubuh Pakdheku yang kelihatan masih berotot walau usianya sudah kepala lima.

Erangan Mbak Ningsih semakin keras saat kulihat wajah Pakdhe menyuruk ke selangkangan Mbak Ningsih yang terbuka. Tangan Mbak Ningsih yang memegang kepala Pakdhe kulihat semakin kuat menekan ke arah kemaluannya yang sedang diciumi Pakdhe. Aku yang baru kali ini melihat pemandangan seperti itu menjadi terangsang. Aku membayangkan seolah-olah tubuhku yang sedang digumuli Pakdhe.

Kedua kaki Mbak Ningsih melingkar di leher Pakdhe. Suara napas Pakdhe terdengar sangat keras seperti kerbau. Mbak Ningsih semakin keras mengerang dan tubuhnya kulihat melonjak-lonjak saat kulihat wajah Pakdhe menggesek-gesek bagian selangkangan Mbak Ningsih. Beberapa saat kemudian tubuh Mbak Ningsih mulai melemas dan terdiam.

Kemudian kulihat Pakdhe melepas sarungnya. Dan astaga! Kulihat batang kemaluan Pakdhe yang sangat besar dan berwarna coklat kehitaman mengacung tegak menantang langit. Pakdhe langsung mengangkangi wajah Mbak Ningsih dan mengosek-ngosekan batang kemaluannya yang dipeganginya ke wajah Mbak Ningsih.

Mbak Ningsih yang masih lemas kulihat mulai memegang batang kemaluan Pakdhe dan menjulurkan lidahnya menjilati batang kemaluan itu. Pakdhe pun kembali menyurukkan wajahnya ke arah selangkangan Mbak Ningsih. Kini posisi mereka sungguh lucu. Mereka saling menjilati selangkangan lawan dengan posisi terbalik.

Pakdhe yang mengangkangi wajah Mbak Ningsih menjilati selangkangan Mbak Ningsih yang telentang dengan lutut tertekuk dan paha terbuka. Tubuhku mulai meriang. Vaginaku terasa gatal seolah-olah membayangkan kalau vaginaku sedang diciumi Pakdhe. Tanpa sadar tanganku bergerak ke arah vaginaku sendiri dan mulai menggaruk-garuk.

Kejadian yang kulihat berikutnya membuat hatiku semakin mencelos. Setelah puas saling menciumi selangkangan masing-masing lawan, tubuh Pakdhe berbalik lagi sejajar dengan Mbak Ningsih. Mereka saling berhadap-hadapan dengan tubuh Pakdhe menindih Mbak Ningsih.

Kemudian kulihat Pakdhe menempatkan diri di antara kedua paha Mbak Ningsih yang mengangkang. Lalu dengan memegang batang kemaluannya Pakdhe menggosok-gosokkan ujung batang kemaluannya ke selangkangan Mbak Ningsih. Kulihat kepala Mbak mendongak-dongak ke atas dengan kedua tangan meremas-remas payudaranya sendiri saat Pakdhe mendorong pantatnya dan menekan ke arah selangkangan Mbak Ningsih. Mereka terdiam beberapa saat ketika tubuh mereka pada bagian kemaluan saling lengket satu sama lain.

Mbak Ningsih mulai merintih dan mengerang saat Pakdhe mulai memompa pantatnya maju-mundur dengan mantap. Kulihat pantat Mbak Ningsih bergerak mengayun menyambut setiap dorongan pantat Pakdhe. Dan setiap kali tulang kemaluan Mbak Ningsih dan Pakdhe beradu selalu terdengar seperti suara tepukan. Suara deritan dipan tidurku pun semakin nyaring terdengar mengiringi irama gerakan mereka.

Tubuh Mbak Ningsih menggelepar-gelepar semakin liar. Kepalanya pun semakin liar bergerak ke kanan dan kekiri, mulutnya tak henti-hentinya mengerang. Akhirya kudengar Mbak Ningsih merintih panjang disertai tubuhnya yang tersentak-sentak, pantatnya terangkat menyambut dorongan pantat Pakdhe. Lalu beberapa detik kemudian tubuh Mbak Ningsih mulai melemas, tangannya terlempar melebar ke samping kanan-kiri tubuhnya dan matanya terpejam.

Pakdhe lalu menarik pantatnya dan kulihat dari arah ku yang persis di samping kirinya, batang kemaluan Pakdhe yang hitam kecoklatan masih kencang. Kemudian Pakdhe menarik tubuh Mbak Ningsih agar merangkak di kasur. Dengan bertumpu pada lututnya, Pakdhe menempatkan diri di belakang pantat Mbak Ningsih yang menungging. Pakdhe memegang batang kemaluannya dan mengarahkannya ke belahan pantat Mbak Ningsih.

Kulihat kepala Mbak Ningsih terangkat saat Pakdhe mulai mendorong pantatnya. Kembali kulihat pantat Pakdhe mengayun dari depan ke belakang dengan posisi Mbak Ningsih merangkak dan Pakdhe berlutut di belakang pantat Mbak Ningsih. Batang kemaluan Pakdhe kelihatan dari tempatku berdiri saat Pakdhe menarik pantatnya dan hilang dari penglihatanku saat ia mendorong pantatnya. Aku yang mengintip menjadi tidak tahan lagi. Tanganku secara refleks mulai menyusup kedalam celana dalam memegang vaginaku dan meremas-remasnya. Vaginaku mulai basah oleh cairan. Jari tangahku kutekankan pada daerah sensitifku dan kugerakkan memutar.

