APEM TEMBEM | Cerita Sex | Bokep Tetangga | Cerita Dewasa | Cerita Bokep | Cerita Sex Update | Cerita Seks 18+

Bokep Tetangga adalah Situs Cerita sex dengan informasi pornografi seperti cerita dewasa, cerita sex panas, tante girang, cerita sedarah, cerita panas, dan pertobrutan

Tag: Cerita Sex basah

Foto Celana Dalam

Namaku Ida. Usiaku di tahun 2015 ini adalah 34 tahun. Walaupun aku bukan termasuk cewek yang cantik, teman-temanku sering mengatakan kalau aku ini termasuk cewek yang menarik. Rambutku lurus berwarna hitam dengan panjang mencapai punggungku. Tubuhku yang sedikit berisi menyebabkan payudaraku menyesuaikan diri sehingga aku mengenakan bra nomor 36B untuk membungkus kedua payudaraku itu. Vaginaku dihiasi oleh bulu-bulu yang indah walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di kota Surabaya ini karena sampai saat ini aku masih belum menikah. Walaupun demikian, kehidupan seks yang aku jalani sangat indah karena aku selalu mendapatkan cara untuk memuaskan hasratku.

Pada suatu hari Minggu siang minggu ke tiga bulan September 2015, aku di telepon oleh keponakanku yang bernama Alex saat aku sedang membaca email yang masuk di akunku.. Usianya 16 tahun dan berwajah lumayan tampan.

“Halo, tante Ida .. ?”, katanya dari seberang telepon.

“Iya, siapa ini .. ?, tanyaku.

“Alex, tante ..”

“Oh.. kenapa, Lex ?”

“Tante, kalau boleh Alex mau minta bantuan tante.”

“Bantuan apa ?”

“Boleh tidak kalau tante jadi model untuk Alex foto ?”

“Buat apa kamu foto-foto tante ?”

“Cuma iseng aja kok ..”

Aku mengerti dengan keinginannya ini. Alex sedang menekuni hobi fotografi sehingga tentu saja dia mencari-cari apa saja yang bisa di foto olehnya.

“Boleh saja..”, kataku.

“Terima kasih tante. Saya akan datang sebentar lagi. Kira-kira 10 menit lagi sampai. Kita foto-foto di rumah tante saja.”

“Oke, kalau gitu. Tante tunggu, ya …”

Aku menutup telepon itu dan segera menuju ke kamar tidurku untuk mengambil pakaian agar aku dapat menutupi tubuhku yang saat ini hanya sedang memakai celana dalam berwarna putih saja. Jika aku sendirian di rumah, aku memang biasanya selalu dalam keadaan setengah telanjang atau telanjang bulat. Bila ada yang hendak datang, baru aku mencari pakaian untuk menutupi tubuhku itu. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak aku berumur 27 tahun yaitu sejak aku tinggal sendirian di rumah itu. Di dalam kamar tidurku, aku tidak langsung menuju lemari pakaian. Aku memutuskan untuk membubuhkan sedikit make up ke wajahku sebab Alex akan memakaiku sebagai model untuk fotonya dan aku ingin tampil sedikit menarik di depan kameranya. Setelah selesai memakai make up, dari dalam lemari pakaian aku mengambil sebuah rok terusan tanpa lengan berwarna putih dengan strip biru yang panjangnya sedikit di atas lututku. Tanpa memakai bra lagi, aku segera memakai rok itu dan merapikannya sebelum akhirnya aku mengikatkan ikat pinggang putih yang menjadi bagian dari rok itu.

Baru saja saat aku selesai mengenakan pakaianku, aku mendengar bel pintu berbunyi. Dengan melangkah sedikit cepat, aku keluar dari kamar tidurku dan segera menuju pintu depan untuk membuka pintu. Rupanya Alex sudah tiba di rumahku.

“Halo tante.. Tante kelihatan cantik“, katanya sambil tersenyum.

“Tentu saja. Kan mau jadi model.. ayo, masuk.. ”, kataku sambil tersenyum pula.

Alex segera melangkah masuk ke rumahku. Aku segera menutup pintu depan dan kemudian mengajaknya ke ruang tengah. Sesampainya kami di ruang itu, Alex berkata,

“Kita bisa mulai tante ?”

“Oh, bisa saja .. kamu mau di mana ?”, tanyaku.

“Bagaimana kalau di teman belakang rumah tante ?”

 

Kami kemudian menuju ke taman belakang rumahku. Taman belakang rumahku termasuk cukup luas dan memiliki tatanan yang cukup bagus serta dikelilingi oleh pagar tembok yang cukup tinggi sehingga tidak ada orang yang bisa melihat ke dalam tamanku ini. Sesampainya kami di taman ini, Alex mulai mengeluarkan kamera digitalnya dan memulai kegiatannya. Alex bertindak sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya. Setelah beberapa lama, akhirnya kami hampir selesai.

“Tante, ini foto yang terakhir. Aku minta tante berdiri membelakangiku. Saat aku memberikan aba-aba, tolong tante berputar menghadapku. Tolong jangan berputar terlalu cepat. Biasa saja.. “, katanya.

Aku melakukan apa yang seperti dia katakan dan dia menjepretku. Akhirnya kegiatan kami sudah selesai dan kami tinggal melihat hasilnya. Alex segera memindahkan foto-foto tersebut dari memory card ke dalam laptop yang dibawanya. Setelah selesai, aku dan Alex bersama-sama memeriksa hasil fotonya. Foto yang terakhir membuatku agak terkejut, sebab di dalam foto itu terlihat bahwa ternyata saat aku berputar, rokku tersibak dan celana dalamku yang berwarna putih terlihat dengan jelas. Selain itu, tanpa aku sadari ternyata bagian dada dari bajuku menjadi longgar karena beberapa kali bergaya sehingga sebagian payudaraku terlihat tidak tertutup, bahkan puting payudaraku telihat samar-samar dari baliknya. Saat aku melihat keponakanku, wajahnya terlihat datar saja. Rupanya dia sudah tahu kalau hasilnya bakal begini.

“Foto ini paling bagus”, katanya.

“Tapi celana dalam tante kelihatan ..”, kataku.

“Justru di sini bagusnya. Tante kelihatan seksi sekali..”

Aku tersenyum saja. Walaupun sedikit merasa malu, aku menyukai fotoku yang terakhir itu juga.

“Lex, tante minta copy dari file gambar yang terakhir ini..”, kataku

“Oke..”, katanya.

Setelah kegiatan kami berakhir, Alex tidak langsung pulang. Kami kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang, Alex terus menatap bagian dadaku yang sejak tadi menampakan sebagian payudaraku seperti di dalam foto karena aku lupa untuk membetulkannya. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata,

“Lex, kenapa melihat dada tante terus ?”

Alex sedikit terkejut. Dia menoleh ke tempat lain sambil menjawab,

“Ngak ada apa-apa, kok tante..”

Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku seperti itu.

“Lex, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok”, kataku.

Tanpa menunggu tanggapan dari Alex, aku melebarkan bagian dada bajuku sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas. Alex yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya seperti itu tersenyum dan membiarkan Alex untuk menjelajahi dadaku dengan pandangannya.

Akhirnya Alex menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku,

“Tante, bolehkah Alex memegangnya ?”

Aku mengangguk sambil tersenyum.Tanpa membuang waktu lagi, Alex segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi Alex mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku. Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian Alex. Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka bajunya sehingga dalam sekejab Alex berada dalam keadaan telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam keadaan terangsang. Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula.

Setelah beberapa saat lamanya, Alex melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata,

“Tante, kalau boleh aku juga ingin melihat memek tante”

Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rokku dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya.

“Kamu buka sendiri celana dalam tante”, kataku.

Alex segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan rambut vaginaku sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan kewanitaaanku. Alex membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian lututku dan mulai meraba vaginaku.

“Tante, ini indah sekali”, katanya sambil membelai rambut vaginaku dengan lembut.

Aku diam saja dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku. Dengan jarinya, Alex menyodok-nyodok liang vaginaku sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah Alex menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan hal itu berkali-kali . Kelihatannya dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat. Di saat aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku, Alex mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan terasa semakin dashyat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara Alex terus saja menciumi dan menjilati vaginaku.

Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan.

“Lex, buka pakaian tante sampai tante telanjang bulat ..”, kataku sambil mendesah-desah.

Alex tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka ikat pinggang rokku dan tidak lama kemudian aku sudah berada dalam keadaan telanjang. Tidak lupa Alex meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku sehingga tidak ada selembar benangpun yang tersisa di tubuhku. Alex terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam keadaan polos tanpa pakaian.

“Tante cantik sekali. Tubuh tante bagus dan sexy”, katanya.

Aku tersenyum dan berkata,

“Kalau kamu suka, kamu boleh menyetubuhi tante. Tante mau berhubungan intim dengan kamu, kok..”

Dengan tersenyum, Alex kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan penisnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, seluruh penisnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan. Setelah itu, Alex mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut memberikan andil dalam membantu penis Alex agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku.
Setelah beberapa saat, Alex menarik penisnya dan memberikan isyarat agar aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya masuk kembali ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya Alex melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim. Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mendengar erangan kenikmatan dari bibir Alex yang disertai dengan semburan spermanya di dalam rahimku yang menandakan bahwa akhirnya Alex telah mencapai kenikmatan puncak pula. Sperma Alex terasa hangat di dalam rahimku. Setelah menyemburkan spermanya, Alex mencabut penisnya. Aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat penisnya tercabut. Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma Alex, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilat sperma yang melekatinya. Rasa sperma yang khas selalu membuat aku senang. Setelah itu, Aku membalikkan badanku yang dalam keadaan telanjang menghadapnya terlentang. Sisa sperma Alex yang sudah tinggal sedikit masih terlihat menempel di vaginaku bagian luar. Alex kemudian merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku. Aku segera membalas pelukannya. Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami.

Akhirnya setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali. Kami segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan berbincang.

“Tante, tadi enak sekali. Tante memang nikmat”, katanya.

Aku tersenyum saja dan lalu berkata,

“Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 16 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks ?”

