Category: Cerita Sex Menikmati Pembantu Baruku

Dendam Yang Terbalas Dengan Menyetubuhinya

Kisah ini terjadi ketika aku masih pertama masuk kuliah, jurusan Teknik Mesin. aku masih berpacaran dengan seorang gadis yang bernama Lisa. Kami mulai berpacaran ketika masih di kelas 3 SMA. Lisa sebaya denganku, walaupun dia lebih tua dua setengah bulan. Lisa menurutku mempunyai sifat agresif. Dahulu ketika kami belum berpacaran, Lisa-lah yang mendekatiku, walaupun aku akhirnya yang berbicara lebih dahulu.

Menurutku Lisa cantik. Tubuhnya kecil, tidak lebih tinggi dari bahuku. Ukuran dadanya..? Memang tidak terlalu besar, yaitu 32B. Jika dibandingkan dengan tubuhnya yang kecil, ukuran dadanya cukup besar. Pertama aku melihatnya, dia nampak seperti bidadari. Kecil mungil, anggun, dan gerak geriknya menarik.

Tetapi setelah aku berpacaran dengannya, kuketahui Lisa bukanlah tipe gadis yang setia. Selama berpacaran aku tidak pernah melakukan persetubuhan dengannya. Namun setelah aku mengetahui Lisa tidak setia, aku berubah pikiran, dan merencanakan suatu niat pembalasan kepadanya.

Hari itu, hari terakhir sebelum aku diputuskan oleh Eli, aku mengajaknya ke rumahku. Saat itu di rumahku hanya ada dua orang pembantuku. Orangtuaku sedang pergi ke luar kota karena ada urusan keluarga, dan kakakku sedang pergi ke rumah temannya. Di rumahku, aku menyuruh pembantuku membuatkan minuman untuknya. Kami berdua berbincang-bincang beberapa saat dan kemudian aku mengajaknya ke balkon lantai dua. Disana aku bertanya kepadanya, apakah dia benar-benar menyukaiku. Lisa nampaknya grogi ketika mendengar pertanyaanku, dan aku terus mendesaknya. Tentu saja akhirnya dia menjawab “ya”.

Aku merangkul dan mencium keningnya. Lisa diam saja, sehingga membuatku semakin penasaran. Lalu kupeluk pinggangnya dan kucium telinga serta lehernya, sehingga aku mulai merasa Lisa terhanyut oleh permainanku. Setelah itu aku melakukan sedikit permainan padanya, dan nampaknya Lisa benar-benar terbawa nafsu, aku bertanya kepadanya.

“Lis, badan lo bagus deh. Gue lihat ya?” kataku sambil berusaha melepaskan kancing bajunya.

Ternyata Lisa melakukan perlawanan, sehingga aku memegang kedua tangannya dengan tangan kiriku, serta terus membuka bajunya secara paksa. Lisa kemudian berhenti melawan. Seluruh kancing bajunya akhirnya berhasil kubuka, namun bajunya tidak kutanggalkan. Dia nampak seksi.

Langkah pertama, aku mencium rambutnya sambil mengenggam tangannya, sementara tanganku yang lain memeluk pinggangnya. Aku senang karena ternyata Lisa memberikan respon. Tentu saja aku tidak memperkosanya. Aku membimbingnya ke dalam, dan membawanya ke dalam kamarku. Kemudian aku membuka baju dan celanaku, sehingga aku tinggal memakai celana dalamku. Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya, dan Lisa membalas permainanku. Hebat juga, ternyata dia sangat pandai berciuman dengan lidah. Lisa membuka celana dan bajunya, sehingga dia hanya memakai pakaian dalamnya saja. Mataku tidak lepas memandang belahan payudaranya yang terlihat jelas.

“Lis, buka dong..!” kataku meminta.

Lisa menurut saja. Dia membuka celana dalamnya terlebih dahulu, sehingga aku dapat melihat vaginanya yang dihiasi bulu hitam keriting yang cukup rimbun. Kemudian dia membuka bra-nya, sehingga kedua payudaranya yang membulat kencang dengan puting susunya yang kemerahan terbuka polos, tegak menantang untuk dilumat. Dia tersenyum dan mendekatiku. Aku kemudian menjilati telinga dan tengkuknya. Lisa kegelian dan tertawa kecil.

Melihat kedua payudaranya yang indah dan montok itu, hatiku tidak sabar dan ingin segera merasakan kenikmatan kedua benda tersebut. Kusapukan perlahan jariku pada permukaan payudara kanannya yang halus dan lembut. Kuraba puting dan lingkaran areola-nya dengan perlahan, sehingga Lisa memejamkan matanya menikmati sensansi di puncak payudaranya. Kucubit perlahan putingnya dan kutarik, sehingga Lisa mengeluarkan desahan tertahan. Lalu kukulum payudaranya dan kuhisap dengan kuat seolah-olah aku menyusu padanya dan ingin menyedot seluruh isi payudaranya. Aku menyedot, mengulum, dan menggigit payudaranya bergantian, sehingga aku merasakan kepuasan dari payudara tersebut. Dengan melepaskan perasaan gemas yang telah lama tertahan, tanganku cepat meraih payudaranya dan kuremas dengan kuat, Lisa mengaduh kesakitan. Tanganku terasa meremas daging lembut kenyal berisi jaringan kelenjar yang membuat birahiku terbakar.