Kudengar Pakdhe mulai menggeram. Tangannya meremas payudara Mbak Ningsih yang berayun-ayun seirama dengan dorongan pantat Pakdhe yang menyodok-nyodok Mbak Ningsih. Gerakan Pakdhe semakin cepat dan geramannya semakin keras. Mbak Ningsih pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pakdhe dengan memutar-mutar pantatnya. Gerakan mereka semakin liar. Derit dipan kayu pun kudengar semakin keras. Lalu keduanya merintih panjang.

Tubuh keduanya yang menyatu mengejat-ngejat. Kepala keduanya seolah-olah terhantam sesuatu hingga mendongak ke atas. Lalu tubuh Pakdhe ambruk dan menindih Mbak Ningsih yang ambruk tengkurap di kasur. Aku pun merasa ada sesuatu yang meledakdi bawah perutku. Tubuhku seperti melayang dan akhirnya aku merasa lemas.

Aku yang takut ketahuan melihat perbuatan keduanya segera berjingkat-jingkat dan keluar rumah pergi ke rumah Rina sahabat paling eratku di kelas. Aku baru pulang setelah jam 13.30 saat aku biasa pulang.

Sampai di rumah aku pura-pura bersikap seperti biasa. Aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui perbuatan Mbak Ningsih dan Pakdhe tadi pagi. Selama beberapa hari itu pikiranku selalu terganggu dengan bayangan apa yang dilakukan Mbak Ningsih dengan Pakdheku di kamarku ini.

Aku sudah mulai dapat melupakan kejadian yang kulihat antara Mbak Ningsih dengan Pakdheku karena kesibukanku mempersiapkan EBTA. Begitu EBTA selesai aku mendapatkan liburan sambil menunggu pengumuman. Saat itu waktuku lebih banyak kuluangkan di rumah membersihkan rumah dan menyetrika serta membantu Mbak Ningsih memasak.

Suatu hari, aku harus berada sendirian di rumah dengan Pakdhe. Mbak Ningsih mengikuti acara darma wisata ke Selecta yang diadakan sekolahnya sebagai acara perpisahan. Mbak Ningsih sudah berangkat saat pagi-pagi buta. Aku yang sedang libur harus menggantikan Mbak Ningsih menyiapkan sarapan buat Pakdhe. Setelah membuat minuman teh untukku dan satu cangkir khusus untuk Pakdhe aku segera menyapu halaman.

Aku menyempatkan diri meminum tehku sebelum pergi ke kamar mandi. Teh yang kuminum rasanya agak lain, tapi aku tidak begitu curiga. Saat mandi itulah aku merasa ada yang agak aneh dengan tubuhku. Tubuhku terasa panas dan jantungku berdebar-debar. Rasa aneh menyergapku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut dan ada rasa aneh menyerbu diriku. Tubuhku terasa gerah sekali.

Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin agar rasa gerahku hilang. Apa yang kulakukan ternyata cukup menolong. Tubuhku merasa segar sekali. Lalu kigosok seluruh tubuhku dengan sabun. Rasa aneh itu kembali menyerang diriku, apalagi saat aku menyabuni daerah selangkanganku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Aku merasa ada dorongan birahi yang begitu kencang. Aku tidak tahu mengapa ini terjadi. Tiba-tiba anganku melayang pada apa yang kulihat beberapa hari yang lalu saat Mbak Ningsih dan Pakdhe Marto bergumul di kamarku.

Cepat-cepat kubuang pikiran itu jauh-jauh dan segera menyelesaikan acara mandi pagiku. Hanya dengan tubuh terbalut handuk, aku lari masuk kamarku. Aku selalu berganti pakaian di kamarku sambil mematut-matut diriku di depan cermin sambil mengamati seluruh tubuhku yang mulai berubah. Bulu-bulu kemaluan sudah mulai tumbuh di gundukan bukit kemaluanku.

Dadaku yang dulu rata kini mulai tumbuh dengan puting yang sebesar kacang kedelai dengan warna merah muda. Pinggulku mulai tumbuh membesar. Kata orang aku seksi dan menarik. Apalagi tinggi badanku sudah mencapai 160 cm. Aku sendiri selalu betah berlama-lama di depan cermin dengan melenggak-lenggokkan tubuhku memandang dari segala sisi dan mengagumi tubuhku. Aku sangat bangga dengan tubuhku.

Baru saja aku mengunci pintu kamarku aku dikejutkan dengan pelukan tangan yang kokoh menyergapku. Aku tidak sempat menjerit karena tiba-tiba sosok yang memelukku langsung membekap mulutku dengan tangannya yang kokoh. Belum hilang terkejutku, handuk yang melilit tubuhku ditarik seseorang dan jatuh teronggok ke lantai. Aku benar-benar bugil tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhku.

Kembali rasa aneh yang menyerangku semakin menggelora. Ada dorongan hasrat yang menggebu-gebu dalam diriku. Aku tak mampu meronta dan menjerit! Tangan yang kokoh dan berbulu tetap membekap mulutku sementara tangan satu lagi memeluk tubuh telanjangku. Mataku semakin nanar menerima perlakuan seperti itu. Apalagi kurasakan sentuhan kulit tubuh telanjang menempel hangat di punggungku. Pantatku yang telanjang terasa menekan suatu benda panjang melingkar dan keras di balik kain tipis.

Aku semakin tak mampu menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam diriku saat sapuan-sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku. Aku menggelinjang kegelian dan melenguh. Lidah itu semakin liar bergerak menyusuri leherku.. pundakku.. Lalu turun ke bawah ke sepanjang tulang punggungku. Aku semakin menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke bawah dan pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat tubuhku didorong ke tempat tidurku dan dijatuhkan hingga aku tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku lalu ditindih oleh sesosok tubuh yang sangat berat.