“Ah, tante. Alex ini sudah sering melakukannya sama mama di rumah..”

Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, kakakku juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku sedikit lega sebab setidaknya kakakku tidak akan mempermasalahkan hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya.

“Terus, mana yang lebih enak ? Mamamu atau tante ini ?”

Alex tersenyum sambil berkata,

“Kalian berdua sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, Alex masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya tante lebih cantik dari mama, sih..”

“Apa kamu sering melakukan dengan mamamu ?”

“Kalau papa ngak ada di rumah aja”

Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian Alex berkata,

“Tante, Alex mau pamit.”

“Sudah mau pulang ?”

“Iya, tante.”

“Ya, sudah kalau gitu. Hati-hati di jalan, ya..”

“Ok.. Oh ya, lain kali Alex masih boleh memotret tante ?”

Aku mengangguk sambil tersenyum.

“Tentu saja, kalau mau pose yang agak nakal tante bersedia kok”, kataku.

“Bayarannya pakai ‘itu’ ya ..”

Kali ini aku tertawa.

“Apa saja, deh..”

Alex melangkah pergi sambil melambaikan tangannya. Aku membalas lambaiannya dan memandang dia mengendarai mobilnya sampai menghilang dari pandanganku sebelum akhirnya aku menutup pintu rumahku dan menguncinya. Hari ini merupakan hari yang sungguh menggembirakan bagiku karena aku memperoleh satu cara lagi untuk memuaskan hasratku.

Bandung One Night Stand

Malam itu aku berangkat ke Bandung dgn kereta eksekutif. Rasanya malas harus pergi malammalam, tp karena tugas kantor besok harus bertemu klien di sana, maka akupun berangkat juga. Suasana gerbong malam itu tdk terlalu ramai, memang bukan waktu liburan, jadi tak banyak penumpang. Kusetel tempat dudukku agar aku bisa tiduran. Tetapi baru saja aku mau memejamkan mata, pramugrari mengantarkan makanan kecil dan minuman hangat.

Mau teh atau kopi, Mas? tanya pramugari itu.
Aku mengusap wajahku sebelum menjawabnya,
Teh saja. Sesaat kudongakkan wajahku, seperti kukenali wajah pramugari yg menawarkan kopi itu.
Maaf, Neng. Apa kita pernah bertemu ya? tanyaku sebelum ia beranjak ke kursi berikutnya.
Ia menatapku lekatlekat lalu tersenyum riang.
Ya ampun, Randi. Apa kabar?
Lina, kan?

Iya. Sebentar ya, aku selesaikan dulu tugasku. Tanpa menunggu jawabanku, Lina bergegas menyelesaikan tugasnya.
Beberapa menit kemudian ia lewat sambil meletakkan secarik kertas di meja makanku.
Ke gerbong mesin saja, tugasku sdh selesai. Letaknya dua gerbong di depan gerbong ini. Pesan Lina dlm kertas itu.
Aku menggeliat sebentar sebelum bangkit dan beranjak dari tempat dudukku. Tak ada yg memperhatikanku. Di samping hanya lampu tidur yg dinyalakan, ternyata beberapa penumpang yg ada di gerbongku sdh terlelap semua. Aku bergegas menuju ke gerbong mesin dgn berhatihati agar tdk menimbulkan curiga orang lain.

Lina sdh berada di sana, duduk di atas kotak kayu. Gadis itu langsung menghambur dlm pelukanku begitu aku menghampirinya. Aku pun membalasnya dgn pelukan yg erat. Kurasakan toketnya yg besar mengganjal di dadaku. Sesaat darah lakilakiku berdesir.
Sdh lama sekali sejak kita lulus SMA ya. Senang rasanya aku bisa bertemu kamu lagi, kata Lina di telingaku.
Aku juga. Kangen deh rasanya sama kamu?

Ah, gombal. Kamu memang nggak berubah dari dulu, masih pandai merayu.
Suara bising mesin membuat kami harus berbicara dekatdekat telinga. Kesempatan itu kugunakan untuk menggodanya. Aku purapura akan membisikinya, tp bukan itu yg kulakukan, aku malah mengecup pipi gadis itu.
Ahhh, Randi nakal, gerutunya dgn suara manja.

Bukannya berhenti, aku malah memindahkan bibirku mengecup bibirnya. Kali ini Lina tak bisa berbicara lagi, karena aku telah mengulum bibirnya beberapa saat lamanya. Ia sampai gelagapan dibuatnya. Kulepaskan ciumanku sesaat saja, selanjutnya kembali kupagut bibirnya yg tipis merah merekah itu. Lina membalasku. Gadis itu memelukku eraterat, terasa sepasang toketnya mulai mengencang. Aku tahu, dia sedang bergairah.

Kupindahkan mulutku menjelajahi lehernya yg jenjang. Hanya beberapa saat saja di situ. Aku turun lagi sambil membuka kancing kemeja dinasnya. Kujilati pangkal toketnya yg masih tertutup BH berwarna putih. Kutarik Bhnya ke bawah sehingga toketnya terlihat semakin mengencang. Kujilati putingnya yg mengacung. Lina menggelinjang berkalikali. Kuremasremas sepasang daging kenyal itu dgn lembut. Lina mendesahdesah perlahan.
Ohhhaahhhh.terusin, sayangohhhh.enak sekali.

Bergantiganti mulutku mengulumi puting kedua toketnya. Sesekali kuhisap dan kugigitgigit lalu kuusapusap dgn lidahku. Lina merintih lirih. Aku tahu birahi gadis itu semakin meninggi, terlihat dari toketnya yg semakin mengeras dan putingnya yg semakin mengacung.
Kuhentikan permainanku di sana. Sepasang toket Lina tampak memar dan memerah karena permainanku tadi. Kubopong tubuh dan kududukkan di atas kotak kayu yg tadi ia duduki. Kutarik sebelah kakinya agar berada di atas kotak sedangkan yg satu lagi tetap menjuntai ke bawah. Kusingkapkan rok spannya ke arah perut. Kini selangkangan gadis itu terbuka lebar. Pangkal pahanya masih tertutup celana dlm berwarna merah muda. Aku jongkok di hadapan selangkangannya. Kuremasremas kemaluannya yg masih tertutup celana dlm dgn ujungujung jemariku.
Oh, ah.. Lina kembali menggelinjang.

Aku semakin tak tahan. Kuperosotkan celana dlm gadis itu, lalu kumasukkan celana dlmnya ke saku celanaku. Kini bisa kunikmati pemandangan yg indah terpampang di hadapanku. Tanganku pun segera beraksi pada pangkal paha gadis itu. Kemaluan Lina tampak bersih dan mulus tanpa sehelai rambut pun yg menghiasi sekitar bibir kemaluannya. Rupanya ia begitu memperhatikan bagian yg sangat pribadi itu. Kusibakkan bibir kemaluannya dgn jemari tangan kiriku. Lalu telunjuk tangan kananku mulai menggelitik klitorisnya.
Ohhh.Ohhh.Ahhhh Lina mendesah lirih. Tubuh gadis itu meliukliuk seperti cacing kepanasan.
Ia memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Rupanya Lina sdh tak sanggup lagi menahan gejolak birahinya. Aku semakin bersemangat untuk mempermainkan kemaluannya.

Kugelitik bibir dlm kemaluannya yg lembut dan terasa basah. Kemudian dgn lembut telunjukku menerobos masuk lubang kemaluannya yg basah dan licin oleh lendir birahi gadis itu.
Ahhhh.Uhhhh.Ssshhhh Kembali Lina mendesahdesah kenikmatan ketika telunjukku menekannekan Gspot yg ada di dlm kemaluannya.

Kurasakan otototot seputar lubang kemaluannya berkontraksi menjepit jemariku.
Aku ingin membuat Lina semakin melayg. Maka mulutku pun tdk tinggal diam. Kukecup bibir kemaluannya dgn lembut diiringi lidahku yg kemudian menarinari sekitar klitorisnya. Kurasakan jari telunjukku yg masih di dlm lubangnya semakin basah oleh lendirnya yg semakin deras mengalir. Lidahku terus bermainmain di sekitar klitoris dan bibir kecilnya. Sesekali kutekan klitorisnya dgn lidahku dan kurasakan bagian itu semakin menonjol dan mengeras. Yg kubaca di buku, bila wanita sdh begitu, berarti birahinya sdh memuncak.
Ohhhh.Randiiii Aku sdh nggak tahan lagi bisik Lina dgn suara serak.

Aku belum mau berhenti. Bisikan Lina justru membuatku semakin bersemangat untuk merangsang birahinya. Kini kutarik jari telunjukku dari dlm lubang kemaluannya. Kuhunjamkan mulutku pada kemaluannya. Kuhisap, kugelitik dan kujilati semua yg ada di sana. Lina semakin histeris.

Ouww!! pekik Lina tertahan. Gadis itu meremasremas rambut kepalaku sambil kedua pahanya menjepit kepalaku. Mulutku semakin terbenam dlm kemaluannya dan membuatku sulit bernafas. Aku pun semakin menggila. Kuhisap klitorisnya dgn keras.
Ouwww!! Lina menjerit lagi.

Ohhh..Randii, ayolahaku sdh nggak kuat lagi..
Lina melepaskan jepitan pahanya. Aku tahu isyarat itu. Kuangkat kepalaku dari pangkal pahanya. Kusapu mulutku yg basah dgn punggung tanganku. Kupandangi sebentar wajah Lina yg pucat karena menahan birahinya yg semakin memuncak. Aku jadi kasihan melihatnya. Kubuka ikat pinggangku dan kuperosotkan celanaku sebatas lutut berikut celana dlmku. Batang k0ntolku sdh tegang dan mengacung pertanda siap untuk bertempur.

Lina segera menggenggam kemaluanku, membelaibelainya sebentar, kemudian menariknya dan mengarahkannya pada lubang kemaluannya sendiri. Aku merapatkan ujung kemaluanku pada permukaan lubang kemaluan gadis itu. Setelah tepat, kutekan perlahan sehingga batang batang k0ntolku menerobos lubang meqinya perlahanlahan. Kutekan lebih dlm lagi sampai seluruh kemaluanku amblas dlm lubang kemaluannya.

