Tag: Sex pembantu

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Janda Muda

Nama saya Firman, saya berusia 23 tahun dan saat ini saya sedang belajar dan bekerja. Cerita ini bermula ketika saya dan teman saya sedang jalan-jalan di suatu daerah di Jakarta yang sudah populer di kalangan anak muda. Ketika saya sedang melewati Jalan Sudirman, saya melihat seorang wanita, saya menghentikan mobil dan kami pun bertemu.

Wanita tersebut mempunyai nama Nia dan dia masih berumur 19 tahun dengan tinggi tidak cukup lebih selama 175 dan dengan ukuran bra selama 36 C kesudahannya saya menawarkan dia guna mengantar kembali dan dia juga setuju, maka kesudahannya kami jalan kembali tanpa terdapat apa-apa.

Kesokan harinya pada pukul 10.00 Nia menghubungi saya via HP saya “Hallo, Firman ya?” “Siapa nih?”, tanya saya “Nia, masa tak sempat yang semalam kenalan..” “Oh, iya.. lagi dimana nih.” “Lagi di Blok M, anda ada acara nggak hari ini?” “Ehmm, nggak terdapat tuh kenapa?”, jawab saya “Bisa jemput?” “Ya udah dimana?” “Di McDonald Blok M aja ya jam 11.00” “Ok” Singkat kisah langsung saya meluncur ke arah Blok M Sesampainya disana kami ngobrol sejenak kemudian kami menyimpulkan untuk pergi.

“Mau kemana nih?” tanya saya “Terserah anda aja..” “Main kerumahku sebentar yuk inginkan nggak?” “Ok”, jawabnya dengan santai. “Ga takut?”, tanya saya “Takut apa?” “Kalo diperkosa gimana?” Tapi dia dengan santainya menjawab, “Ga usah diperkosa pun mau kok.. he.. he..” seraya melirik kearahku dan mencubit manja pinggangku.

Kemudian saya bertanya, “Bener nih?” Dia menjawab, “Siapa takut?” Lalu segera anda meluncur ke arah rumahku di bilangan Tebet yang memang sehari-harinya tidak jarang kali kosong. Begitu hingga saya kemudian mempersilahkan Nia guna masuk kemudian kami duduk berdampingan dan saya menggoda dia. “Bener nih nggak fobia diperkosa?” Dia justeru menjawab, “Mau perkosa aku sekarang?” ujarnya seraya membusungkan dadanya yang montok itu.

Aku tidak tahu siapa yang mengawali tiba-tiba bibir kami telah saling bertemu dan saling melumat, dan memainkan lidah nya di mulutku. Tangan kirinya melepas bajuku dan aku enggan ketinggalan, saya ikut membuka kaos ketatnya tersebut dan melepas BH nya. Ciumanku menjalar menyusuri leher dan belakang kupingnya. “Ahh.. esst.. terus yang..”, Nia udah mulai meracau tidak jelas ketika lidah saya turun ke dadanya diantara kedua bukitnya.

Lidah saya terus menjalar di buah dadanya tetapi tidak hingga pada pentilnya. Nia mendesah-desah, “Man isep Man mari Man gue pingin elo isep Man..” Namun aku tidak memperdulikannya dan masih be……rmain di dekat pentilnya dan turun ke perut seraya perlaha-lahan tanganku membuka celananya dan masih tersisa celana dalamnya.

Akhirnya kepalaku ditarik Nia dan ditempelkannya teteknya ke mulutku. “Ayo Man isep Man tidak boleh siksa gue Man..” Akhirnya mulutku menghisap tetek sebelah kirinya sementara tangan kanan ku meremas-remas tetek sebelah kanannya. “Ohh.. aah.. esst.. enak Man terus sedot yang keras Man gigit Man ohh..”, racaunya.

Sambil kusedot teteknya bergantian kiri dan kanan tanganku bergerilya di unsur pangkal pahanya seraya menggosok- gosok klitorsnya dari unsur luar celana dalamnya. Nia juga tidak sabar, kesudahannya dia membuka celanaku tergolong celana dalamku sampai-sampai mencuatlah ‘adekku’ yang telah berdiri tegak tersebut dan Nia terpana. “Gila gede banget Man punya elo.

” Dan tanpa dikomando langsung Nia memasukan kontolku ke dalam mulutnya yang mungil, terasa sarat sekali mulut itu, Nia menjilat-jilat ujung kemaluanku terus turun ke bawah hingga selurh batangnya terjilat olehnya. “Ah.. enak Ni terus Ni” aku pun menyangga nikmat yang luar biasa.