Kakiku mulai memberontak liar karena geli. Apalagi lidah itu dengan rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat saat mulut berkumis itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku terangkat-angkat liar saat lidah panas itu mulai menyusup ke dalam celah-celah bongkahan pantatku dan mulai menjilati lubang anusku. Aku benar-benar seperti terbang mengawang. Aku belum tahu siapa yang memelukku dari belakang dan menggerayangi seluruh tubuhku. Aku hanya bisa merasakan dengusan napas panas yang menghembus di bongkahan pantatku saat lidah itu mulai menjilati lubang anusku.

Aku tercekik kaget saat tubuhku dibalik hingga telentang telanjang bulat di kasurku. Ternyata orang yang sedari tadi menggumuliku adalah Pakdhe Mitro, orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti orang tuaku. Aku tak tak mampu berteriak karena mulutku langsung dibekap dengan bibirnya. Lidahku didorong dorong dan digelitik. Aku terangsang hebat. Apalagi sejak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah-olah ada dorongan menghentak-hentak yang menuntut pemenuhan.

Tubuhku menggelinjang saat tangan kekar dan agak kasar mulai meraba dan meremas kedua payudaraku yang baru mulai tumbuh. Lalu kedua kakiku dipentangkan oleh Pakdhe Mitro lebar-lebar, lalu Pakdhe menindih tubuhku yang sudah telanjang bulat di antara kedua pahaku yang terkangkang. Aku merasa ada benda keras seperti tongkat yang menekan ketat ke bukit kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakan Pakdhe.

Mulut dan lidah Pakdhe tak henti-hentinya menjilat dan melumat setiap jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibir Pakdhe bergeser menjilati seluruh batang leherku, kemudian turun ke dua belah payudaraku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah dan mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya payudaraku hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut Pakdhe Mitro. Aku sangat terangsang dan sudah tidak mampu berpikir jernih. Ada sesuatu yang mulai menggelora dan mendesak-desak di perut bagian bawahku.

Lidah Pakdhe terus merayap semakin ke bawah. Perutku menjadi sasaran jilatan lidahnya. Tubuhku semakin menggelinjang hebat. Akal sehatku sudah benar-benar hilang. Kobaran napsu sudah menjeratku. Pantatku terangkat tanpa dapat kucegah saat lidah Pakdhe terus merayap dan menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Aku merasa kegelian yang amat sangat menggelitik selangkanganku.

Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong saat lidah Pakdhe mulai menyelusup ke dalam bukit kemaluanku dan menggelitik kelentitku. Lubang kemaluanku semakin berdenyut-denyut tergesek gesek lidahnya yang panas. Aku hanya mampu menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang menggelitik selangkanganku. Tubuhku semakin melayang dan seperti terkena aliran listrik yang maha dahsyat.

Aku tak mampu lagi menahan gelora napsu yang semakin mendesak di dalam perutku. Pantatku terangkat seperti menyongsong wajah Pakdhe yang menekan bukit kemaluanku. Lalu tubuhku seperti terhempas ke tempat kosong. Aku merasakan ada sesuatu yang meledak di dalam perut bagian bawahku. Tubuhku menggelepar dan tanpa sadar kujepit kepala Pakdhe dengan kedua kakiku untuk menekannya lebih ketat menempel selangkanganku.

Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba mulutku sudah disodori batang kemaluan Pakdhe Mitro yang tanpa kutahu sejak kapan sudah melepas sarungnya dan sudah telanjang bulat mengangkangi wajahku. Batang kemaluannya yang besar, hitam panjang dan tampak mengkilat mengacung di depan wajahku seperti hendak menggebukku kalau aku menolak menciuminya.

Dengan rasa jijik aku terpaksa menjulurkan lidahku dan mulai menjilati ujung topi bajanya yang mengkilat. Aku hampir muntah saat lidahku menyentuh cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kemaluan Pakdhe. Namun jepitan kedua paha Pakdhe di sisi wajahku tidak memberiku kesempatan lain.

Aku hanya mampu pasrah dengan tetap menjilati batang kemaluan Pakdhe. Lalu dengan paksa Pakdhe membuka mulutku dan menjejalkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena susah bernapas. Batang kemaluannya yang besar memenuhi mulutku yang masih kecil.

Kudengar Pakdhe menggumam tanpa jelas apa yang diucapkannya. Pantatnya digerak-gerakannya hingga batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku. Aku hampir tersedak saat ujung kemaluan Pakdhe menyentuh-nyentuh kerongkonganku. Aku hanya mampu melotot karena hampir tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram pantat Pakdhe Mitro.

Setelah puas “mengerjai” mulutku dengan batang kemaluannya, Pakdhe menggeser tubuhnya dan menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua pahaku dikuaknya dan dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya ke arah bukit kemaluanku. Aku merasa geli saat ujung kemaluan Pakdhe mulai menggesek-gesek pintu lubang kemaluanku yang sudah basah.

Dari rasa geli dan nikmat, tiba-tiba aku merasa perih di selangkanganku saat Pakdhe mulai menurunkan pantatnya sehingga batang kemaluannya mulai menerobos ke dalam lubang kemaluanku yang masih perawan. Aku merintih kesakitan dan air mataku mulai mengalir. Aku tersadar akan bahaya! Namun terlambat. Pakdhe yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mungkin mau berhenti. Ia hanya sejenak menghentikan gerakannya. Ia merayuku dan mengatakan kalau sakitku hanya sebentar dan berganti rasa nikmat yang tidak terkira.