Ohhhhhhh.. Lina mendesah panjang ketika batang kemaluanku menerobos masuk lubang meqinya.
Lina merebahkan tubuhnya 45 derajat bertumpu pada kedua sikunya. Kutarik kedua kaki gadis itu ke atas pundakku sebelum aku mulai menggerakkan kemaluanku. Dgn posisi itu kemaluanku terasa semakin dlm menembus meqinya. Itu juga membuatku merasa nikmat. Dgn teratur aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Kemaluanku pun keluar masuk lubang meqinya dgn teratur dan berirama.
Ohhhyaaahhh.ayo sayang bergerak makin cepat, aku sdh nggak tahan lagi, bisik Lina diiringi desahan dan desisan nikmat.

Aku pun semakin bersemangat mengocok. Saking bersemangatnya suara kemaluan kami yg beradu sampai mengeluarkan suara berdecakdecak. Tetapi semua teredam oleh bunyi berisik suara mesin kereta. Aku terus memacu menuju ke puncak dan agaknya Lina akan sampai lebih dulu. Kurasakan tubuh Lina semakin menegang. Otototot di seputar lubang kemaluannya juga semakin terasa kencang menjepit kemaluanku. Lendir yg ia keluarkan juga semakin deras.

Ayo Randi.aku sdh mau keluar nihh kata Lina dgn nafas tak beraturan.
Aku justru menghentikan gerakanku. Kutarik tubuh Lina agar berubah posisi. Kusuruh ia menungging dgn paha terbuka. Kuarahkan batang k0ntolku pada lubang kemaluannya yg terbuka lebar. Sesaat saja langsung amblas ditelan lubang meqinya. Sesaat kemudian aku sdh kembali bergerak maju mundur. Kali ini gerakanku semakin tak beraturan.
Yahhhh.ayoooterus sayangaku mau keluar nihh kata Lina lagi.
Sabar, sayang. Aku juga mau keluar. Kita keluarin samasama, sahutku.

Kucengkeram pinggang gadis itu dan kugerakkan kemaluanku semakin cepat. Kurasakan dindingdinding meqi Lina semakin mengeras dan menjepit kemaluanku. Kurasakan tubuhku juga semakin menegang. Ada sesuatu yg seolah bergerak dari sekujur tubuhku menuju satu titik pada kemaluanku.
Aku menekan dgn hentakan keras. Kupeluk tubuh Lina dari belakang dgn erat, sehingga kemaluan kami berpaut erat sekali. Tubuhku mengejan dan muncratlah berkalikali air maniku menyembur dlm meqi gadis itu. Kurasakan Lina pun mengejan dan membanjirlah lendirnya menyambut air spermaku.

Sesaat kemudian tubuhku terasa lemas. Kupeluk tubuh Lina dari belakang tanpa melepaskan kemaluanku dari dlm lubang kemaluannya. Kurasakan juga tubuh Lina yg tadi tegang, sekarang sdh kembali normal.
Ouw! pekik Lina manakala batang kemaluanku kucabut dari dlm lubang kemaluannya.
Aku duduk di atas kotak itu dan kutarik tubuh Lina ke atas pangkuanku. Kutatap wajahnya yg memerah dgn titiktitik keringat menghiasi dahinya. Kukecup dgn mesra bibirnya yg basah.

Thanks ya, Randi, bisik gadis itu. Aku hanya tersenyum membalasnya.
Kupeluk tubuh gadis itu dgn erat lalu kukecup puting susunya. Ia menggelinjang.
Ahh, kamu memang nakal. Mau lagi? tawarnya. Aku hanya mengangguk.
Sdh satu jam. Nanti aku dicari temantemanku, sahut Lina sambil merapikan pakaiannya.
Aku seolah menunjukkan wajah kecewa.
Jangan marah dong. Nanti kan kita bisa ketemu lagi. Hari ini aku off, besok pagi aku baru kembali ke Jakarta. Kamu nginap dimana? tanya Lina sambil mengecup pipiku.

Aku pun memberikan alamat Hotel tempat aku akan menginap yg rupanya tak jauh dari mess pegawai kereta api tempat ia menginap. Setelah terlihat rapi, Lina pun meninggalkanku. Aku baru sadar setelah ia tak kelihatan lagi, kalau celana dlmnya masih kukantongi. Aku pun segera merapikan pakaianku lalu kembali ke tempat dudukku. Biarlah celana dlm itu kusimpan sebagai kenangan kalau nanti malam ia tak jadi datang.

Aku gembira sekali karena tender yg kuurus berhasil. Setelah makan malam dgn klienku, aku kembali ke kamar hotelku. Sebenarnya aku ingin menikmati kota Bandung di malam hari, tp kuurungkan niatku karena masih ada dua hari lagi aku di sana. Setelah menggosok gigi, aku mengenakan kaos oblong dan celana pendek lalu merebahkan diri di atas sofa sambil menonton acara di televisi. Ketika sedang menggantiganti channel TV, ponselku berdering. Rupanya Lina yg menelpon. Ia sdh berada di lobi hotel.
Naik saja langsung ke kamar 225, kataku.
Oke, sahut Lina.

Tak lama kemudian Lina masuk dan mengunci pintu kamarku. Gadis itu mengenakan kaos putih dan celana jeans warna hitam, tampak serasi dgn tubuhnya yg atletis. Ia membawa soft drink dan makanan ringan kesukaanku, kacang mede.
Kirain nggak jadi datang, kataku.
Harus dong, kan celana dlmku masih ada sama kamu. Masak aku pulang ke Jakarta nggak pakai celana dlm, seloroh gadis itu.
Memangnya cuma bawa satu?
Heeh, jawabnya singkat sambil tersenyum menggoda. Aku tahu ia hanya bergurau.

Cerita Sex Ibu Sekdes Yasng Caintik

Pada waktu KKN di suatu daerah terpencil di Jawa Tengah (Di suatu desa kecil yang belum terjangkau angkutan dari arah kota, bahkan untuk mencapai jalan raya yang dilalui mobil angkutan, harus berjalan kaki selama 2 jam), kukira warganya masih terbelakang dan kurang pergaulan. Maklum di salah satu dusun, yang dihuni sekitar 100 keluarga, hanya satu yang mempunyai TV dengan menggunakan aki. Tetapi kenyataannya lain. Inilah pengalamanku hidup ditengahtengah penduduk tersebut, tentu saja pengalamanku di bidang seks.

Aku kebetulan menginap di rumah Sekdes, yang ternyata seorang ibu muda berumur aku taksir kurang dari 40 tahun. Langsing, kulitnya mulus dan rupawan. Memang lain dibandingkan dengan penduduk kebanyakan di sekitarnya. Dan yang menjadikan aku sangat bernafsu adalah karena statusnya yang janda beranak satu.

Disuatu sore, menjelang malam, ketika baru datang dari kampus untuk konsultasi skripsi, kudapati rumah Mbak Yati (begitulah panggilan Sekretaris Desa yang rumahnya kutempati itu) tampaknya sepi. Badanku basah kuyup, karena kehujanan sepanjang perjalanan kaki dari jalan raya. Aku dorong pintunya dan ternyata tidak terkunci. Aku segera menuju ke kamarku, kulepas semua pakaianku dan kukeringkan dengan handuk. Tibatiba ada suatu langkah mendekati kamarku, kuintip dari balik korden, Mbak Yati mendekat ke kamarku. Ini kesempatan, pikirku.

Aku terus mengeringkan kepalaku dengan handuk sehingga mataku tertutup dan purapura tidak tahu kalau Mbak Yati mendatangi kamarku. Tanpa kusengaja kemaluanku jadi bertambah besar. Tergantung kesanakemari ketika tubuhku tergoncang karena gosokan yang keras di kepalaku.

Benar saja Mbak Yati menyingkapkan korden, namun aku purapura tidak melihatnya, walaupun dari poripori handuk aku melihat Mbak Yati dengan raut wajahnya agak terkejut, tetapi dia diam saja. Bahkan sepertinya dengan seksama memperhatikan alat vitalku yang makin lama makin besar oleh tatapan Mbak Yati. Aku purapura terkejut ketika kulepas handukku dari kepalaku. Oh, Mbak Yati, kirain siapa, Aku sengaja membiarkan kemaluanku tidak kututupi, ada perasaan bangga mempertontonkan kemaluanku disaat sedang gagahgagahnya.

Dik Windu, datang kok nggak bilangbilang, bicaranya cukup tenang, seakanakan tidak melihatku aneh.
Iya Mbak, baru datang terus kehujanan.
Aduh, nanti masuk angin, aku ambilkan minyak angin ya.
Nggak usah Mbak, takut panas.
Lha iya biar anget gitu lho.
Maksud saya, taku panas kalau kena ini, lho Mbak.
Ah Dik Windu bisa aja, mikiran apa sih kok ngacungngacung kayak gitu, kali ini Mbak Yati mau melihat terpedoku, aku bahagia sekali.
Ih, gede banget sih Dik.
Pernah aku ukur 17 cm kok Mbak, Aku berjalan mendekatinya.
Dik Windu bisa aja, pake diukurukur segala, kupegang pundaknya, dan dia diam saja.
Kok sepi Mbak, kemana anakanak lain.
Anu.. khan, lagi bertemu Bapak Bupati, tampaknya ia agak gugup dan seperti mau melangkah ke belakang. Tetapi kutahan dia, bahkan ketika kucium pipinya ia diam saja. Kulanjutkan dengan bibirnya, ia juga diam saja. Bahkan memberikan sambutan yang hangat.

Kini Mbak Yati yang aktif menciumi tubuhku dengan gemasnya, aku diam saja, dan kulucuti pakaiannya. Ketika kubuka BHnya, aku tertegun, payudaranya masih kencang dan mulus, ukurannya sedang. Perutnya ramping, cembung di bawah, sedikit di atas jembutnya. Mbak Yati terus menyerangku dengan kecupankecupan yang membuatku kelabakan dan jatuh ke tempat tidur karena terdorong oleh kuatnya desakan Mbak Yati yang sudah telanjang bulat itu. Aku hanya bisa memegang payudaranya sambil memijat, mengelus dan memelintir putingnya.