“Aduh, Wil..! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan.

Aku melepaskan tanganku dan jariku masuk ke liang vaginanya. Kugesek-gesekkan jariku disana sehingga Lisa mengerang. Aku lalu menunduk dan menjilati vaginanya, sehingga Lisa mendesah dan tidak mampu berdiri. Dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Aku terus menjilati bibir vaginanya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding vaginanya dengan cepat.

Lisa menggeliat-geliat liar sambil memegangi kepalaku.
“Ahh.. mhh.. Wil..” demikian desahannya sambil menyebut-nyebut namaku.

Aku terus beroperasi di vaginanya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Lisa. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam vaginanya, membuat Lisa tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan vaginanya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga Lisa semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya, aku mengambil posisi dan membuka celana dalamku. Batang penisku sudah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya.

Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya.. lo bakal habis, cewek sial..!”
Aku mengangkat tubuhnya yang kecil itu dan membantingnya ke tempat tidur, sehingga dia telentang sambil mengaduh.

Sebelum dia sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan penisku ke dalam vaginanya dengan cepat, sehingga dia berteriak kesakitan. Nyaman dan hangat sekali vaginanya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat Lisa merasakan sakit pada vaginanya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua daging yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Lisa menjerit setinggi langit. Tangannya mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!

Selanjutnya sambil tetap mencengkeram kedua payudaranya dan tetap menyetubuhinya, aku memutar-mutar tanganku dengan cepat dan menarik kedua payudaranya dengan kuat.

“Lebih baik bila aku bisa membetot putus kedua payudaranya!” batinku.

Dengan pikiran seperti itu, aku membetot kedua payudaranya dengan kuat, sehingga sekali lagi Lisa berteriak keras. Entah apa pikiran pembantuku di bawah sana, aku tidak perduli. Lalu aku menekan kedua telapakku ke dadanya, sehingga kedua payudaranya tergencet dengan keras dan sekali lagi Lisa mengaduh kesakitan. Tanganku merasakan enak sekali mempermainkan kedua daging kenyal kembar milik Lisa tersebut.

Sementara gerakan sanggamaku semakin cepat dan kasar, sehingga Lisa akhirnya terkulai lemas kehabisan tenaga menahan sakit yang dideritanya. Setelah beberapa saat aku merasakan buah zakarku geli luar biasa dan penisku berdenyut-denyut. Akhirnya aku orgasme, dan penisku menyemprotkan cairan spermaku berkali-kali ke dalam kehangatan rahimnya. Semprotan terakhir membuatku lemas dan terjatuh menindih tubuhnya.

Beberapa lama kami berdua berdiam dengan penisku masih tertancap pada lubang miliknya. Tubuh mungilnya terkulai lemas dengan denyutan jantungnya yang turun naik, menandakan dia sangat kecapaian. Rupanya tindakanku sempat membuat tubuhnya hampir pingsan dan tidak kuasa lagi menahan sakit dan lelahnya.

Aku memperhatikan dririnya yang terbaring tidak berdaya dengan nada senyuman yang puas dalam hati.

“Benar-benar puas sudah apa yang kulakukan sekarang terhadapmu.. Heh..!” kataku dalam hati sambil kubangkit dan kemudian memakai pakaianku, sementara Lisa Mulai menangis tersedu-sedu dengan masih bertelanjang bulat.

Aku dapat melihat beberapa bekas lecet akibat kekasaranku pada payudaranya.

Sambil menangis, Lisa memakai pakaiannya kembali. Setalah selesai dia memandangku dengan kebencian dan menamparku!

“Bajingan lo, Will! Lo maniak! Kita putus!!” makinya.

Aku hanya tersenyum mengejek. Aku maniak..? Dalam hati aku tertawa. Perduli amat..! Yang penting aku puas dan sakit hatiku terbalas.

Di Sudut Kelas: Kisah Cinta Pertamaku yang Penuh Kenangan Manis

Panggil saja aku Renald, ABG ganteng dan bahkan sebagian teman-temanku mengatakan kalau aku pantas jadi artis. Gimana tidak, aku tinggi, wajahku ganteng, tubuhku juga atletik, hingga banyak cewek-cewek disekolahku naksir sama aku, namun aku hanya menanggapinya biasa saja karena aku belum ada cocok.

Hingga akhirnya orang tuaku pindah kota dan aku harus ikut pindah sekolah juga dan aku belum mempunyai kenangan disekolahku yang lama, sungguh malang banget nasibku ini. Setelah aku pindah disekolahku yang baru, dengan bermodalkan wajahku yang ganteng tak sulit aku mencari teman disana hingga aku mendapatkan teman dekat yang bernama Farida.