Pakdhe menarik pantatnya ke atas hingga batang kemaluannya yang terjepit di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan batang kemaluannya yang besar di dalam dinding lubang kemaluanku menimbulkan rasa nikmat seperti apa yang dikatakannya. Aku mulai dapat menikmati rasa nikmat itu. Ini mungkin karena pengaruh teh yang kuminum sehingga aku benar-benar belum sadar akan bahaya yang kuhadapi. Yang kuinginkan hanya satu yaitu menuntaskan gejolak yang meledak-ledak dalam diriku.

Aku kembali merintih kesakitan saat Pakdhe mulai menekan pantatnya lagi yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang kemaluanku. Lagi-lagi Pakdhe membisikiku kalau rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit itu berganti nikmat saat batang kemaluannya ditarik keluar hingga hanya ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku.

Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin sangat membantu pergerakan batang kemaluan Pakdhe dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik-detik berlalu dan sedikit-demi sedikit batang kemaluan Pakdhe meneronos semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Pakdhe terus menarik dan mendorong pantatnya dengan pelan dan teratur. Hingga suatu saat aku menggigit bibirku keras-keras saat selangkanganku terasa perih sekali. Selangkanganku terasa robek saat Pakdhe menekan pantatnya hingga batang kemaluannya hampir masuk separuh ke dalam lubang kemaluanku.

Aku sempat menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku. Pakdhe segera menghentikan gerakannya dan memberiku kesempatan untuk bernapas. Aku merasa lega saat Pakdhe menghentikan gerakannya. Kini aku dapat merasakan lubang kemaluanku seperti terganjal benda keras dan hangat. Benda itu berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku.

Kembali rasa sakit yang tadi menyentakku berangsur mulai hilang tergantikan rasa nikmat saat batang kemaluan Pakdhe yang semakin lancar mulai bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku. Rasa nikmat terus meningkat sehingga tanpa sadar aku menggoyangkan pantatku untuk segera meraih kenikmatan yang lebih banyak lagi.

Aku seperti gila. Rasa sakit itu sudah benar-benar hilang tergantikan rasa nikmat yang benar-benar memabukkan. Pakdhe semakin bersemangat mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. Empat kali mendorong lalu didiamkan dan diputar kemudian ditarik lagi. Tanpa sadar pantatku terangkat saat Pakdhe menarik pantatnya.

Berkali-kali Pakdhe mengulang gerakannya hingga perutku terasa kejang. Tubuhku mulai melayang. Tanganku semakin kuat mencengkeram punggung Pakdhe untuk mencoba menahan kenikmatan yang mulai menerjangku. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya diiringi geramannya yang kudengar bergemuruh di telingaku.

Mataku semakin membeliak menahan desakan yang kian dahsyat di perut bagian bawahku. Aku hampir menjerit saat ada sesuatu yang kurasa pecah di dalam sana. Namun bibir Pakdhe yang tiba-tiba melumat bibirku menghentikan teriakanku. Pakdhe melumat dengan rakus kedua belah bibirku. Aku merasa tubuhku seolah-olah terhempas di awan. Tubuhku mengejat-ngejat saat aku mencapai puncak pendakian yang melelahkan. Pakdhe yang bibirnya masih melumat bibirku pun mulai berkelojotan di atas perutku. Lalu ia menggeram dengan dahsyat..

Dan akhirnya kurasakan ada semburan cairan hangat yang memancar dari batang kemaluan Pakdhe yang terjepit dalam lubang kemaluanku. Batang kemaluannya berkedut-kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe masih bergerak dengan liar selama beberapa saat lalu ambruk menindihku. Napas ku hanya tinggal satu-satu. Napas Pakdhe pun kudengar menggemuruh di telingaku.

Air mataku mengalir saat kusadari segalanya telah terlambat bagiku. Kegadisanku telah terenggut oleh Pakdhe. Orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti ayahku. Lalu dengan lembut Pakdhe mengusap air mataku dan berjanji akan menyayangiku sepanjang sisa hidupnya. Aku menjadi agak terhibur dengan perkataannya.

Sejak kegadisanku hilang, aku menjadi pendiam. Keceriaan yang selama ini menjadi ciri khasku seolah-olah hilang sirna. Aku menjadi sangat berubah. Selangkanganku masih terasa sakit hingga beberapa hari setelah kejadian itu.

Mbak Ningsih yang selama ini sangat memperhatikanku sangat heran melihat perubahan yang terjadi pada diriku. Akhirnya aku mengaku terus terang kepada Mbak Ningsih tentang kejadian yang menimpaku. Ia hanya menghela napas merasa prihatin akan musibah yang kualami.

Kira-kira satu bulan sejak aku dinodai Pakdheku, Mbak Ningsih minta pamit kepadaku dan juga Pakdheku. Mbak Ningsih setelah lulus SMK diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di daerah Malang dan pindah ke Malang. Sehingga sejak saat itu aku yang baru masuk SMU harus tinggal berdua saja dengan Pakdhe.

Suatu hari, kira-kira seminggu sejak kepergian Mbak Ningsih, saat itu aku sedang mencuci pakaianku dan pakaian Pakdhe. Hari itu sekolahku libur karena tanggal merah jadi aku bersih-bersih rumah. Pakdhe seperti biasanya merapikan tanaman di halaman depan yang sudah mulai tumbuh tidak teratur.