Mbak Yati terus mengecup setiap inci dari tubuhku, dadaku, lenganku, perutku dan pahaku. Kejantananku yang sudah sangat keras dipegangnya terus seakan sudah menjadi hak miliknya saja. Dikecupnya ujung kemaluanku, aku mengelinjang kegelian. Namun Mbak Yati tidak meneruskan. Sambil tersenyum manis ia berkata, setengah berbisik, Nanti saja.. Sambil memeluk dan menciumku dengan hangat dan membalikkan posisinya sehingga aku berada di atasnya. Kini posisiku lebih leluasa, aku bisa pandangi kemolekan tubuh Mbak Yati, setiap senti dari permukaan tubuh itu kuciumi dengan penuh nafsu. Nafas Mbak Yati makin memburu, lama kutempelkan pipiku pada perutnya. Perasaan senang luar biasa menyelimutiku. Sambil tanganku terus meremasremas payudaranya. Kuturunkan kepalaku ke bawah, kuciumi paha sebelah dalam Mbak Yati, hingga sampailah ke jaringan lunak yang berada di tengah selangkangannya. Kujilati benda itu, hingga Mbak Yati menjerit kecil sambil mengangkat pantatnya tinggitinggi, seakanakan menginginkan aku menjilatinya. Liang kewanitaan Mbak Yati sudah sangat basah, aku terus menjilati daging kecil yang ada di bagian atas kemaluannya, yang menurutnya bernama itil ya mungkin bahasa kerennya ya klitoris itu.

Setelah jenuh aku menjilati liang kewanitaannya, aku bersiapsiap mengarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, Dengan cekatan ia bimbing batang kejantananku hingga di depan gerbang kewanitaannya. Dengan sekali sentak masuklah kepala burungku. Tampak masih lumayan seret, sehingga tidak semuanya langsung bisa menghujam ke dalam liang kewanitaannya. Setelah beberapa kali maju mundur barulah semuanya tenggelam hingga kurasakan ujung kemaluanku menyentuh dinding kewanitaannya yang paling dalam. Mbak Yati melenguh, menjerit dan makin memelukku dengan kuat. Terus Dik.. terus Dik.. Tahan Dik, aku.. mau.. keluar, Ohh.. Dia memelukku dengan kuat sambil meluruskan kakinya, hingga batang kejantananku terasa terjepit. Dengan nikmatnya. Hingga akupun tidak tahan lagi membendung air maniku bertahan. Aku segera mencabut kejantananku dan kukocokkocok hingga muncratlah air maniku di atas perutnya.

Beberapa detik kemudian heninglah suasana di kamar itu. Tampaknya hari sudah mulai malam, hujan terus turun dengan derasnya. Namun nafas Mbak Yati yang memburu dan tubuhnya terbaring dengan lunglai. Aku terlentang di sampingnya. Dia segera tertidur dengan kepala di atas perutku, menghadap ke kemaluanku. Akupun tampaknya terlena juga. Pada waktu Mbak Yati membangunkanku, untuk makan malam. Aku memakai piyamaku dan menuju ke ruang makan, Mbak Yati mengenakan daster yang tipis. Ketika kurogoh dari bawah dasternya, ternyata ia tidak memakai celana dalam. Mbak Yati mengelak dengan genit meskipun sempat tersentuh juga.

Dalam percakapan selama makan malam, baru kutahu bahwa dia mempunyai anak perempuan yang sedang sekolah di Sekolah Pekerja Sosial di Semarang. Setiap minggu ia pulang ke rumah. Nani, anak Mbak Yati, memang manis dan supel. Pada suatu hari minggu ia memang datang dan aku sempat ngobrol dengan Nani. Waktu itu ibunya sedang ada tugas mendampingi Pak Kades menerima kunjungan anggota DPRD. Saking akrabnya aku ngobrol dengan Nani, hingga tidak canggungcanggung lagi ia masuk keluar kamarku maupun sebaliknya. Bahkan ketika Nani memintaku untuk membuat salah satu tugas teks pidato, aku tanpa sungkansungkan masuk ke kamarnya. Secara tidak sengaja aku menemukan amplop kecil di atas meja belajarnya. Ketika kubuka ternyata gambarnya adalah gambar porno kategori XX. Nani cuek saja ketika kuamati gambargambar tersebut. Tidak terasa bagian bawahku mulai berontak.
Tibatiba Nani membungkukkan badan di depanku, sambil ikut melihat gambargambar porno tersebut. Nani, nggak pakai BH lho.. Aku kaget bukan kepalang, mendengar suara manja itu, dan kulihat wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku. Dan yang lebih dahsyat lagi adalah, dengan posisi menduduk itu maka payudaranya yang bebas tidak terbungkus BH itu tergantung indah.
Aku segera meraihnya, sambil kucium bibirnya. Sebagai tindakan naluri dan refleks priaku saja. Nani membalasnya dengan tidak mau kalah lahapnya. Kubuka Tshirtnya, dan kuciumi putingnya yang kecil tetapi panjang, seperti puting ibunya. Dan kulepas semua pakaiannya, terakhir adalah celana dalamnya. Kuraih kemaluannya, jembutnya masih jarang, sehingga belahan liang kewanitaannya yang berwarna merah jambu dapat terlihat dengan jelas. Ia susupkan tangannya ke dalam celana pendekku. Begitu menemukan batang pelerku yang sudah sangat tegang ia lemas dan menarikku ke tempat tidurnya.

Aku melepaskan pakaianku, hingga telanjang bulat. Aku baringkan di tempat tidurku, dengan posisi telentang, memberikan kesempatan bagi Nani untuk menikmati bagian tubuhku yang sangat kubanggakan itu. Benar saja, ia dengan sigap meraih kemaluanku dan mengulumnya, meskipun masih sangat tidak profesional, tetapi kuhargai juga keberaniannya. Barangkali ia hanya ingin mempraktekkan apa yang pernah ia lihat pada foto porno. Jangan kena kena gigi, seruku ketika giginya menggesek ujung kemaluanku, yang membuatku nyengir. Eh sorry, Mas.. Lalu ia jilati seluruh permukaan batang kejantananku, hingga kedua pelerku tidak luput dari serangan ini. Aku hanya meringis menikmatinya.

Setelah tidak ada lagi variasi darinya memperlakukan kemaluanku, kubimbing dia untuk terlentang. Ia menurut ketika kubuka pelanpelan pahanya, kini dengan jelas liang kewanitaan yang manis bentuknya itu. Ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya sudah banyak mengalir ke sprei batiknya. Posisiku sudah siap untuk menyetubuhinya. Batang kemaluanku sudah tepat di depan mulut liang kewanitaannya.

Nan, masih perawan nggak, aku masukin ya? pintaku.
Nani tidak menjawab namun dengan kuat ia menarik bokongku, hingga amblaslah batang kejantananku memasuki wilayah terlarangnya. Memang baru separuh, sempit sekali, aku hampir tidak tega ketika Nani meringis sambil memejamkan matanya.
Kenapa Nan, Mas cabut ya..
Jangan, bisik Nani sambil menjepit punggungku dengan kedua kakinya.

Kugerakkan maju mundur pelanpelan, karena sempitnya liang kewanitaannya. Membuat Nani mengelenggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan hingga sebuah jeritan panjang. Namun segera kuciumi mulutnya agar jeritan itu tidak terdengar tetangga.

Orgasme Nani lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya kupegangi kuatkuat agar mulutnya tidak lepas dari ciumanku. Sehingga suara jeritan itu tertelan sendiri. Badannya kejang, pelukannya kencang sekali.
Akhirnya tumpahlah kenikmatan Nani. Aku sangat gembira bisa memuaskannya. Biarpun maniku belum keluar, aku puas sekali. Nani tertidur, aku segera berpakaian, dan dengan berjingkat ke arah kamarku dekat kamar Mbak Yati. Di depan kamar Mbak Yati kudengar suara, saat kusingkap dan aku terkejut ternyatan ada Mbak Yati. Aku ketakutan dan hampir tidak bisa bicara. Dengan suara seadanya aku mendesis, Oh, Mbak kok sudah pulang. Tidak kusangka Mbak Yati tersenyum manis, mendekatiku dan mencium bibirku. Jangan buat anakku hamil, ya.

Jadi, Mbak tahu kalau akau habis begituan sama Nani?
He eh, anak sekarang memang lain dengan jaman saya dulu, baru kenal sudah tidur bareng.
Aku hampir tidak percaya ini, kemaluanku masih belum lemas, karena memang belum keluar. Mbak Yati tahu itu. Ia lepaskan celanaku dan segera dihisaphisapnya kejantananku dengan lihainya hingga keluarlah maniku ke dalam mulutnya. Mbak Yati tersedak, dan segera menuju dapur meminum air kendi. Aku hanya bengong saja. Lama tidak bergerak dari tempatku berdiri. Kemaluanku tergantung dengan santainya.

Bercinta Dengan Istriku dan Sahabatnya

Penat banget rasanya seharian kerja, kudu pulang jam 6, untung dah punya bini yang masih sempat-sempatnya nyiapin makan sama kopi. Padahal dia pasti capek juga seharian kerja. Mungkin jam 8 kita berdua udah tertidur. Capek banget lewat deh ML-nya.

Siang ini aku kok ngantuk banget ya rasanya. Mumpung direksi pada lagi rapat, kesempatan nih aku pulang kerumah, tidur barang 1-2 jam sempatlah pikirku, langsung deh aku ngacir kerumah yang jaraknya cuma 15 menit dari kantor.

Sampe dirumah aku memang punya kebiasaan masuk dengan ‘silent style’ tapi bukan ninja ya bro. Maklum daerah pinggiran mesti cek dulu, daripada keduluan rampok, apalagi kalo ada “Sejenis Ryan” bisa ngacir nih nyawa.

Perlahan kubuka garasi rumah, “lho kok ada motor bini yach” padahal kan dia tadi ngantor, turunnya aja sama-sama, cuti juga ndak. Kalo sakit pasti dia telpon aku, ndak mungkin berani pulang sendiri. Perasaan curiga mulai muncul, pengalaman selingkuhku justru mengganggu aku nih.