Ceritanya berawal dari sini, Hari pertama aku masuk kelas 3 aku di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA aku orang pinter wajar masuk IPA hauahahhauah!! Aku di kenalin sama guru aku n kepsek di kelas udah gitu aku di suruh duduk di samping cewe yang langsung aku kenal namanya Farida,

Tingginya sebahunya aku badannya sintel banget pay*dar*nya yang selalu buat aku ndisir melulu klo deket dia aku sempet tuker-tukeran no. hp sama dia setelah aku tau dia kaya’ gimana aku coba aja jadian sama dia. Aku jalan sama dia masih sampai sekarang dia klo deket aku rada” b*nal N*ps*an bersyukur banget aku dapet cewek macem gitu waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk aku sama Farida ngobrol aja dipojok kelas.

Maklum tempat duduk aku sama dia di taro di pojok sama walas pertama aku sich nggak berani ngapa ngapain dia di kelas tapi klo udah masuk ke mobil aku abis tuch cewe waktu itu aku liat temen aku lagi cip*kan di depan kelas balakng meja guru tiba” aja cewe aku ngomong gini.

“tuch rido aja berani masa’ kamu kalah sama dia??”
“ha? aku kalah, belum sempet selesai bib*r aku di lahap sama Farida di bales aja dengan c*uman n sed*tan yang bikin dia ampun-ampunan sama aku. Farida sempet ngasih l*dahnya ke aku. tapi aku lepas c*umannya.

“kenapa??” aku bilang aja begini
“aku nggak mau maen l*dah di kelas takut kelewatan”
“ya udah maen biasa aja”

Aku lanjutin c*uman aku di bawah bangku meja aku aku dorong ke depan supaya lebih luas aku ngelakuin c*uman demi c*uman. “ahhhhhh ahhhh ndree” Kata-kata itu selalu keluar dari mulutnya. Setelah aku puas c*umin tuch bib*r, aku turun ke bawah ke lehernya dia yang makin membuat dia kewalahan.

Dan tangan aku ngeremes” pay*dara dia yang ukurannya aku taksir 35 tau A B C D cuz setiap aku tanya dia g pernah mau jawab aku remes tuch d*d*nya sampe dia kel*jotan setelah aku nandain tanda merah di lehernya dia ngeremes remes k*nt*l aku yang membuat ni pen*s kagak kuat lagi buat nahan di dalam k*ncut maupun masih make baju seragam.

Aku ngelakuin di dalam kelas aku tetep nggak gentar aku bukan resleting seragam aku n aku keluarin tuch siADEK dan si Farida udah siap dengan mulutnya yang menganga aku sempet nutupin dia pake jaket aku sehingga misalnya temen aku nanya aku bilang aja lagi sakit.

J*latan demi jil*tan dia beri untuk aku. is*pan dia bikin aku nggak kuat lagi buat nahan keluarnya m*ni aku. l*dahnya bergoyang” di pen*sku dan. “akhhhhhhh crotttttt croooootttt crotttttttttttt” keluar m*ni aku. Farida membersihkannya dengan mulutnya dan di k*c*k” trus di Pen*sku.

Selesai itu aku bersiin mulutnya dia pake tissue yang ada di kantongnya aku sama Farida kembali berc*uman fre*nc kiss,,, l*dahnya dia ber gelugit” di dalam mulut aku. Jam 12.00 aku balik sekolah sebelum aku gas mobil aku ke rumah aku di bilangan bekasi nggak jauh dari rumahnya Farida aku bermain d*d*nya Farida dolo di mobil aku aku buka kancing seragam pelan-pelan.

Di bantu Farida dengan n*psu yang ganas Farida ngerti maksud aku and dia nge buka tali **Nya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara is*pan aku muncul di depan aku. dengan n*psu di ujung rambut aku *sap put*ng sus*nya tangan kiri aku megangin kepala belakang dia san tangan kanan aku ngeremes” d*d* yang satu lagi.

“ahhhhh. Renald pelan” donkkk Farida udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh”.
Put*ng Farida yang berwarna merah ke merah” mudaan tertelan abis oleh mulut aku and tiba” aja tubuhhhhh Farida mejelijang seperti cacing kepanasan aku s*dot trus d*d* Farida sampai put*ng itu terasa keras banget di mulut aku

Farida cuma diam dan terkulai lemas di mobil aku aku liat parkiran mobil di sekolahan aku udah sepi Farida mengancingi baju seragamnya satu aku bantu supaya cepet. Selama perjalanan pulang Farida tetap lemas dan memejamkan matanya aku kecup keningnya sesampai di rumah aku,

Farida bangun dan dia pengen ke kamar kecil aku suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dia bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah, selesai dari kamar mandi aku liat Farida nyopot **nya terlihat jelas put*ngnya dan bongkahan sus* sebesar melon itu.

Belum sempat masukin baju ke tasnya dia dia aku dorong aku tempat tidur dan aku lahap bib*rnya dan dia membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan n*psu aku yang cuma make bokser doank ke walahan tangan dy bermain” di sel*ngak*ngan aku.