Setelah kuselesaikan cucianku dan kujemur, aku berniat mandi. Baru saja mau menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba tangan Pakdhe mengganjal pintu kamar mandi dan menyerobot masuk. Aku tidak sempat berteriak karena tiba-tiba Pakdhe sudah memelukku. Tubuhnya yang hanya tertutup celana kolor dan sudah basah penuh keringat memelukku erat-erat. Aku tidak berani berteriak karena diancam kalau tidak mau melayani nafsunya aku akan diusir dari rumah itu dan tidak dibiayai sekolahku. Aku merasa takut sekali dengan ancamannya hingga dengan air mata yang kutahan aku pasrah akan apa yang dilakukan Pakdhe padaku.

Tangan Pakdhe dengan cekatan melucuti dasterku, bra-ku lalu celana dalamku hingga aku benar-benar bugil. Tanpa membuang waktu Pakdhe segera melepas kolornya dan telanjang bulat. Batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan masih mengkerut dan menggantung lunglai. Kemudian Pakdhe duduk di tepi bak mandi keramik dengan kaki yang terbuka. Ditariknya tubuh telanjangku ke dalam pelukannya dan dilumatnya bibirku dengan rakusnya.

Mulutku masih tertutup saat lidah Pakdhe mulai mencoba menerobos masuk ke dalam mulutku. Karena tidak tahan dengan sapuan-sapuan lidahnya yang mendesak-desak bibirku, akhirnya bibirku pun terbuka. Pakdhe segera menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku dan mendorong-dorong lidahku. Mula-mula aku diam saja, namun lama-kelamaan aku jadi terangsang juga. Apalagi batang kemaluan Pakdhe yang tadinya mengkerut perlahan-lahan mulai mengembang dan mengganjal perutku. Aku mulai bereaksi. Lidahku tanpa sadar membalas dorongan lidah Pakdhe.

Tubuhku mulai menggerinjal dalam pelukan Pakdhe saat tangan Pakdhe mulai menggerayangi buah pantatku. Tangan Pakdhe dengan gemas meremas dan memijat buah pantatku lalu ditariknya tubuhku hingga semakin ketat lengket dalam pelukannya.

Setelah puas memainkan lidahnya dalam mulutku, tangan Pakdhe menekan kepalaku hingga aku disuruhnya berlutut di depan selangkangannya. Batang kemaluannya yang sudah keras nampak mengacung tegak di depan wajahku. Ditariknya wajahku ke selangkangannya dan disuruhnya mulutku menciumi batang kemaluannya itu. Dengan agak risi aku terpaksa membuka mulutku dan mulai menciumi batang kemaluannya yang sudah mengeluarkan sedikit cairan.

Kepalaku didorong maju mundur oleh tangan Pakdhe yang mencengkeram rambutku hingga batang kemaluannya mulai bergeser keluar masuk dalam mulutku. Kerongkonganku tersodok-sodok ujung kepala kemaluan Pakdhe yang keluar masuk dalam mulutku. Kudengar napas Pakdhe mulai menggebu. Batang kemaluannya semakin mengeras dalam kuluman mulutku.

Mungkin karena tak tahan, Pakdhe segera menarik tubuhku agar berdiri lalu mendudukanku di sisi bak mandi. Mulutnya segera mencecar payudaraku kanan dan kiri silih berganti. Aku menggelinjang hebat manakala mulut Pakdhe dengan rakusnya mempermainkan kedua puting payudaraku. Tangan Pakdhe pun tak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke selangkanganku yang terbuka lebar dan mulai meremas gundukan bukit kemaluanku.

Aku sampai megap-megap mendapat rangsangan seperti itu. Aku semakin tersiksa oleh gejolak nafsu. Mulut Pakdhe lalu merayap menyusuri perutku dan mulai menjilati gundukan bukit kemaluanku. Dikuakkanya kedua bibir kemaluanku dengan jari-jarinya lalu disusupkannya lidahnya ke dalam lubang kemaluanku.

Tubuhku yang duduk di sisi bak mandi hampir saja terjatuh karena menggelinjang saat lidah Pakdhe mulai menggesek-gesek dinding lubang kemaluanku. Tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Pakdhe dan menekankan kepalanya agar lebih ketat menekan bukit kemaluanku.

Aku semakin blingsatan menahan rangsangan yang diberikan Pakdhe di selangkanganku. Tanpa sadar mulutku mendesis-desis dan dudukku bergeser tak karuan. Perutku mulai mengejang menahan desakan gejolak yang meledak-ledak. Tubuhku terasa mulai mengawang dan pandangan mataku nanar. Akhirnya dengan diiringi rintihan panjang aku mencapai orgasmeku.

Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba Pakdhe sudah berdiri di hadapanku. Batang kemaluannya yang keras dicocokkan ke bibir kemaluanku dan digesek-gesekkannya ujung kepala kemaluannya ke bibir kemaluanku yang sudah basah dan licin. Aku menggelinjang lagi saat benda hangat itu mulai menerobos masuk ke dalam bibir kemaluanku. Bibir Pakdhe Mitro dengan rakusnya mulai melumat bibirku sambil mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya semakin melesak ke dalam jepitan bibir kemaluanku.

Aku masih duduk di bibir bak mandi sementara Pakdhe Mitro menggenjot lubang kemaluanku sambil berdiri. Mungkin karena kesulitan bergerak, dicabutnya batang kemaluannya dari jepitan bibir kemaluanku. Tubuhku lalu diturunkan dari bibir bak mandi dan dibaliknya hingga aku berdiri dengan tangan bertumpu bak mandi. Lalu Pakdhe menempatkan diri di belakangku dan mulai mencoba memasukan batang kemaluannya ke dalam bibir kemaluanku dari celah bongkahan pantatku.