Garasiku memang langsung mengarah ke ruang tengah, kulihat Tas biniku, ada diatas meja kerjaku, blazer kantornya tergeletak di sofa, bau asap rokok menusuk hidungku dan kulihat diatas meja masih menyala rokoknya dan sepertinya baru saja dihisap.
Kontan darahku mendidih sampe ke ubun-ubun. Gila istriku yang kusayang, dan perhatian ternyata berselingkuh. Perasaan marah bercampur sakit hati membuat aku hampir saja menendang pintu kamarku.

Mundur 7 langkah, maju 7 langkah” aku teringat sebuah buku filsafat cina yang intinya bisa meredakan amarah. Emosiku akhirnya bisa terkendali, memang aku tidak mundur tapi mengambil nafas biar hatiku tetap dingin. Aku hanya mundur beberapa langkah, mengambil sebuah kursi bar yang cukup tinggi.

Kubawa ke depan pintu kamarku, aku mengintip lebih dulu melalui ventilasi kamar tidurku. Tempat tidurku terhalang oleh dinding kamar mandi, hanya seperempat kasur saja yang terlihat, dan disitu hanya terlihat sepasang kaki mulus istriku saja, “ah ternyata istriku sedang istirahat sendiri” aku agak sedikit lega.

Sesaat aku diam dan berniat ingin turun, namun tiba-tiba ada sebuah kaki yang merayap menaiki kaki istriku, kagetku membuat aku hampir melompat dari kursi. Untung aku bisa bertahan dan terus kuperhatikan sepasang kaki lainnya itu. “mulus” lho kok?

Aku turun dari kursiku pelan-pelan mengembalikan kursi itu ketempat semula, berjalan kearah garasi, kuamati disitu, sepatu lelaki yang ada hanya milikku. Dan beberapa sepatu wanita, yang aku sendiri tidak hafal dengan sepatu-sepatu istriku.

Aku jadi penasaran kudekati lagi kamar tidurku, beruntung sekali aku selalu merawat engsel pintuku yang ternyata tidak terkunci, karena memang tidak ada orang lain dirumah kami. Suara TV dikamarku menyamarkan bunyi handle pintu. Posisi tempat tidurku memang sedikit salah sehingga jika pintu kamar terbuka pasti tidak akan kelihatan dari arah kepala tempat tidur.

Aku berjalan perlahan seperti ninja menyusuri dinding kamar mandi, dan berhenti setelah aku bisa melihat bayangan tempat tidurku dari cermin rias. Aku kembali terkejut melihat tubuh istriku yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi, sementara diatasnya menindih seseorang yang sangat aku kenal, “sahabat istriku” yang juga tempat curhatku kalo lagi marahan sama istriku.

ku turun dari kursiku pelan-pelan mengembalikan kursi itu ketempat semula, berjalan kearah garasi, kuamati disitu, sepatu lelaki yang ada hanya milikku. Dan beberapa sepatu wanita, yang aku sendiri tidak hafal dengan sepatu-sepatu istriku.

Aku jadi penasaran kudekati lagi kamar tidurku, beruntung sekali aku selalu merawat engsel pintuku yang ternyata tidak terkunci, karena memang tidak ada orang lain dirumah kami. Suara TV dikamarku menyamarkan bunyi handle pintu. Posisi tempat tidurku memang sedikit salah sehingga jika pintu kamar terbuka pasti tidak akan kelihatan dari arah kepala tempat tidur.

Aku berjalan perlahan seperti ninja menyusuri dinding kamar mandi, dan berhenti setelah aku bisa melihat bayangan tempat tidurku dari cermin rias. Aku kembali terkejut melihat tubuh istriku yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi, sementara diatasnya menindih seseorang yang sangat aku kenal, “sahabat istriku” yang juga tempat curhatku kalo lagi marahan sama istriku

emannya sekantornya yang selama ini aku percayakan jika istriku ingin berlibur keluar kota. Seseorang yang juga aku senangi. Dia selalu membayangi pikiranku yang kadang ngeres namun sedang bosan dengan wajah istriku. Keturunan cina yang kulitnya sedikit lebih putih dari istriku. Pernah sekali pas istriku sedang keluar kota dengannya aku minta difotoin dia kalo lagi tidur sama istriku, sayangnya sampai saat ini tidak pernah dituruti sama istriku.

Oke bro, Mey memang seorang wanita keturunan cina, dengan wajah yang cantik. Tingginya juga seukuran biniku, hanya saja bokongnya yang padat sudah agak turun karena sudah punya 2 anak. Kok bisa punya anak ya padahal kehidupannya dengan suami yang aku dengar dari cerita istriku sih biasa saja, malahan cukup dingin, Mey sering iri dengan gaya kami yang masih seperti orang pacaran. Tapi hari ini aku ndak percaya kalo ternyata istriku dan Mey bukan hanya bersahabat tapi menjadi sepasang kekasih.

lamunanku buyar karena kudengar suara desahan istriku, istriku dan Mey masih melakukan French kiss, aku sedikit cemburu karena kulihat begitu semangatnya istriku membalas setiap ciuman yang diberikan Mey, mereka terlihat sangat mahir memainkan lidahnya, posisi Mey yang diatas biniku, selalu menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tangan kanan istriku yang memegang bokongnya, sementara tangan kiri istriku mengelus leher dan punggungnya, desahan istriku terdengar lagi saat Mey memegang puting istriku.

Ampun dah sekarang bukannya aku marah sama istriku, malahan aku jadi ikutan horny, aku justru menikmati show itu. Mey mulai melepas gaya frenchkissnya dan mulai menjilati leher biniku, ketelinga istriku, mengulumnya, membuat istriku mendesah dan memperkuat pelukannya pada Mey, aku tau rasanya saat itu, karena itu juga yang aku lakukan ke bini saat foreplay.

Mey mencium istriku dan menjilati leher istriku seperti menikmati eskrim. Mey mulai turun ke arah payudara biniku yang sekel itu.

Diremasnya kedua bukit dengan begitu halusnya, sambil menjilati dan mengulum putingnya, istri menggelinjang dan begitu menikmatinya, aku merasa bersalah pada istriku karena sering melewati bagian ini, “ah yank” desahan itu keluar dari mulut istriku, bukannya “ah mas”.

Kumajukan badanku karena aku semakin horny dan supaya bisa melihat jelas tanpa lewat cermin lagi, wajah istriku begitu menikmati gigitan-gigitan yang diberikan Mey. Kedua tangan istriku mencengkram bantal tanda ia begitu menikmati, kaki istriku melingkari badan Mey yang terus bergoyang menekan daerah selangkangan istriku

Mey kembali memberikan kenikmatan pada istriku dengan menciumi daerah pusar dan terus turun ke daerah miss V istriku. Mey menjilati seluruh daerah itu membuat badan istriku terkadang sontak kejang, memang wanita bisa saling mengerti bagian itu.

aku benar-benar menikmati tubuh Mey yang selama ini hanya bisa aku bayangkan, posisi Mey yang menungging dengan wajahnya yang mengarah ke tubuh istriku membuat tubuhnya semakin sexy, bokongnya yang putih. Duh kepingin rasanya aku melompat dan menjilati bokong itu.

payudara Mey memang sudah tidak terik lagi, maklum sudah punya anak, namun dengan putingnya yang kecil itu begitu berbeda dengan milik istriku yang sedikit besar. Desahan istriku semakin sering, tanda istriku hampir mencapai klimaksnya, Mey sekarang mengambil posisi 69.
Dasar aku masih sayank sama biniku, aku ndak tega kalo istriku juga harus menjilati MissVnya Mey. Nekat aku berdiri di depan Mey yang masih asyik memainkan miss-V istriku.

Sontak Mey terhentak, aku tau pasti dia kaget bener, tubuhnya gemetar ketakutan, aku sengaja memasang wajah angker dulu, padahal aku juga lagi horny banget. “Mas” suara istriku juga bergetar, keduanya terduduk, istriku benar-benar salah tingkah,

sedangkan Mey menutupi payudara dan miss-Vnya, tapi ndak mungkin bisa kan, aku masih bisa melihat bentuk tubuhnya yang putih mulus itu, sedikit lebih putih dari istriku, udah dari sananya memang putih sih Mey, aku berpura-pura mengambil nafas panjang. Kudekati mereka berdua.

Wajah istriku menunduk, pasti ia takut aku gampar. “Mas maaf, ampun mas”.
Kini aku duduk mendekati istriku, duduknya semakin meringkuk, sedangkan Mey semakin gemetaran. Kupandangi wajah mereka berdua, keduanya tidak berani menatapku, he..he sandiwaraku berhasil, padahal aku sedang menikmati dua wajah cantik dihadapanku, seseorang yang aku cintai dan seseorang yang aku senangi dan selalu mengganggu hayalanku.

Kuambil selimut dan kututupi kedua tubuh wanita ini. Mey ingin berdiri, pasti dia akan mengenakan bajunya.
“Mey, kamu duduk dulu, aku mau ngomong” cegahku. Suaraku sengaja kutinggikan biar lebih gimana gitu.
“sudah berapa lama, ma begini?”
“B..baru kali ini mas” jawabnya.

“Tapi kalian kan sering pergi liburan sama-sama, malahan seringnya satu kamar, biarpun perginya ramai-ramai”
“benar mas, baru kali ini kita keterusan sampe gini” istriku diam “dulu pernah pegangan tangan aja waktu tidur bareng” sambut Mey.
“Ma, aku lebih suka kamu jujur”

ya mas, dulu waktu liburan ke Bali yang berlima, kami cuma ciuman mas, tidak lebih” yah aku ingat istriku pernah cerita kalo suami Mey saat itu sedang selingkuh, dan dia curhat ke biniku sampe nangis, mungkin itu yang buat Mey jadi tidak mesra lagi ama suaminya. Dan berita terakhir Mey pingin cerai dari suaminya.