Aku bermain di leher dia dan aku buat cap merah lagi di lehernya aku sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make cel*na d*lam G str*ng dengan perlahan” dia nurunin roknya dan dy hanya menggunakan cel*na d*lamnya aku copot dan aku jil*tin v*gin*nya.

”ahhhhhhhhhhhhhhhhhh. . Ndree.ahhh hhhhhhh” cuma kata” itu yang keluar daru mulutnya. aku rasain v*gin* Farida semakin keras dan aku gigit kelent*tnya dia terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu aku.
“Ndree puasin akuwww dunkkkkkkk.” nggak pake cing cong aku jil*t n aku sodok” tuch v*gin* pake telunjuk aku.

“Ndree aku keluarrrrrrrrrrrrrrrr.” v*gin* Farida basah ketika di depan mata aku.
Di sedot sampai bersih tuch v*gin* udah gitu aku liat dia memegang bantal dengan keras. aku deketin dia dan aku c*um bib*r dia. ternyata dia blum lemas.

Dia bangkit dan memegang k*nt*l aku dan di koc*kinnya sampe si ADEK meng*cung sangat keras. k*nt*l aku di masukin ke mulutnya Farida di masukan di keuarkan sampai” di sedotuhhhhhhhhh. Nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi biji z*kar aku juga nggak lupa ikut ke s*dot.

Pass b*ji aku di sedot rasanya aku pengen FLY k*c*kin Farida semakin panas dan h*sapannya semakin nggak manusiawi lagi wajahnya tambah m*niss kalo dia sambil h*rny begini.
Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh. crottttttttttttttttttttttttttt tt

Man* aku tumpah semua ke lantai kamar aku yang sisanya di jil*tin Farida sampai bersih aku bangkit dan menarik tangan Farida aku c*umin d*d*nya aku keny*t”lagi put*ngnya sampai merah. aku cupang di sebelah put*ngnya m*nis banget sus*nya membuat aku semakin n*psu sama dia.

“Faridaku sayang masukinnn sekarang yach??”
“Ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu.”
Aku bertukar posisi Farida di bawah dan aku di atas sebelum aku masukan aku gesek” dolo di depan v*gin*nya belum aku masukin aja Farida udah meringis” aku dorong perlan”

“Ndree pelan” sakit. nee”. di bantu dengan tangannya dia perlahan” k*nt*l aku masuk baru seperempatnya masukkk aku cabut lagi dannn aku sodok lagi dan akhirnya masuk semua. aku lihat Farida sangat menderita tapi sepertinya dia seneng banget udah semuanya masuk aku goyangin aku maju mundurin perlahan lahan.

Bok*ng Farida pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan. setelah beberapa menit aku goyang” tiba” badan Farida mengejang semua. dan akhirnya Farida org*sme untuk ke tiga kalinya. Aku cabut kembali pen*s aku dan Farida berada di atas aku. Posisi ini membuat aku lebih rileks.

Farida memasukannya pelan-pelan. Digenggamnya pen*sku dan dimasukannya pen*sku ke v*gin*nya. Dan blesssss ternanam semua di dalam v*gin*nya. Badan Farida naik turun mengikuti irama, Farida mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala aku posisi ini membuat aku bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus aku em*t” kecil put*ngnya Farida dan mer*mas r*masnya. bok*ng Farida terusss bergoyaanggg.

”Ahhhhhhhhh ahhhhhhhhh. is*ppp teruss ndree” badan Farida mengenjang dan ” Renaldeee akuuu pengen keluar lagi”.
”Akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt tahannnn sebentarrrrrrr lagi”. aku dan Farida mempercepat permainan dan akhirnya”ahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh. aku keluar. kata” itu yang mengakiri permainan ini. Sampai sekarang pun Farida tetep bermain sama aku. Kami tetap melakukan banyak hal. Dan aku di tunangin sama Farida karena orang tua kami sama-sama setuju atas hubungan kami.

Menikmati Pembantu Baruku

Hari Minggu siang ini aku sedang santai membaca buku Anthony De Mello yaitu Kicauan Burung, ketika aku mendengar suara mobil istriku berhenti didepan garasi. Suaranya yang nyaring itu, terdengar ketika ia memanggil pembatuku untuk membuka pintu garasi. Aku melongokkan kepalaku kearah garasi ketika dia masuk dengan membawa bebarap kantung belanjaan.

“Anindi, masukkan barang-barang ini ke kulkas segera ya..” perintahnya kepada pembantuku. Anindi adalah pembantuku satu-satunya, setelah kemarin Nurul minta ijin untuk berhenti karena mau dikawinkan oleh kedua orang tuanya.. Tak lama kemudian istriku datang menghampiriku yang sedang santai membaca sambil nonton acara TV.. “Pa ini pembantu baru yang gantiin si Nurul, aku baru ambil dari yayasan di Depok. Namanya Anindi pa,” jelas istriku.