Punggungku didorong Pakdhe agar sedikit membungkuk hingga setengah menungging. Dipentangkanya kedua kakiku lebar-lebar lalu dicucukannya batang kemaluannya ke gundukan bukit kemaluanku. Setelah arahnya tepat, Pakdhe mulai mendorong pantatnya hingga kembali batang kemaluannya menerobos masuk dalam jepitan bibir kemaluanku.

Kembali aku mulai merasa ada suatu benda hangat menyeruak ke dalam lubang kemaluanku. Dinding-dinding lubang kemaluanka serasa dikilik-kilik. Batang kemaluan Pakdhe yang terjepit ketat dalam lubang kemaluanku berdenyut-denyut. Pakdhe yang napasnya mulai memburu semakin kuat mengayunkan pantatnya maju mundur hingga gesekan batang kemaluannya pada dinding lubang kemaluanku semakin cepat.

Pinggulku yang dipegang Pakdhe terasa agak sakit karena jari-jari Pakdhe mulai mencengkeram. Pinggulku ditarik dan didorong oleh tangan kuat Pakdhe seiring dengan ayunan pantatnya. Tubuhku mulai terhentak dan aku mulai limbung. Kembali aku merasa melayang karena desakan gejolak yang meledak-ledak. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya dan napasnya semakin menderu.

Pantatku yang ditarik dan didorong Pakdhe maju mundur semakin cepat bergerak. Cengkeraman jari-jari Pakdhe semakin terasa di pinggulku. Gerakan ayunan pantat Pakdhe semakin tak terkendali. Tak lama kemudian aku kembali mencapai orgasmeku. Pakdhe pun kukira mencapai puncak kenikmatannya karena aku merasa ada semburan cairan hangat yang menyemprot dari batang kemaluan Pakdhe ke dalam lubang kemaluanku dengan diiringi geraman yang keluar dari mulut Pakdhe.

Pakdhe tetap membiarkan batang kemaluannya terjepit dalam lubang kemaluanku selama beberapa saat. Napasnya yang mulai teratur terasa hangat menerpa kulit pipiku. Tulang kemaluannya menekan kuat di bukit buah pantatku. Aku merasa sedikit geli karena rambut kemaluan Pakdhe menempel ketat dan menggesek buah pantatku. Batang kemaluan Pakdhe yang masih keras terasa berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Setelah menyemprotkan sisa-sisa air maninya batang itu mulai mengendur dan terlepas dengan sendirinya.

Tubuhku sudah terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya memejamkan mata karena lemas dan malu karena untuk kedua kalinya aku berhasil digagahi Pakdheku sendiri. Aku membiarkan saja saat Pakdhe memandikanku seperti bayi. Tangannya yang kokoh menyabuni seluruh lekuk tubuhku. Tubuhku kembali menggerinjal saat tangannya yang kokoh mulai menyabuni payudaraku yang baru mulai tumbuh. Putingku yang mencuat dipermainkannya dengan gemas.

Tubuhku semakin menggelinjang saat tangannya mulai menyentuh perutku lalu meluncur turun dan mulai menyabuni gundukan bukit kemaluanku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Jari-jarinya menyisir celah sempit di tengah gundukan bukit kemaluanku dan berlama-lama menyabuni daerah itu.

Aku tak berani memandang Pakdhe saat ia mengangsurkan sabun ke tanganku dan menyuruhku menyabuninya. Dengan agak kaku tanganku mulai menyabuni punggung Pakdhe yang kekar. Tanganku bergerak hingga seluruh punggung Pakdhe kugosok merata dengan sabun. Lalu Pakdhe membalikkan tubuhnya menghadapku. Tangannya mengelus-elus kedua payudaraku sementara aku disuruhnya menyabuni tubuh bagian depannya.

Tanganku bergerak dari dada terus turun ke arah perut. Napas Pakdhe mulai memburu saat tanganku yang dilumuri busa sabun mulai menggosok bagian bawah perutnya. Batang kemaluannya yang tadi kendur sudah mulai mengembang. Tanganku yang agak ragu dipegang Pakdhe dan diarahkan untuk menyabuni daerah kemaluan Pakdhe. Rambut kemaluannya sangat lebat tumbuh di pangkal batang kemaluannya yang mulai berdiri setengah tegak dan mengeras. Lucu sekali kelihatannya seperti pistol namun “gombyok”. Ya!! Kelihatannya seperti pistol gombyok!! Seperti pistol tapi lebat ditumbuhi rambut atau gombyok!!

Pakdhe yang sudah mulai terangsang segera menyuruhku menyelesaikan acara saling memandikan. Hanya dengan berbalut handuk, tubuhku yang masih agak basah ditariknya dari kamar mandi dan diseret masuk ke kamar Pakdhe. Pakdhe pun hanya mengenakan kolornya yang tadi dipakainya hingga batang kemaluannya yang sudah setengah keras tampak membusung di balik kolor seragamnya.

Baru saja pintu ditutup, tubuhku sudah langsung disergapnya. Diloloskannya handuk yang melilit tubuhku hingga aku telanjang bulat. Pakdhe segera melepas kolornya dan bugil dihadapanku. Mulut Pakdhe segera menyergap bibirku dan melumatnya dengan rakus. Kedua payudaraku segera menjadi bulan-bulanan remasan tangannya hingga tubuhku menggelinjang dalam dekapannya.

Tanganku segera dibimbing Pakdhe dan dipegangkannya ke batang kemaluannya yang sudah semakin mengembang. Bibir Pakdhe yang rakus meulai bergeser turun dari bibirku ke dagu, lidahnya menjilat-jilat daguku terus turun ke leherku hingga aku semakin menggelinjang karena kumisnya yang pendek dan kasar menggaruk-garuk batang leherku.