“ya udahlah, mau diapain lagi, aku tau kalian juga saling menyayangi” “Mey.. kamu tega benar sama aku, padahal aku percaya sama kamu, dan aku suka kok sama kamu”

Maaf ya bang” he..he.. pasti Mey tidak mengerti arah ucapanku tadi.
Wajahku tidak lagi angker, aku sebenarnya dari tadi sudah mau tersenyum, dan saat kupandangi wajah istriku dan aku tersenyum padanya, istriku meraih tanganku dan mencium tanganku tanda menyesal. Kupegangi wajahnya dan aku mencium kening istriku.

Dasar akunya dari tadi memang sudah horny, langsung kucium istriku, kulumat bibirnya dengan gaya French kiss yang tadi aku saksikan. Ciuman kali ini benar-benar beda banget, istriku membalasnya seakan ia benar-benar mau menyenangi aku.

Ia menarikku dan meluruskan tubuhnya keranjang, sedangkan Mey masih terduduk disamping kami, kupegang payudara istriku, dia membalasnya dengan menggenggam Mr.P ku, istriku mulai melucuti baju kemejaku dan melemparnya ke lantai, aku bergerak menciumi leher istriku, wangi tubuh Mey, masih melekat di tubuh istriku membuat aku semakin semangat mengulum telinganya.

Istriku mendesah, “oh mas, aku sayang mas” sambil tanganya mulai membuka celanaku, sekilas kulihat Mey mulai bergerak menyingkir, dia pasti ingin memberi kesempatan kepada kami berdua.

anganku langsung menangkap tangannya, tanda ia tidak boleh pergi dari situ. “Bentar bang, aku ke WC dulu ya” pasti karena ketakutan tadi Mey jadi pengin pipis. Kuteruskan melumat bibir istriku dan mengulum payudara istriku, sementara istriku telah melepaskan seluruh pakaianku.

Kudengar dari kamar mandi ada suara air tanda Mey telah selesai, “Ma panggil Mey” kataku. Saat Mey keluar dari kamar mandi istriku memberinya kode untuk duduk kembali ketempat semula. Mey menurutinya.

utangkap tangan Mey, namun aku masih asik mencumbu istriku, kuremas tangan Mey layaknya orang berpacaran, Mey menanggapinya dia juga meremas tanganku dengan kedua tangannya, dan mencium tanganku seperti mengucapkan terima kasih karena tidak seperti yang dia takutkan tadi.

Istriku juga melihat kejadian itu, lau ia bergeser menaikkan kepalanya ke atas paha Mey sambil menarikku untuk mengikutinya. Posisi ku sungguh diuntungkan aku berciuman dengan istriku dengan tangan kananku memegang tangan Mey sementara tangan kiriku mengelus payudara istriku, sementara wajahku menempel ke payudara Mey.

esaat kemudian istriku melepaskan ciumanku, lalu memandangku kemudian ke arah Mey, aku menatap wajahnya dan wajah Mey, Mey membalas kami berdua sambil tersenyum. Coba kukecup pipi Mey. Dia agak menghindar, aku tau ia pasti merasa tidak enak dengan istriku.

“Jadi gimana kita ma?” tanyaku. “Ya mas kan sayang sama aku, senang sama Mey juga dari dulu sampe minta fotonya yang habis mandi kan? Hi..hi..” “Terus?” tanyaku lagi

ku sayang sama mas dan Mey, Mey sayang juga sama aku, Cuma tidak tau dianya dengan mas”.
“Kalo mama selingkuhnya ama laki-laki sih aku pasti bisa marah besar, tapi kalo sama Mey, sih aku tidak masalah ma, rasa senangku bisa berubah jadi sayang juga kan”

“Makasih ya mas, aku beruntung punya suami kayak kamu mas, kamu gimana Mey?”
“Entah kenapa kok aku jadi sayang ya sama kalian berdua, aku ijin ya selingkuh sama suami kamu?” jawabnya. Istriku tersenyum.
Lalu kucium lagi istriku sambil merangkul Mey, tak lama istriku mendorongku keatas aku pun mencium Mey yang membalasku, kali ini aku merasakan double French kiss yang luar biasa.

iumannya lebih liar saat istriku mulai meremas dan mencium payudara Mey, sementara satu tangannya membelai torpedoku. Lidah kami seperti dua orang satria yang berperang memainkan pedang dengan liukan-liukan jurus mematikan, jurus kami yang selalu saja seri membuat aku melakukan manuver untuk melakukan jurus lainnya, kini kuarahkan lidahku ke arah leher Mey.

“hhhhh” desahannya yang tertahan mengisyaratkan manuverku cukup berhasil, pingin rasanya kubuat tanda disitu, tapi ah, nanti jadi berabe, jadi kelanjutkan dengan arah telinga, kujilati dan kukulum bagian bawah telinganya, Mey menyerah tak berkutik, gigitan kecil dan remasan istriku ke payudaranya tentu membuatnya semakin tak berdaya.

Posisi Mey yang tadi duduk kini berganti menjadi terlentang, sementara istriku mendapatkan daerah bawah aku mendapatkan tubuh bagian atas Mey, bentuk payudaranya yang masih agak kencang berarti punya Mey jarang disentuh sama suaminya, putingnya mengeras, nafsu Mey mulai naik.

Istriku mulai meraba paha dan daerah selangkangan Mey, akupun mulai memijat susu Mey, meremasnya dengan lembut, Mey membalasnya dengan menyentuh mr-P, masih agak kaku, pasti karena bukan punya suaminya, walau begitu dengan sentuhan jari-jarinya membuat mr-P ku mengeras dengan sangat-sangat.

Dengan ujung jari telunjuknya ia memainkan milikku dari atas ke arah pangkal, menyentuh buah Z-ku hingga menggenggamnya, dan kali ini kekakuannya telah hilang. Kuarahkan milikku mendekati wajahnya, Mey mengerti maksudnya, dia mulai mendekatkan bibirnya ke milikku

Dimasukkan milikku kedalam mulutnya. Hangat, rasanya ingin kudorong penuh ke mulut kecilnya itu, tapi kubiarkan saja Mey yang mengontrol permainan itu, saat itu aku sudah berganti arah memegang payudara istriku, Mey ternyata lebih mahir dalam jurus ini dibandingkan biniku. Sedotannya serasa ingin mengeluarkan cairanku.

aku jadi semangat meremas bokong istriku. Dengan jariku kusentuh bagian clitorisnya, mengusapnya, istriku menggelinjang dan membuka selangkangannya, sesekali kumasukkan jariku ke dalam lubang v-nya, cairan pelumas dari lubang itu kumanfaatkan untuk mengusap clit-nya.

Istriku juga mulai high, sesaat dia mau mencium miss-V Mey, tapi kucegah dengan merubah posisinya, aku masih tidak tega, kalo istriku yang harus melakukan itu dengan orang lain, sekalipun itu Mey. Kurelakan melepas jurus Mey ke Mr-Pku dan kuarahkan ke bibir istriku, dan sebenarnya aku kepingin sekali mengenal Mey lebih jauh, apalagi Miss-Vnya Mey yang selama ini aku idam-idamkan. Mey berbalik ke arah selangkangan istriku, aku langsung berbaring dan mulai mencium Miss-Vnya.

Kukeluarkan jurus pembangkit selera, bentuk Mey ternyata lebih tembem dari punya istriku, dengan jariku kubuka daerah clitorisnya, kuhujamkan lidahku disitu, gerakan naik turun lidahku membuat pinggul Mey bergerak naik turun melawan arus lidahku, sementara Mey juga melakukan hal yang sama ke istriku, apa yang dilakukan Mey ke istriku sekarang juga kulakukan kepadanya,

saat ia memasukkan lidahnya ke lubang istriku, kulakukan hal yang sama kepadanya, wajahnya menunjukkan ekspresi senang, istriku yang tengah mendapatkan kenikmatan itu pun memasukkan hampir seluruh Mr-P ku kemulutnya, Luar biasa memang segitiga yang kami lakukan ini, pantaslah ‘segitiga bermuda’ bisa menelan banyak korban.

Aku benar-benar hampir mencapai klimaks dan sebelum itu terjadi kulepaskan sedotan istriku, kali ini kubiarkan Mey, merayap menaiki tubuh istriku. Mey menjilati tubuh istriku, menggigit payudaranya, dan mencium bibir istriku.

Gerakan pinggul mereka pasti membuat clitorisnya saling bergesekan, aku bergerak ke arah mereka, kuangkat kaki istriku, aku benar-benar kepingin melakukan penetrasi kepada mereka berdua, posisi Mey yang menungging bisa membuat aku lebih cepat keluar, makanya kupilih istriku, Mey memberi ruang dan memajukan badannya kedepan sehingga payudaranya tepat diatas wajah istriku,
aku langsung menancapkan milikku ke lubang istriku, desahan istriku mulai terdengar ngos-ngosan, sambil ia mengulum payudara Mey dan memainkan Clit Mey dengan jarinya, hingga akhirnya kurasakan hawa hangat pada mr-Pku, istriku sudah mencapai titik puasnya. Kucabut penetrasiku pada istriku setelah rasanya pijatan dari dalam lubang istriku mengendor, kali ini kuarahkan mr-P ke lubang milik Mey. Mulai kumasukkan milikku ke arahnya.

“Ahhh” kudengar desahan Mey, lubang itu agak lebih sempit dari milik istriku, “Yank, punya suamimu lebih gede” kudengar bisikan mesra Mey ke istriku. Istriku tersenyum ke arahku dan mengangguk pertanda aku bisa melanjutkan lagi

Kali ini aku mencoba memasukkan hampir seluruh Mr-P ku, tubuh Mey kejang, antara menahan sakit atau keenakan, entah karena ia jarang disentuh sama suaminya atau memang punya suaminya lebih kecil aku tidak mau mikir, karena aku kembali

menikmati bokong indah Mey, sekaligus rapatnya lubang miliknya membuatku harus bisa bertahan lebih lama, mana lagi posisinya yang menungging itu. istriku membantu dengan mencumbu Mey. Hisapan pada payudara Mey dan gerakanku membuat Mey mulai mendesah, nafasnya mulai memburu, untung saja mereka sudah melakukan lebih awal sehingga aku bisa bertahan, hingga akhirnya Mey mendesah,

“bang terus, lebih kencang lagi bang” aku tau Mey sudah hampir mencapai klimaks, aku juga hampir mencapai, maka gerakan maju mundurku kali ini lebih kencang, memang benar filsafat cina, bahwa kegiatan maju mundur dalam kondisi perasaan seperti apapun pasti membawa nikmat.