Dibelakangnya berjalan dengan kepala tertunduk si pembantu baru ini. Sosok tubuhnya cukup tinggi, dengan wajah yang mencerminkan gadis dari desa dan perawakan yang cukup bagus. Yang membuat aku agak memberikan perhatian lebih lama adalah bongkahan daging yang sangat menonjol didadanya itu. Aku memang gak bisa menahan diri, jika melihat buah dada yang membusung seperti itu. Wah enak nih kalau bisa meremas dan mengulum buah dada seperti ini, pikirku..

“Umurnya baru 22 pa, tapi dia dah pengalaman jadi TKW ke Arab,” jelas istriku. “Ini bapak ya di, kamu mesthi layani Bapak dengan baik lho..” “Iya bu, saya akan lakukan,” jawabnya sambil tetap menundukkan kepalanya, sehingga membuatku lebih leluasa untuk mengamati tonjolan buah dadanya yang bulat itu. “Ya sudah sana,” kataku, “kamu bantu Anindi di belakang. Yang penting kamu kerja yang baik.”

“Iya pak, terima kasih saya boleh kerja disini..” sahutnya sambil membalikkan badan dan berjalan kearah dapur. Sempat aku perhatikan perawakannya dari belakang, ternyata dia punya pantat yang cukup bundaar dan sekal, paha dan betisnya sangat bagus bentuknya walau kulitnya tidak terlalu putih. Ini jenis body

yang sangat membangkitkan selera nafsu birahiku. Tak terasa adikku sudah mulai bangun dan menggeliat ketika membayangkan pembantu baruku tanpa sehelai benang ditubuhnya.. Aaaargghh….!!!

Pekerjaanku sebagai konsultan lepas untuk beberapa perusahaan membuatku lebih sering berada dirumah, dan mengerjakan segala sesuatunya dirumah. Aku keluar rumah ketika ada klien atau mitra yang harus kutemui, selebihnya aku lebih senang menghabiskan waktuku dengan bermain bersama anak-anaku. Sehari-hari setelah mengantar anak-anakku kesekolah, aku kembali kerumah dan mulai mengerjakan tugas-tugasku .

Aku sedang diruang kerjaku menulis analisa tentang perusahaan telekomunikasi T yang merupakan kompetitor dari klien utamaku, ketika Anindi melewatiku dengan membawa peralatan pembersih, “Permisi pak, mau bersihin kamar dan kamar mandi Bapak..” jelasnya lirih sambil menundukkan kepalanya. Kupandangi wajahnya yang masih tetap menunduk, an kemudian turun kedadanya yang membusung, padat dan tegak.

“Kamu umur berapa sih sekarang Di?” tanyaku sambil tetap tidak melepaskan pandanganku dari dadanya. “Saya  22 tahun pak, tahun ini,” jawabnya sambil masih tetap menundukkan kepalanya. “Kamu dah kawin ya,” tebakku sambil bersuara agak tegas, walau ngakunya pada istriku masih gadis. “Jangan bohong kamu sama aku ya..” tegasku. Dia makin menundukkan kepalanya dan kemudian menjawab lemah, “Sudah pak, tapi jangan bilang ibu ya pak, saya sangat butuh banget kerjaan ini pak. Anak saya sangat perlu uang untuk beli susu dia pa..” “Ya sudah, sana.. Tapi kerja yang baik dan nurut disini ya, sama aku.. Jangan bantah..

Tolong klosetnya jangan lupa kamu gosok yang bersih, ya Di..” kataku, sambil tak lepas menatap dadanya yang nampak lebih membusung hari ini dengan kaus oblong putih yang agak kekecilan itu.. “Makasih pak, saya akan nurut bapak, tapi jangan bilang ibu ya pak..” pintanya lirih. He….he…he.. ada kartu AS ni buat aku untuk muasin sikecil yang sudah mulai tegak.. Oke untuk hari ini kamu aku biarkan lolos dari incaranku, sambil mulai memikirkan cara untuk dapat menikmati tubuhnya, terutama dadanya sang sangat tegak, padat dan sekal itu..

Pagi itu aku sedang mengetik kerjaan didepan komputer ketika Anindi lewat untuk membersihkan kamarku.. Hemmhh.. Masiih dengan kaus yang agak ketat, dadanya tampak sangat membusung dan menggairahkan.. “maaf pak mau bersihkan kamar dan kamar mandi bapak..” pintanya sambil masih menunduk.. “Ya sudah sana,” jawabku sambil tak lepas menatap buah dadanya yang indah..

Aku melanjutkan pekerjaanku sambil memikirkan cara yang tepat untuk menikmati buah dada pembantu baruku ini.. Ketika kudengar dia memasuki dan membersihkan kamar mandiku, aku segera bangkit dan menyusul masuk ke kamar mandi.. “Di tolong kamu potongi bulu rambut yang ada ditelingaku ini ya.. Hati-hati tapi kamu, jangan sampai luka..” kataku. Dengan hati-hati dia mulai memotongi rambut di telingaku, dan dengan sengaja kuangkat sikuku, sambil berpura-pura meringis kesakitan, hingga menyentuh tonjolan didadanya..