Aku semakin mendesis karena kini bibir Pakdhe sudah mulai melumat kedua puting payudaraku kanan dan kiri secara bergantian. Tanganku secara tak sadar bergerak mengurut dan meremas “pistol gombyok” Pakdhe. Napas Pakdhe pun semakin menderu dan semakin keras menghembus di kedua payudaraku. Jilatannya semakin liar di seluruh bukit payudaraku tanpa terlewatkan sejengkalpun.

Batang kemaluan Pakdhe yang semakin keras mulai berdenyut-denyut dalam genggaman tanganku. Sementara tangan Pakdhe mulai bergerak liar menyusuri penggungku dan turun ke bawah lalu berhenti di kedua pantatku dan meremas-remas kedua buah pantatku dengan gemasnya. Aku sangat terangsang. Ya.. Mungkin daerah kelemahanku adalah pada buah pantatku dan pada kedua puting payudaraku. Tubuhku sudah mulai mengawang dan sudah pasrah bersandar dalam pelukan Pakdhe.

Mengetahui kalau tubuhku sudah tersandar sepenuhnya dalam pelukannya, Pakdhe segera mendorong tubuhku ke kasurnya hingga aku berbaring telentang. Ditindihnya tubuh telanjangku oleh tubuh kekar Pakdhe. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar dan aku kembali digumuli Pakdheku. Lidah Pakdhe kembali menyerbu bibirku lalu bergeser ke leherku.

“Pistol gombyok” Pakdhe yang sudah sangat keras mengganjal di perut bagian bawahku. Rambut kemaluannya yang gombyok sangat terasa menggesek-gesek perutku menimbulkan rasa geli.

Lidah Pakdhe menjilat-jilat seluruh batang leherku hingga aku mendesis-desis kegelian. Tubuhku semakin menggelinjang menahan geli saat lidahnya mulai bergeser turun dan menyapu-nyapu sekeliling bukit payudaraku di sekitar putingku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah Pakdhe yang panas mulai menyapu-nyapu puting payudaraku. Tubuhku serasa semakin melayang.

Lidah Pakdhe terus bergeser ke bawah. Pusarku dijilatnya dengan rakus lalu lidahnya mulai bergerak turun ke perut bagian bawahku. Otot-otot perutku terasa seperti ditarik-tarik saat bibir Pakdhe menyedot-nyedot daerah sekitar perut bagian bawahku di atas pangkal pahaku. Geli sekali rasanya, apalagi kumisnya yang pendek dan kasar menyeruduk-nyeruduk kulit perutku yang halus.

Pakdhe lalu membalik tubuhnya. Wajahnya menghadap selangkanganku sementara “pistol gombyok”nya dihadapkan ke wajahku. Diturunkannya pantatnya hingga batang kemaluannya menempel bibirku. Dibimbingnya “pistol gombyok”nya ke mulutku. Aku tahu aku harus membuka mulutku menyambut “pistol gombyok” Pakdhe yang dijejalkan ke dalam mulutku. Dengan terpaksa aku mulai mengulum “pistol gombyok” Pakdhe dan menjilati seluruh ujung topi bajanya yang mengkilat.

Tubuhku terhentak saat mulut Pakdhe mulai melumat bibir kemaluanku. Kedua tangannya menarik kedua bibir lubang kemaluanku dan membukanya lebar-lebar lalu lidahnya yang panas didorong keluar masuk kedalam lubang kemaluanku. Aku semakin mendesis-desis menahan nikmat. Napas Pakdhe yang semakin menggebu sangat terasa meniup-niup lubang kemaluanku yang terbuka lebar.

Tanpa sadar pantatku terangkat ke atas seolah menyambut dorongan lidah Pakdhe yang menggesek-gesek kelentitku. Gerakan lidahnya yang liar seolah membuatku semakin gila. Tanpa dapat kucegah lagi, mulutku merintih dan mendesis menahan gejolak kenikmatan yang meledak-ledak. Batang kemaluan Pakdhe yang menyumpal mulutku tak mampu menahan desisan yang keluar dari mulutku.

Mataku kembali nanar. Perutku terasa kejang.. Dorongan gejolak liar yang mendesak di perut bagian bawahku sudah hampir tak dapat kutahan lagi. Lalu dengan diiringi rintihan panjang tubuhku menggelepar dan berkelojotan seperti ayam disembelih. Tubuhku lalu melayang dan terhempas di tempat kosong. Akhirnya tubuhku terdiam beberapa saat. Aku telah mencapai orgasme yang ke sekian di pagi itu.

Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat Pakdhe yang telah mencabut batang kemaluannya dari kuluman mulutku bangkit dan duduk di sisi pembaringan mengangkat tubuhku dan mendudukanku di pangkuannya. Tubuhku dihadapkannya ke dirinya dan kakiku dipentangkannya hingga aku terduduk mengangkang dipangkuannya dengan saling berhadapan. Kemudian tangan Pakdhe mengarahkan batang kemaluannya ke celah bukit kemaluan di selangkanganku.

Bless!! Aku terhenyak saat pantatku diturunkan dan ada suatu benda keras dan hangat mengganjal di lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Seluruh dinding lubang kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Kelentitiku yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal batang kemaluan Pakdhe. Lain sekali rasanya bersetubuh dengan posisi begini. Aku merasa sangat terangsang! Kelentitku serasa tergesek penuh pada batang kemaluan Pakdhe.