Akhirnya aku berinisiatif dan memutar tubuhku sampai-sampai posisi kami menjadi 69. Sesaat aku menjilati unsur bibir vaginanya Nia mendesah. “Ah.. enak Man esst.. terus Man..” Akhirnya Nia menggelinjang hebat saat lidahku menyentuh unsur klitorisnya. “Ahh.. Man aku hingga Man..” seraya mulutnya terus mengelum penisku sedotan Niapun semakin cepat dan powerful pada penisku maka aku merasakkan denyut-denyut pada penisku.

“Ni, gue pun mau hingga Ni ahh..” “Barengan ya..” Mendengar tersebut Nia kian bernafsu menyedot-nyedot dan menjilati penisku dan akhirnya.. “Acchh.. ach..”, crot.. crot.. crott.., 8 kali penisku menyemprotkan sperma dalam mulut Nia dan dia menelan semuanya sampai-sampai kamipun terbit secara bersamaan.

Akhirnya Niapun menggelimpang disampingku sesudah menjilati semua penisku sampai bersih. “Makasih ya Man aku dah lama nggak orgasme semenjak suami gue kabur..”, kata Nia “Emang suami anda kemana?” “Ga tau tiba-tiba dia ngilang sesudah gue ngelahirin anak gue” “Lho anda dah punya anak?” “Udah usia setahun, Man” Kemudian Nia mendekap saya dengan eratnya. Lalu dia mendongakkan kepalanya ke arah saya, kemudian saya cium bibirnya lembut dia juga membalasnya namun lama-kelamaan ciuman itu pulang menjadi ciuman sarat nafsu.

Kemudian Nia memgang kemaluan saya yang masih tersingkap dan meremas-remasnya sampai-sampai secara otomatis ‘adikku’ langsung berdiri dan mengeras. Kemudian Nia menaiki tubuh saya lal……u menjilati berakhir seluruh tubuh saya mulai dari mulut sampai ujung kaki. “Ach..” desahku sejalan dengan jilatan di tubuhku.

Kemudian Nia mengulum penisku tampak jelas dari atas bagaimana penisku terbit masuk mulutnya yang mungil itu. “Ah. sst.. enak Sayang terus sedot Sayang achh..” desahanku semakin mengeras. Lalu kuputar tubuhku sampai-sampai posisi 69 dengan Nia diatas tubuhku kemudian aku menjilati vagina Nia dan kuisep klitoris Nia. “Ahh.. enak Man terus Sayang, aku Sayang anda achh..” desah Nia meninggi.

Kemudian Nia memutar tubuhnya pulang dan dia memegang ‘adikku’ yang telah siap tempur itu, dipaskannya ke liang vagina sesudah pas perlahan-lahan diturunkannya pantat Nia. Sehingga perlahan-lahan masuklah penis saya ke liang senggama Nia “Auw.. sst.. ohh.. geede banget sih punya anda yang” lirih Nia. “Punya kamu pun sempit banget Yang, enak.. ah..” kataku. Perlahan-lahan aku tekan terus penisku ke dalam vaginanya yang sempit itu.

Akhirnya sesudah amblas semuanya Nia mulai mengerakan pinggulnya naik turun sehingga menciptakan penis saya laksana disedot-sedot. Nia berada diatasku selama 15 menit sebelum kesudahannya dia mengerang. “Ahh.. Sayang aku terbit Yang, ahh..” racaunya.

Setelah tersebut tubuh dia melemas dan mendekap aku namun sebab aku sendiri pun mengejar puncak ku maka langsung kubalik tubuhnya tanpa melepas penisku yang terdapat di dalam vaginanya. Setelah aku berada diatasnya maka langsung kugenjot Nia dari atas terus menerus nyaris kurang lebih 20 menit sampai akhirnya Nia merasakan orgasme yang ketiga kali dalam masa-masa yang singkat ini.

“Ahh.. Sayang aku terbit lagi Sayang ahh..” Desah Nia. “Kamu lama banget sih Sayang” desah Nia seraya terus menggoyangkan pinggulnya memutar. “Ahh terus Sayang sstt enak Sayang terus..” racaunya. “Iya aku pun enak Sayang terus Sayang ahh.. enak Sayang mentok banget ah..” racauku tak kalah hebatnya. Akhirnya sesudah aku menggenjot Nia selama tidak cukup lebih 40 menit aku menikmati seperti terdapat yang mendesak hendak keluar dari unsur penisku.