Dia agak mundur sedikit, tapi kembali sikuku mengejar buah dada yang kesat itu. Wah masih padat dan kenyal sekali, sehingga adikku mulai tegak.. Ketika kusuruh dia pindah kekuping kiriku, sekarang dengan telapak tanganku kananku kusentuh, kutekan, dan mulai kuremasi buah dada yang sudah beberapa hari ini menghantuiku.. Dia menjauhkan tubuhnya dan berhenti memotong rambut kupingku.. “Paakk, jangan pak..”pintanya lemah.. Tapi aku segera menghardiknya “Ayo, lanjutkan motongnya!!!” Dengan takut-takut dia melanjutkan kegiatannya dengan hati-hati, dan kembali aku menjulurkan telapak tanganku untuk meremas dadanya.Meski dia berusaha menghindar tapi aku malah berusaha untuk memasukkan tanganku kebalik kaus ketatnya, dan akhirnya berhasil kusentuh dan kuremas dengan nikmat buah dadanya yang sebagian lagi masih tersembunyi dibalik BHnya. “Pakk, jangan pakk.. nanti dimarahin ibu pakk…”pintanya lirih sambil berusaha lari keluar kamar mandi.. Karena takut nanti dia berteriak, akhirnya ku biarkan di keluar dari kamar mandi.. Uhh… ini buah dada yang terkenyal dan terpadat yang pernah kurasakan… Awas kamu nanti Anindi, janjiku pada diriku sendiri.. Aku harus bisa menikmati lebihhh…..

Biasanya anak-anak memang tidak tidur bersama aku dan istriku..Dan Anindi setiap malam tidur dikamar tidur anakku, dan menemani mereka ketika mereka tidur dikamar itu.. Tapi malam itu anak-anak tidur dikamarku, jam 21.30 mereka sudah terlelap dikeloni oleh istriku. Aku masih didepan komputer, ketika kudengar suara langkah kaki Anindi menaiki tangga dan masuk kekamar anakku..

Ah.. malam ini aku harus menikmati lagi kenyalnya buah dada si Anindi pikirku.. Tiga jam kemudian, setelah yakin istriku lelap dalam tidurnya, aku mengendap-endap mendekati kamar anakku dan menempelkan kupingku kepintu.. Aku yakin Anindi sudah tidur, karena dari dalam kamar anakku hanya suara desis AC saja yang terdengar.. Kunci pintu kamar anakku memang sengaja aku sembunyikan, sehingga dengan leluasa aku masuk dan segera menutup kembali pintu..

Kulihat Anindi tidur dengan nyenyaknya, dan dada yang membusung itu nampak dengan jelas dibalik setelan dasternya yang longgar.. Kucoba untuk membuka kancing atas dasternya, ternyata dia tidak mengenakan BH malam ini.. Waaahh….pucuk dicinta ulam tiba, pikir ku.. Setelah lima kancing terbuka semua, maka menyembullah buah dada yang bulat dan tegak.. Aku yakin ukurannya tidak kurang dari 36c, dan yang membuatku tambah terangsang karena buah dadanya tetap tegak kencang walau dia dalam posisi telentang.. Kutangkupkan telapak tangan ku pelan-pelan diatas dada indah itu, dan pelan-pelan aku mulai meremasnya.. Wahhh adikku sudah mengeras dengan cepatnya, dan nafsuku makin tak tertahan..

Segera kuhentikan remasanku, ketika dia bergerak hendak pidah posisi walau masih dalam keadaan tidur. Ternyata posisinya malah makin membuatku spaneng.. Sekarang dia telentang sepenuhnya, dan kedua kakinya membuka agak lebar, dengan buah dadanya membusung tegak tanpa tertutupi daster atasnya yang telah kubuka kancingnya.. Aku sudah tak dapat menahan lagi nafsuku yang memuncak, segera kuaposisikan kedua lututku diantara kedua pahanya dan kutindih dia seraya mulutku tanpa basa-basi lagi segera mengulum dan mengisapi buah dadanya..

Anindi terbangun tapi masih belum sadar apa yang terjadi, dan ketika kesadarannya pulih keadaan sudah terlambat karena buah dadanya sudah sepenuhnya tenggelam dalam kuluman mulutku dan kedua tanganku segera menahan kedua tangannya yang hendak mendorong kepalaku.. Ahhhhh memang enak benar susu pembantu baruku ini.. Benar-benar kenyal dan padat sekali, pantas tetap tegak walau dia dalam posisi telentang dan tanpa penyangga apapun.. Inilah buah dada yang selama ini kuidam-idamkan.. Mulutku tak henti mengulum dan mengisap susu Anindi, putingnya kekecap-kecap dengan lidahku..

