Category: SEKS TANTE

Terjerumus Dalam Permainan Bu Dokter

Terjerumus Dalam Permainan Bu Dokter

Aku, Ari (nama samaran), dipanggil singkat Ri. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindah tugaskan ke kota Jakarta barat ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bertugas mendampingi suaminya di luar negeri.

Sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, ditemani seorang mbok setengah tua yg menginap, dan tukang kebun harian yang pulang tengah hari.Dua bulan sudah aku tinggal di rumah ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur semuanya ada lima, tiga di lantai bawah dan dua di lantai atas.

Lantai atas untuk keluarga kakakku, jadi aku menempati lantai bawah. Di samping kamar tidurku ada ruang kerja. Aku biasa kerja disitu dengan seperangkat komputer, internet dan lain-lain.Suatu ketika, aku kedatangan seorang dokter gigi, dr Reno, ditemani asistennya, Vina.
Mereka mau mengkontrak satu kamar dan garasi untuk prakteknya. Untuk itu perlu direnovasi dulu. Aku menghubungi kakakku melalui sarana komunikasi yang ada, minta persetujuan. Dia membolehkan setelah tanya-tanya ini itu. Maka mulailah pekerjaan renovasi dan akan selesai 20 hari lagi.

Sementara itu, dr Reno menugaskan Vina untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak juga, disamping garasi yg hampir siap disulap jadi ruang praktek. Mulailah kisah dua anak manusia berlainan jenis dan tinggal serumah….

Sudah dua minggu Vina tinggal di rumah ini. Dia biasanya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Vina berlaku biasa saja mulanya, dan aku tidak berani lancang mendekatinya.

Vina berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk tetapi tidak kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga aku tidak berhasil melihat bagian yang ingin kupandang. Wajahnya cukup manis.Suatu hari, mbok minta ijin pulang kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya.

Aku mengijinkan mbok pulang. Mbok akan minta tolong pembantu tetangga menyediakan makanan untuk aku selama mbok pulang.Nah, pagi hari itu aku mengantar mbok ke setasiun bus dengan mobil kantorku, baru pulang untuk mengambil berkas dan berangkat lagi ke kantor.

Vina pergi ke klinik dokter gigi Reno dengan motor, biasanya di jam setengah delapan pagi sudah kabur dan pulang jam lima atau enam petang, tergantung kepada banyaknya pasien. Untuk praktisnya, masing-masing dari kami membawa kunci rumah sendiri.

Sore hari setelah mbok pergi itu suasana rumahku sepi. Aku pulang jam empat sore dan sempat melihat-lihat kebun dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya di tempat sampah. Vina baru sampai di rumah sekitar jam setengah enam, tanpa aku tahu.

Dia ternyata ada di jendela memandangku bekerja di kebun. Ketika matahari sudah doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Vina tersenyum di baliknya. Segera aku masuk rumah.

“Sudah lama kamu datang, Vina?” Dia mengangguk.
“Aku melihat kamu bekerja di kebun, suatu pemandangan indah, laki-laki rajin bekerja keras… Kagum aku dibuatnya.
”Aku tertawa sendiri, lalu masuk kamar untuk mandi.

Kamar mandiku ada dalam kamar tidur, jadi aku bebas berjalan tel*njang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja, seperti sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, karena Vina ada dalam kamar tidurku.

“Aku masuk tanpa permisi, maaf ya, kamu marah?” tanyanya
Aku jawab, “ Ah tidak, masak marah sih, disambut perempuan s*ksi dan manis…? Aku mau tukar baju, kamu mau tetap di sini atau…?”Vina tersipu. “Oh, mau buka handuk, gitu? Aku tunggu di sofa, mau ada perlu sama kamu.

Vina keluar kamar.Aku mengenakan kaos oblong dan celana boxerku, lalu menghampiri Vina di sofa, duduk di sebelahnya. Dia menjauh.
“Kamu sudah mandi, aku belum… nanti kamu nggak betah di dekatku..
”Aku cuma senyum saja.

“Ada pelu bicara apa, Vina…?” Dia bimbang sebentar, lalu,
“Aku mau numpang mandi di kamar mandimu. Ada shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum sempat panggil tukang…”

Sambil senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja, tapi pintu kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya. Tenang, aku tidak akan mengintip kamu mandi, jangan takut…
”Vina tertawa, “Tidak ngintip tapi langsung melihat…? Mana ada laki-laki membuang kesempatan.

Aku malu mendengarnya. “Ah, kamu bisa saja…” itu jawabku sambil memegang bahunya.
“Tuh, mulai ya,..?” katanya sambil setengah berlari masuk kamarnya mengambil handuk dan lain-lain.
Dua puluh menit berlalu, Vina sudah kembali duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku.

“Eh, Ri, mau nggak antar aku beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?”
Segera aku mengiyakan.Lima menit kemudian Vina dan aku sudah bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter jauhnya.