Sampai akhirnya, dari torpedoku keluarlah semburan, yang memuntahkan hampir berjuta pasukan kecil ke sarang musuh yang bisa mematikan semua benda milik lelaki setelah keluar dari lubang itu. kurasakan pijatan otot dari arah dalam lubang ke milikku, benar-benar kenikmatan yang luar biasa.

Mey perlahan melepaskan milikku yang hampir mati layu, dan merebahkan dirinya disamping istriku setelah mengecup bibir istriku, aku yang kecapean juga ikut merebahkan diriku, kuambil posisi ditengah-tengah mereka.

Istriku langsung memelukku dan menciumku, “Makasih mas, kamu suami terbaik di dunia, aku tidak rela orang lain merebut mas”, “Tapi kalo buat Mey aku rela kok, kalo nanti Mey cerai sama suaminya, mas kawini saja dia, kan enak kita bertiga bisa serumah, aku sayang sama mas”

Mey pun langsung memelukku juga, dia mencium bibirku “Bang, aku juga mau jadi istri kedua kamu, pasti kamu bisa adil ke kita berdua, makasih ya bang, Love u honey”.
Aku hanya tersenyum toh kalo aku kawini mereka berdua kan tidak masalah, kita masing-masing sudah punya gaji, Cuma saja apa kata orang-orang kalo aku punya 2 istri yang serumah dan sekantor lagi mereka.

Bodoh ah, yang aku tau aku capek sekali, dan mataku langsung terpejam lagi, ketiduran.
Kemudian aku terbangun, kulihat ke arah jendela sudah tertutup dan terdengar suara azan subuh, kulihat disebelahku istriku sedang tertidur pulas, kuarahkan tanganku ke Mr-P, ternyata ada lendir disitu.
“Ah sialan, ternyata aku cuma mimpi”, hanya saja mimpi itu indah banget. Andaikan itu terjadi,

Kurang PD Dengan Ukuran Payudara

Suatu hari telepon di kantorku berbunyi. Saat kuucapkan “halo”, terdengar suara merdu dari seberang sana. “Siang, bisa bicara dengan Pak Vito?” “Ya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?” “Oh, ini Pak Vito? Pak, ini Herlin dari toko *** ” Aku hanya mengiyakan, aku tahu itu adalah sebuah toko handphone di mall ini.

Aku mengira dia pasti akan membicarakan masalah operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku meleset. “Ada yang bisa saya bantu Bu Herlin?” Aku biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas. “Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak, saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?” “Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang kapan saja Anda suka.

10 menit kemudian, gadis muda berusia 22 tahun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya. Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paling tidak nilai totalnya 8 (menurutku). “Apa yang membuat Ibu berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini aja PD kok” Dia tersipu sambil berbisik, “Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya Herlin.” Aku mengangguk.”Dan jangan panggil aku Pak, panggil aja Vito.” Dia mengangguk. “Dan.., kamu bisa menyimpan rahasia ngga Vito?” Aku memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A.

Aku cukup kaget, karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai “pasien” yang mempunyai keluhan seperti ini. “Herlin, jujur saja aku baru pertama kali menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tahu kan, kalau selama ini aku hanya menangani pasien pasien dengan keluhan yang ‘lumrah’, Aku ngga tau bisa berhasil atau tidak. Lagipula aku punya istri, gimana aku harus menjelaskan ke istriku?” Herlin mengangguk dan tersenyum, “Aku tidak akan menceritakannya kepada siapapun, aku juga malu kalau sampai orang tahu. Dan aku harap kamu mau mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?” Aku berpikir keras sebelum aku menyanggupinya. Herlin tersenyum dan memberikan kartunamanya kepadaku. “Aku tunggu kamu di rumahku malam ini jam delapan.”

Jam delapan lewat lima menit aku sudah berada di rumah Herlin. Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.
“Kamu tinggal sendiri di sini?” tanyaku. “Ngga, sama temen-temen, tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aku nyuruh kamu datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu temen-temen pulang” Aku mengangguk dan mengikuti Herlin yang melangkah ke kamarnya.

Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku, membuatku merinding. Dengan malu-malu Herlin membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku. Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit payudaranya dengan pijitan yang lembut.

Payudaranya kecil tetapi terasa kencang. Herlin memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu. Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit payudaranya. “Vito.., jangan disitu terus dong mijitnya, geli..” Aku terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering berada di daerah sekitar putingnya. “Ha? ehm.. iya.. maaf.” Herlin mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata, “hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aku juga suka kok.. Cuma agak geli aja..” kata-katanya membuatku semakin gugup. “eh.. kayaknya hari ini cukup dulu deh Lin, mungkin besok bisa diterusin..” jawabku. Herlin semakin ngakak, “Vito.. kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa? takut ketahuan istri kamu ya?”

Herlin merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aku terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu. Dalam kebingunganku dia berbisik, “Vito.., sudah lama aku menantikan hal ini.., begitu lama aku memendamnya.., aku sayang kamu Vito.. Bercintalah denganku Vito..” Aku cuma bisa duduk diam kayak orang bego. “Aku pikir kamu salah orang Lin.. Kalau kamu pikir aku bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aku gemuk, eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aku sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan?” tanyaku tak percaya. Herlin tersenyum manis dan berkata, “Vit, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aku memang suka dengan pria yang bertubuh gemuk. Aku ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat juga dong, susuku kan kecil juga. Aku rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian aku kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian..” Jelasnya panjang lebar. Herlin menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Herlin menciumi seluruh wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu

Herlin membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut. Kurasakan bulu ?bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Herlin tidak berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak. Barangku memang tidak panjang, bahkan bisa dikatakan ukuran mini. Herlin mulai mengelus-elus adikku dan mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat menyentuh batang kemaluanku. Aku tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Kuelus bukit kemaluannya dari luar CD yang ia kenakan, Herlin melenguh, “oouuhh.. Vito.., aku milikmu..” Aku hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aku mainkan dengan lidahku, kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas payudaranya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya dan membelai bukit kemaluannya. Perlahan kubuka belahan vaginanya, terasa sekali vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari vaginanya.

Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Herlin mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini. “aauuhh..aahh.. oohh teruuss Viit, teruuss.. Aaahh..” Aku terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan kenikmatan. Aku tak sabar lagi, jari tengahku aku masukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang vaginanya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya, “jangan..”

Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku, “I’m still virgin.., aku ngga mau perawanku hilang oleh jari, aku ingin dengan ini,” katanya sambil mengelus kemaluanku.” Lagi-lagi aku terkejut. Aku tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku, masa aku harus memerawaninya? “Lin, kamu masih perawan?” tanyaku tak percaya. Dia mengangguk. “Aku ingin memberikan mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aku sudah bilang, aku rela menjadi istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aku akan memberikannya padamu juga, jadi untuk apa kita tunggu lama-lama?” Herlin mengatakan hal ini dengan mantap.

Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. “Aku siap untuk menerimamu sayang..” Setelah ia mengatakan ini, aku langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat. Dia menciumi wajahku dan aku memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan vaginanya. Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

Perlahan-lahan kutusukkan penisku ke vaginanya, Herlin memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Sedikit-sedikit kudorong penisku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess.. “hheegghh..aauuhh..” Herlin menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi penisku, mengalir keluar ke pangkal pahaku. Lalu aku perlahan mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan terasa jepitan vagina Herlin di penisku. Herlin mulai merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya yang membuat suasana bertambah merangsang. “mmhh..mmhh..aauuhh..oohh.. Vitoo.. teruuss.. auuhh..
Aduh.. Pelan dikit Vito.. ”
“Herlin.. oohh.. enak banget sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Lin..”
“Ooouuhh.. aku ngga tahan Vito.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. aku.. aku.. ngga tahan lagi.. aahh..Vito..”
“Jangan ditahan Lin.., keluarin aja.. ”
“Vitoo.. Auuhh.. aku sayang kamu Vitoo..”
seerr..seerr..serr.. terasa hangat di penisku saat Herlin mengalami orgasme.
Aku tetap menggoyangkan pantatku maju mundur semakin cepat sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian akibat gesekan penisku dengan vagina Herlin.
Creep..creep..creek..clopp.. creek..
Herlin terkulai lamas merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aku pun merasa akan mencapai klimaks, “Lin, aku.. mau.. keluaarr..”
“iyaa.. Keluarin aja.. di daleem..” beberapa detik kemudian, aku memuncratkan seluruh energiku di dalam vaginanya
creett..creett.. cruutt.. creett.. Beberapa kali spermaku menyemprot di dalam vagina Herlin.

Aku merebahkan diri di samping Herlin, dan selintas kulihat spermaku bercampur darah perawan Herlin mengalir keluar dari vagina Herlin. Kulihat wajah Herlin begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu. Beberapa saat kemudian Herlin membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata, “Vito, jangan tinggalkan aku yah.. Aku sayang banget sama kamu..” Aku hanya mengangguk pelan, walau di hatiku masih terdapat kebimbangan. Sampai aku menulis cerita ini hubunganku dengan Herlin masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetahuinya

Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Herlin adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi. Untuk para netters yang ingin berbagi pengalaman dengan saya, silakan kirim imel. Begitu juga bagi para netters yang ingin berkonsultasi mengenai pengobatan alternatif, juga dapat menghubungi saya via imel atau telepon langsung. Terima kasih.

Terjebak Nafsu Dengan Wanita Bookingan

Pengalam Pribadi ku waktu main di Bali, iseng-iseng cari tempat hiburan supaya tidak suntuk, terlintas dalam pikiranku ingin mesum di tempat karaoke. Biasanya kalau tempat mesuk di karaokean daerah Bali pastu tuh ada showroom yang memajang perempuan bookingan sebagai pemandu lagu.