Awalnya Anindi masih berusaha memberontak, tapi ketika kukunci pinggangnya dengan pinggangku yang berada diantara kedua pahanya, dan kedua tangannya kutahan dengan tanganku, akhirnya dia pasrah dan mengendurkan pemberontakannya.. Aku makin menggila dan mulutku makin gencar menghajar kedua buah dadanya bergantian.. Nampaknya dia tak bisa menghindar dari rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, sebab matanya muai memejam dan dia seakan menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan itu.. Nafsuku juga makin memuncak melihat ekspresi wajahnya yang mencoba menahan rangsangan yang timbul, dan akhirnya aku coba untuk menarik celana pendek longgar yang dia kenakan sedikit..

Awalnya Anindi masih berusaha memberontak, tapi ketika kukunci pinggangnya dengan pinggangku yang berada diantara kedua pahanya, dan kedua tangannya kutahan dengan tanganku, akhirnya dia pasrah dan mengendurkan pemberontakannya.. Aku makin menggila dan mulutku makin gencar menghajar kedua buah dadanya bergantian.. Nampaknya dia tak bisa menghindar dari rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, sebab matanya muai memejam dan dia seakan menggigit bibirnya sendiri menahan rangsangan itu.. Nafsuku juga makin memuncak melihat ekspresi wajahnya yang mencoba menahan rangsangan yang timbul, dan akhirnya aku coba untuk menarik celana pendek longgar yang dia kenakan sedikit..

Kuhentikan sebentar kegiatanku dengan masih dalam posisi dimana aku duduk diantara bentangan pahanya yang sudah telanjang, dan mulai aku melepaskan kaus dan celana pendek dan celana dalam hingga akhirnya aku dalam keadaan telanjang bulat.. Anindi nampak kaget dan agak ketakutan melihat kelakuanku, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena aku masih tetap mengunci posisinya dibawahku.. Aku mulai lagi mengulum susu Anindi bergantian kiri kanan, sambil menindihnya aku mulai menempatkan kontolku tepat diatas vaginanya..

Sambil meningkatkan seranganku pada susunya, kontolku yang sudah mengeras dengan sempurna kutekankan pada mulut vaginanya.. “Paakkk….jangaaann paaakkk….” keluh Anindi agak lirihhh.. Nafsuku yang sudah diubun-ubun membuatku gelap mata dan tak menghiraukan desah lirihnya.. Kupegang kontolku dengan tangan kananku, dan mulai kutekankan kemulut vaginanya pelan-pelan.. “Aaahhhh …..sakiiiittt paaakkkkk..” jerit Anindi lirih dengan berusaha menggeser pinggangnya kekiri menghindari tekanan kontolku dimulut vaginanya..

“Udah Di jangan gerak-gerak lagi…” bujukku pelan, sambil kembali menempatkan kontolku pada posisi yang tepat dimulut vaginanya dan kebali kutekan hingga masuk kepalanya saja.. “Addduuuhhh paakk… sakkiiitt paakk..” Kembali Anindi hendak menggeser pinggangnya, dan segera aku menahannya sambil sedikit membentaknya dengan galak “Diaamm aja kamu Di…” Dengan ketakutan akhirnya dia menghentikan usahanya untuk menggeser pinggangnya, dan dengan nikmatnya kembali aku menekankan kepala kontolku kedalam mulut vaginanya.. Yeeessss…. mulai masuk setengahnya, rasanya luar biasa enaakkk..

Kulihat dia memejamkan kedua matanya dan gigi atasnya menggigit bibir bawahnya menahan sakit dan nikmat ketika kontolku yang berdiameter 3 cm dan panjang 16cm mulai menyeruak makin kedalam… Akhirnya dengan sentakan yang agak kuat akhirnya kontolku masuk sepenuhnya kedalam vagina Anindi… Ahhhh.. Benar-benar nikmattt cengkraman vagina Anindi, dia mengejan menahan rasa sakit ketika seluruh batang kontolku masuk menghunjam kedalam vaginanya… Rasa-rasanya seperti dipijat dan disedot-sedot.. Akhirnya pelan-pelan aku mulai menggerakan kontolku mundur separo, berhenti sedetik dan mulai maju lagi hingga habis tenggelam dalam cengkeraman nikmat vagina Anindi..

Kutingkatkan pelan-pelan kecepatan gerakan maju-mundurku, dan nampaknya Anindi mulai merasakan nikmat yang luar biasa ketika batang kontolku menggesek bagian dalam vaginanya.. Rasa sakit ketika kontolku yang besar habis tenggelam dalam vaginanya, mulai tergaintikan dengan rasa nikmat tadi… Mulai kupacu keras dan cepat hunjaman batang kontolku kedalam vaginanya..”Adduhh… ppaaakkk…” desahnya lirih yang makin meningkatkan nafsuku, sehingga sambil tetap mengayunkan batangku kembali kedua susunya menjadi bulan-bulanan mulut dan tanganku.. “Aaahhhh ….. ini bener-bener enak Di…” kataku…