“Sayang, aku mau terbit Sayang” “Mau di dalam atau diluar Sayang?” kataku. “Bentar Sayang aku pun mau terbit lagi nih ahh..” desah Nia. “Di dalem aja Sayang biar aku tambah puas” desah Nia lagi. “Ahh.. sst.. Sayang aku terbit Sayang ahh..” racauku “Barengan Sayang aku pun sampai ah.. ahh.. oh..” desah Nia. “Ahh.. Sayang aku terbit Sayang ahh.. sst.. ohh..” desahku. “Aahh” menyemprotlah spermaku sejumlah 9 kali. “Emmhh..” saat tersebut juga si Nia merasakan orgasme….”Makasih ya Sayang” kata Nia sambil menghirup bibirku mesra.

Setelah tersebut kami langsung mencuci diri di kamar mandi dan didalam kamar mandi juga kami sempat ‘main’ lagi saat kami saling mencuci punya pasangan kami setiap tiba-tiba Nia jongkok dan mengulum punyaku pulang dan au dalam posisi berdidi mencoba menyangga nikmatnya

Namun aku tidak tahan menyangga gejolak yang terdapat maka aku duduk di ws dan Nia duduk di atasku dengan posisi menghadapku dan dia memasukkan pulang penisnya kedalam vaginanya. “Bless.. ahh.. sst.. enak Sayang ahh..” racaunya mulai merasakan permainan.

Namun sesudah 15 menit aku merasa jenuh dengan posisi seperti tersebut maka aku suruh memutar tubuhnya membelakangi aku dan aku angkat perlahan tanpa melepas penisku dan aku suruh Nia menungging dengan berpegangan pada tepian bak mandi dan saat dia menungging langsung aku genjot maju mundur seraya meremas-remas buah dadanya yang mengayun-ayun.

“Ah.. Man aku mau terbit Man..” desahnya. “Man aah..”, terasa cairan orgasme Nia kembali mengairi penisku. Karena situasi Nia yan lemas maka aku menyimpulkan untuk mencungkil penisku dan Nia melanjutkannya dengan mengulum penisku sampai akhirnya.

“Ni aku mau terbit Sayang.. ah..”, Sambil kutekan dalam-dalam kepalanya ke arah penisku sampai-sampai terlihat penisku amblas seluruh ke mulutnya yang mungil itu. Dan saat Nia menyedot penisku maka.. “Ah.. Ni..” kesudahannya aku semprotkan semua spermaku ke mulut Nia dan aku lihat Nia menelan seluruh spermaku tanpa terdapat yang tumpah dari mulutnya bahkan dia mencuci penisku dengan menjilati sisa-sisa semua sperma yang ada.

Setelah tersebut kami saling mencuci tubuh kami setiap dan kami pulang ke kamar dengan tubuh yang sama-sama telanjang bulat dan kami tiduran sambil berdekapan tanpa sehelai benang juga yang menutupi tubuh kami dan kami saling menghirup dan meraba serta ngobrol-ngobrol sejenak.

Tanpa terasa kami telah berada di rumahku nyaris selama 4 jam. Maka kesudahannya kami mengenakan baju kami setiap dan setelah tersebut aku mengirimkan Nia kembali ke kostannya di wilayah Blok M dan berjanji guna saling menghubungi. Hingga ketika ini diturunkan kami masih sering mengerjakan hubungan intim.

Kusetubuhi Istri Orang Yang Menyetubuhi Istriku

Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa.

Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen. Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi.

Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu. Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak.

Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami. Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter. Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.

Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya. Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.

Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku. Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari. Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampur aduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit.

Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya m***k isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng. “Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang. Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali. “Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”. Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.

“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..” Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri. “Ahh…” Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang m***k isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada m***k isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana m***k isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.

Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”. Pelan-pelan dipompanya m***k isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan p****t isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu. “Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..” Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah d**a isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging. Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang m***k isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan anjing yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku. “Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..” Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.

“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..” Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri. “Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..” “Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..” “Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh” Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku. Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya.

Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah. “Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk. “Maafkan isteriku yah” Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya. “Ayo ke kamarmu Mbok.” Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. t***k cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain. Kepalanya ditimpakan di dadaku.

Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari d**a laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian d**a dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.

“Ehhmm.. Eehhf..” Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya. “Ehh.. Ehhshs..” Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya. Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari t***k sampai leher kanan kiri dengan lidahku. “Oohh.. Paakk.. Oohh..” Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya. “Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang. Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. j****t mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul Dia dan menjatuhkannya di ranjang.

Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, t***k, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya. “Oohh.. Paakk.. Ohh..” Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini. “Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..” Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya. “Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.” Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.

“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak. Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku. Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu. Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri. Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan s*x party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.