Dengan dibantu kedua tangan Pakdhe yang menyangga kedua buah pantatku tubuhku bergerak naik turun di pangkuan Pakdhe. Payudaraku yang baru tumbuh bergetar bergoyang-goyang seiring dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Pakdhe. Batang kemaluan Pakdhe yang menancap ketat dalam jepitan lubang kemaluanku terasa menggesek nikmat seluruh dinding lubang kemaluanku yang terus berdenyut-denyut meremas apa saja yang menyumpalnya.

Tubuhku terasa menggigil bergetar saat mulut Pakdhe tak tinggal diam. Mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku bergantian. Mulutnya menyedot buah dadaku sepenuhnya. Gerakanku menjadi kian liar. Desakan gejolak birahi semakin mendesak. Aku mempercepat gerakanku naik turun dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang kemaluan Pakdhe masuk hingga ke pangkalnya ke dalam jepitan lubang kemaluanku.

Karena tak tahan lagi tanpa sadar kudorong tubuh Pakdhe hingga terbaring telentang di kasur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Tubuhku yang tadi di pangku Pakdhe menjadi duduk seperti seorang joki yang sedang naik kuda balap berpacu dalam birahi dengan menduduki Pakdhe yang berbaring telentang. Gerakanku kian bebas. Dengan tangan bertumpu pada dada Pakdhe yang bidang aku terus menggerakan pantatku memutar dan maju mundur. Kelentitiku kian ketat tergesek batang kemaluan Pakdhe.

Tanga Pakdhe yang memegang kedua pantatku semakin ketat mencengkeram dan membantu mempercepat gerakanku. Aku merasa tubuhku kembali mulai mengawang. Gerakanku kian tak terkendali. Mataku mulai membeliak dan mulutku menceracau tak karuan. Puncak pendakian kian dekat.. Kian dekat..

Dan akhirnya dengan merintih panjang tubuhku berkejat-kejat seperti sedang terkena aliran listrik. Lubang kemaluanku berdenyut-denyut saat ada sesuatu yang pecah di dalam sana.. Tubuhku berkejat-kejat beberapa saat lalu ambruk di atas perut Pakdhe. Aku benar-benar tak bertenaga. Ya akibat pistol gombyok Pakdhe aku mencapai orgasme yang kesekian kalinya. Luar biasa Pakdhe ku ini. Walaupun sudah tua namun mampu membuat aku yang masih ABG begini bertekuk lutut.

Pakdhe yang rupanya belum mencapai orgasme segera membalikkan tubuhku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluanku. Sekarang tubuhku yang telentang gantian digenjot Pakdhe. Aku yang sudah tak bertenaga hanya pasrah. Pakdhe dengan semangat juang terus menggenjot selangkanganku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Pistol gombyoknya tanpa ampun menghajar lubang kemaluanku.

Perlahan-lahan napsuku mulai bangkit lagi menerima tusukan-tusukan pistol gombyok Pakdhe. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada aku berusaha menyambut setiap tusukan pistol gombyok dengan menggoyangkan pantatku ke kanan dan kiri.

Napas Pakdhe semakin memburu dan terdengar menggemuruh menghembus ke payudaraku yang dilumat bibir rakus Pakdhe. Genjotan Pakdhe semakin kuat dan bertubi-tubi. Desakan gejolak yang mendesak dalam tubuhku semakin menguat. Aku sudah hampir tak kuat lagi menahan desakan itu. Tubuhku kembali mengejang. Pantatku terangkat dan dengan merintih panjang aku mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan.

Tubuhku terhempas di tempat kosong dan pandangan mataku makin nanar. Aku merasa betapa di saat-saat itu tubuh Pakdhe yang menindih perutku mulai bergetar. Mulutnya menggeram dahsyat dan pantatnya menekan kuat-kuat menghunjamkan pistol gombyoknya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe berkejat-kejat lalu aku merasa ada semprotan cairan hangat menyiram di dalam lubang kemaluanku. Ada rasa berdesir menyergapku saat semprotan itu menyembur ke liang rahimku. Tubuh Pakdhe tersentak-sentak lalu ambruk di atas perutku.

Sungguh melelahkan pergumulan di pagi itu. Akhirnya aku tertidur karena terlalu lelah. Pagi itu Pakdhe benar-benar melampiaskan seluruh hasratnya pada tubuhku. Dari pagi hingga malam aku tidak dibiarkannya mengenakan pakaian utuh. Aku disetubuhi berkali-kali hari itu hingga selangkanganku terasa ngilu karena digenjot Pakdhe.

Sejak kepergian Mbak Ningsih aku menjadi pelampiasan napsu Pakdhe. Minimal satu kali dalam satu minggu Pakdhe pasti minta jatah dariku. Selama tiga tahun aku menjadi budak napsu pistol gombyok Pakdhe hingga aku lulus SMU.

Tiga tahun aku harus menjalani kehidupan sebagai sasaran tembak “pistol gombyok” Pakdhe. Ternyata hal seperti itu dialami juga oleh Mbak Ningsih. Dia bercerita kalau dulu pertama kali diperawani Pakdhe dirinya tidak sadar. Untuk selanjutnya ia juga diancam tidak akan dibiayai sekolah dan diusir kalau tidak mau memenuhi keinginan Pakdhe.

Lalu setelah aku lulus, atas kebaikan Mbak Ningsih aku kuliah di salah satu PTS di kota Solo. Untuk menambah biaya karena tidak ingin terlalu memberatkan Mbak Ningsih aku terjun ke dunia pelacuran. Ya.. Akhirnya aku menjadi pelacur untuk membiayai kuliahku. Aku berjanji akan berhenti dari dunia ini setelah aku mempunyai cukup bekal.