Setelah lebih 15 menit aku mengayun dengan kecepatan yang bervariasi, akhirnya kuhentikan ayunanku dan kulepaskan kontolku dari cengkeraman vaginanya yang luar biasa peret… “Ayo kamu telungkup dan agak nungging dii..” perintahku agak galak, sambil membantunya telungkup dan menarik agak keatas pantatnya yang sekal, indah, dan membulat itu.. Kuposisikan kembali kontolku yang masih keras kearah mulut vaginanya, dan “…bblleesss…” suara itu mengiringi amblesnya lagi batang kontolku kedalam vagina Anindi.. Dan kembali rasa seperti disedot dan dicengkeram otot-otot vagina Anindi yang kencang dan masih sempit itu melanda seluruh rangsang syarafku.. Mungkin dia kembali mengejan untuk menahan rasa sakit yang masih terasa dari sodokanku kedalam vaginanya…

Pelan kembali kuayun pinggangku kedepan dan kebelakang, sambil tanganku menahan dan meremas pantat Anindi yang bulat, sekal, dan padat itu.. Pemandangan itu membuat nafsuku makin kuat, apalagi ketika melihat susunya terayun-ayun tegas mengikuti ayunan pinggangku ke pantat sekalnya, serta erangannya ketika aku menekan habis batang kontolku kedalam vaginanya.. “Aaahhhhh….aahhhhh…. paak sudaaahhh…. paakkk….”erangnya lirih… Justru erangannya menambah nafsuku untuk menghajar dengan cepat dan kuat pantat dan vaginanya, dan kembali kuremas-remas susunya dari arah belakang… Luaaarrrr…biaaassaa…… ..!!!!!!!!!!!

Setelah lebih dari dua puluh menit aku menghajar pantat dan vaginanya dari belakang, sambil meremas-remas susunya yang indah, aku lepaskan lagi batang kontolku dari cengkeraman vaginanya yang masih erat dan kuat pelan-pelan.. AAHhhhh.. benar-benar nikmat.. Kembali kubalikan tubuh Anindi telentang dan kuangkat kakinya sedikit keatas, kembali kudekatkan batang kontolku yang masih keras kemulut vaginanya… Anindi sudah benar-benar pasrah dan membiarkan aku mengatur seluruh posisinya dalam persetubuhan ini, walau masih terdengar kembali erangan lirihnya memintaku menyudahi permainan nikmat ini.. “Paakk….suudaaahh ..paakkk..”

Kuacuhkan permintaannya, dan kembali kuhantamkan batang kontolku kedalam vagina peret dan seret itu.. Ayunanku semakin cepat dan kadang bervariasi dengan ayunan pelan, tiada henti dengan diiringi erangan dan desahannya bercampur dengan suara indah beradunya pangkal kontolku menghantam pangkal pahanya “..plookkkhh…ploookkkhhh…” Pemandangan ayunan tegas kedua susu Anindi, seirama dengan ayunan pinggangku, membuat nafsuku memuncak cepat..

Apalagi cengkeraman otot vagina dan raut wajahnya yang mengejan menahan rasa sakit dan rangsangan yang timbul, membuatku tak dapat menahan lagi untuk meremasi dan mengulumi kembali kedua susunya.. Kadang kugigit kecil karena tak mampu menahan rasa nikmat dan gemasku atas kekenyalan susunya.. Akhirnya setelah lebih dari 20 menit dalam posisi MOT, rangsangan itu memuncak dan kepala kontolku terasa luuaar biiaasssaa nikmat..

Gerakan ayunanku semakin cepat dan akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagii, persis ketika air maniku sampai diujung mulut kontolku, segera kutarik keluar dan kumuntahkan air maniku diatas perut, dada busung, dan sebagian wajahnya..”croott..crooot…cr oottttt…crrrooottt thhh ….” “Aaahhhh….. niikmmaaaaaaatttttt…”eran gku tak dapat menahan rasa luar biasa yang timbul ketika air maniku keluar deras menyemprot perut, dada, dan wajahnya… Setelah habis air maniku keluar, aku rebahkan diriku disamping tubuh Anindi yang lemah tergolek telentang setelah kugarap hampir satu jam penuh..

Dia segera menarik selimut yang tergeletak disampingnya, dan menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut itu.. Sepintas sempat kulihat dia menitikkan air mata, dan suara tangis yang ditahannya beradu dengan napasnya yang tersengal.. “Udah Di, gak usah nangis segala..” kataku, seraya mengenakan celana dalam dan pakaianku.. Dia berusaha menahan tangisnya, dan segera kutinggalkan kamar anakku kembali ke kamar kerja untuk mematikan komputer dan masuk kekamar tidurku..

Kulihat istri dan anakku masih tertidur dengan nyenyaknya, kala kulihat jam telah menunjukkan pukul 1.. Kurebahkan diriku disamping anakku, dan kucoba untuk tidur.. Tapi kenikmatan yang baru saja kurasakan masih membayang jelas dalam pikiranku, dan menghalangiku untuk segera tidur.. Kapan-kapan aku harus mengulanginya lagi, pikirku…