Langsung saja kami kesalah 1 tempat yang ada di daerah Bali. lama kami berkaraoke sendiri dan bercanda sambil meminum-minuman yang sudah kami pesankan, lalu diluar terdengan ada suara hak tinggi lewat, dan terlihat 2 orang perempuan cantik, putih dan mulus. Dengan menggunakan Rok pendek serta buah dada yang terlihat jelas dibalik pakaian yang sedikit transparan.

Terlintas pikiran iseng di otak teman-temanku untuk memanggilnya, dan akhirnya pun Adit yang memiliki aura memikat yang biasa memangsa di tempat ini mencoba mengundang mereka untuk join minum bersama di room kami.

langsung saja adit menawarkan 2 perempuan ini minum, dan biasa rayuan mautnya semua keluar, Lisa dan Winda adalah nama kedua perempuan tersebut, yang kebetulan lewat mau ke kamar kecil karena Bosan(Bete) di tempat karaoke temannya yang berada 2 ruangan di sebelah kami karena isinya sudah termakan usia semua.

Kebetulan mereka sudah mulai mabok berat, dengan goyangan yang seductive sekali akhirnya kita masing masing dance dengan mereka dan dengan berpelukan bersama. Lisa adalah perempuan yang paling seksi dan montok dengan memakai T-shirt dan Rok pendek menjadi incaran kami berdua. Kami berganti-gantian memeluk lisa dari belakang sambil bergoyang.

Tak terasa kemaluan kami pun sudah mulai mengeras, Lisa dan Winda sepertinya sudah tau dan sengaja menggoyang-goyangkan bokongnya sewaktu kami peluk dari belakang sembari memberikan mereka minuman agar lebih terasa mabuk.

Karena sduah tidak tahan lagi, aku tarik Lisa untuk duduk di kursi ujung ruangan, dengan tempat yang sedikit gelap, ku coba untuk mencumbu bibirnya yang genit dan pasrah tersebut. Lisa hanya diam saja dengan ciuman ku tersebut hingga akhirnya kucoba untuk memasukan Tanganku kedalam T-shirt ketatnya.

Ternyata Lisa tidak memakai BH, buah dadanya yang sekitar 34B keras dan kencang tersebut ku remas-remas dan ku mainkan putingnya hingga muncul suara mendesah tidak karuan, tidak lama kemudian dia meminta untuk dihisap bagian putingnya tersebut. Saat ku hisap putingnya tersebut, tanpa sadar tanganya sudah mulai meraba di bagian kejantananku.

Lama ku remas dan kuhisap putingnya tersebut sambil tangannya yang memainkan Buah zakarku.
“Punya kami besar ya Lis”ucapku kecil di telinganya.
“Iya, aku gak tahan nih, horny banget gara-gara kami tadi tempel kejantanankamu di bokong aku waktu joget” Jawabnya

Langsung saja dia masukan tangannya kedalam celanan dalamku dan tak mau kalah disitu kumasukan juga jariku kedalam Celana dalamnya tersebut. langsung ku elus-elus serta ku masukan sedikit jariku kedalam kewanitaanya tersebut, dan ternyata sudah lembab dan basah sekali

Cukup lama kami saling memainkannya, akhirnya lisa pun tidak tahan dan mengajak aku ke kamar kecil yang ada didalam ruanganku, ketika sudah di kamar kecil langsung saja aku buka T-shirt yang menutupi tubuhnya tersebut, sungguh indah buah dada yang besar dan kencang tersebut

Tak berpikir lama lagi, langsung saja aku hisap dan aku remas kedua buah dadanya tersebut, sambil ku dudukan dia di atas Washtafel dan tanganku membuka celana ku yang sudah sempit sedari tadi, dan sepertinya dia pun mengerti, langsung membuka kedua pahanya tersebut hingga menunjukan kewanitaannya yang bersih dan putih kemerahan tersebut

Pengalam Pribadi ku waktu main di Bali, iseng-iseng cari tempat hiburan supaya tidak suntuk, terlintas dalam pikiranku ingin mesum di tempat karaoke. Biasanya kalau tempat mesuk di karaokean daerah Bali pastu tuh ada showroom yang memajang perempuan bookingan sebagai pemandu lagu.

Langsung saja kami kesalah 1 tempat yang ada di daerah Bali. lama kami berkaraoke sendiri dan bercanda sambil meminum-minuman yang sudah kami pesankan, lalu diluar terdengan ada suara hak tinggi lewat, dan terlihat 2 orang perempuan cantik, putih dan mulus. Dengan menggunakan Rok pendek serta buah dada yang terlihat jelas dibalik pakaian yang sedikit transparan.

Terlintas pikiran iseng di otak teman-temanku untuk memanggilnya, dan akhirnya pun Adit yang memiliki aura memikat yang biasa memangsa di tempat ini mencoba mengundang mereka untuk join minum bersama di room kami.

langsung saja adit menawarkan 2 perempuan ini minum, dan biasa rayuan mautnya semua keluar, Lisa dan Winda adalah nama kedua perempuan tersebut, yang kebetulan lewat mau ke kamar kecil karena Bosan(Bete) di tempat karaoke temannya yang berada 2 ruangan di sebelah kami karena isinya sudah termakan usia semua.

Kebetulan mereka sudah mulai mabok berat, dengan goyangan yang seductive sekali akhirnya kita masing masing dance dengan mereka dan dengan berpelukan bersama. Lisa adalah perempuan yang paling seksi dan montok dengan memakai T-shirt dan Rok pendek menjadi incaran kami berdua. Kami berganti-gantian memeluk lisa dari belakang sambil bergoyang.

Tak terasa kemaluan kami pun sudah mulai mengeras, Lisa dan Winda sepertinya sudah tau dan sengaja menggoyang-goyangkan bokongnya sewaktu kami peluk dari belakang sembari memberikan mereka minuman agar lebih terasa mabuk.

Karena sduah tidak tahan lagi, aku tarik Lisa untuk duduk di kursi ujung ruangan, dengan tempat yang sedikit gelap, ku coba untuk mencumbu bibirnya yang genit dan pasrah tersebut. Lisa hanya diam saja dengan ciuman ku tersebut hingga akhirnya kucoba untuk memasukan Tanganku kedalam T-shirt ketatnya.

Ternyata Lisa tidak memakai BH, buah dadanya yang sekitar 34B keras dan kencang tersebut ku remas-remas dan ku mainkan putingnya hingga muncul suara mendesah tidak karuan, tidak lama kemudian dia meminta untuk dihisap bagian putingnya tersebut. Saat ku hisap putingnya tersebut, tanpa sadar tanganya sudah mulai meraba di bagian kejantananku.

Lama ku remas dan kuhisap putingnya tersebut sambil tangannya yang memainkan Buah zakarku.
“Punya kami besar ya Lis”ucapku kecil di telinganya.
“Iya, aku gak tahan nih, horny banget gara-gara kami tadi tempel kejantanankamu di bokong aku waktu joget” Jawabnya

Langsung saja dia masukan tangannya kedalam celanan dalamku dan tak mau kalah disitu kumasukan juga jariku kedalam Celana dalamnya tersebut. langsung ku elus-elus serta ku masukan sedikit jariku kedalam kewanitaanya tersebut, dan ternyata sudah lembab dan basah sekali

Cukup lama kami saling memainkannya, akhirnya lisa pun tidak tahan dan mengajak aku ke kamar kecil yang ada didalam ruanganku, ketika sudah di kamar kecil langsung saja aku buka T-shirt yang menutupi tubuhnya tersebut, sungguh indah buah dada yang besar dan kencang tersebut

Tak berpikir lama lagi, langsung saja aku hisap dan aku remas kedua buah dadanya tersebut, sambil ku dudukan dia di atas Washtafel dan tanganku membuka celana ku yang sudah sempit sedari tadi, dan sepertinya dia pun mengerti, langsung membuka kedua pahanya tersebut hingga menunjukan kewanitaannya yang bersih dan putih kemerahan tersebut

Langsung ku masukan batang kejantananku kedalam vaginanya yang sduah basah dan sangat hangat tersebut, sambil tanganku memeras buah dadanya tersebut

“Pelan sedikit sayang” ucapnya
“Iya sayang, aku pelankan kok”

Dengan desahan-desahannya yang seirama ketika kejantananku masuk seluruhnya kedalam Vaginanya tersebut, tangannya yang tidak bisa diam meremas buah dadanya dan menahan kepalaku yang sedang menghisapi putih buah dadanya.

Cukup lama kami dengan posisi tersebut akhirnya kami mengganti posisi menjadi Doggy Style. Sungguh nikmat rasanya Vagina Lisa pada malam itu dan tak lama kemudian kami mencoba mengganti posisi kembali dengan aku yang duduk di atas lantai serta dia duduk di pangkuanku. Sungguh pemandangan yang indah dengan goyangannya tepat di pangkuanku dengan buah dada yang bergoyang naik dan turun seirama dengan permainannya.

Lama kami dengan posisi tersebut akhirnya aku pun sudah mau mencapai puncaknya, dan sepertinya Lisa mengetahuinya, di percepat goyangannya dan saat aku ingin menarik tubuhnya keatas agar keluar kejantananku dari lubang vaginanya, Lisa menahan tanganku dan menekan vaginanya ke Kejantananku, dan akhirnya crot,, crot,, crott,, crott.. Keluar semua sperma ku kedalam vaginanya tersebut. langsung kami berpelukan lumayan lama dan akhirnya Lisa membersihkan kejantananku dengan bibirnya yang seksi dan di akhiri dengan di bilas oleh air hangat olehnya.

“Terima kasih ya Lis” Jawabku
“Terima kasih doang? Enak saja kamu, memang kami pikir Terima Kasih sudah bisa?”
“Yasudah berapa tarifnya untuk Service tadi?” tanyaku kembali
“Tidak usah bayar, nanti kamu tunggu aku pulang saja kita lanjutkan lagi permainan tadi di Hotel” Jawabnya menggodaku

Kami pun keluar dari Kamar kecil tersebut dan melihat Adit dan Winda sedang melakukan hal yang sama seperti kami lakukan, kami pun duduk sambil menggoda Adit dan Winda yang sedang asik tersebut sambil duduk dan bercanda-canda kembali disofa..