Sepulangnya, tangan Vina menggandeng lenganku dan aku sempat merasakan buah d*d* kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berdesir, jantungku berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ nyeletuk,
“Wah bu dokter sudah punya calon suami… selamat ya?” Vina tertawa kecil.
Ibu-ibu itu sudah akrab dengan Vina, mempersilahkan mampir untuk suatu pertanyaan tentang kesehatan giginya. Sempat terdengar Vina melayani salah satu dari mereka sambil menyoroti mulut si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu menyuruhnya datang ke klinik besok pagi.

Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Aku jadi kagum dengan keramahan Vina. Pantes kliniknya ramai setiap hari. Pulang rumah, aku dan Vina duduk di seputar meja makan sambil menikmati kacang rebus dan goreng. Sementara itu aku tetap mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke d*d*nya. Tetap tidak kelihatan apapun.

Vina seorang perempuan yang tetap menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah aku bisa menikmatinya, waduh, mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang erotis. Vina menyudahi makan kacang karena kenyang, katanya, lalu bangkit pergi ke tempat sikat gigi (wastafel).

Aku merapikan meja makan, lalu menyusul Vina untuk sikat gigi di sampingnya.Tanganku mulai nakal. Aku nekad menyentuh b*kongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Vina seakan kaget, lalu menepis tanganku sambil sedikit menatapku sementara mulutnya masih penuh busa.

Vina berkata, “Jangan mulai nakal… “ Lalu dia membalas mencubit b*kongku dan meninju punggungku.“Nih, rasakan, ya…” Dia mencubit berkali-kali dan meninju juga.Lama-lama aku merasa sakit juga, lalu kutangkap tangannya dan kutarik tubuhnya mendekat, tetapi dia berontak dan lari ke sofa.
Selesai sikat gigi, aku duduk disebelahnya.“Kamu masih marah, Vina?” Dia menutup matanya, lalu… menubruk d*d*ku seraya menangis. Aku heran sekali. “Kamu ini…. Kamu ini… bikin aku gemes! Aku jadi nggak tahan lagi. d*d*mu basah ya, dengan air mataku.

Buka saja kaosmu…” Aku menurut, dia kembali membenamkan wajahnya di d*d*ku, l*dahnya menj*lati put*ngku. Bibirnya menc*umi d*d*ku ke kiri dan ke kanan sampai ke lipatan ketiakku. Ketika l*dahnya mau menj*lat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal. Wajahnya nampak kecewa.
Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?”
Aku jawab, “Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat laki-laki.
Vina, aku ada permintaan…”
Vina menjawab lirih, “Minta apa? “

Kujawab, “Mau nggak kamu tidur di kamarku bersama aku?”
Vina diam saja, tidak mau menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. Aku takut dia marah.Lalu berbisik, “Kalau aku bilang… tidak mau, kamu marah?”

Aku jawab, “Aku tetap membujuk sampai kamu mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan kamu mau…”Tiba-tiba Vina bangkit dan berjalan ke kamarnya. Di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya lalu menggapai aku supaya mendekat. Aku segera bangkit, menuju kamarnya.

“Kamu saja yang tidur di sini, mau?”
Aku menggelengkan kepala.
“Kamar mandi untuk kamu kan ada di kamar tidurku,gampang untuk segala keperluan…”

Vina tersenyum mengangguk. “Kalau begitu, kamu tunggu di kamar, ya, nanti aku menyusul kamu.”
Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Vina mau lho, tidur denganku…!)Segera aku berjalan ke kamarku, lalu merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya.

Tak lupa mengoleskan krim tahan lama pada kepala kem*luanku, lalu memakai sarung setelah melepaskan semua pakaian.Belum satu menit, Vina sudah berdiri di depan pintu kamar. Melihat aku memakai sarung, dia berkata, “Kamu ada sarung lagi? Aku ingin memakai.

Rasanya praktis ya?” Aku mengangguk lalu membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan kepada Vina. Dia membawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sambil berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” Aku tertawa saja, lalu berbaring bertelanjang d*d* sampai pinggang.
Sarung itu menutup bagian bawah setelah pinggang. Vina keluar kamar mandi dengan sarung menutup bagian d*d* sampai pinggul. Dia meletakkan pakaiannya, termasuk B* dan cel*na d*lam kuning, di meja. Selanjutnya para pembaca bayangkan sendiri, aku lanjut nikmat dulu, daaaa.

Cerita Sex Ibu Guru Doyan Colmek

Perkenalkan namaku Dona serta saya masih berusia 25 tahun serta saat ini saya bekerja selaku Guru di SD Jakarta. Saya sangat hobi sekali dengan yang namanya mansturbasi dengan membayangkan kontol sahabat sekantorku serta bererbagai fantasi yang sangat saya idam kan, terlebih sejak saya jomblo nyaris setahun ini. Serta beginilah, belum lama ini bila lagi horny saya tidak tahu tempat buat memuaskan gejolak birahiku. Balik ke cerita tadi…

Sangkin nikmatnya masturbasi di wc sekolah, saya hingga tidak menyadari jika pintu wc walaupun kututup tetapi tidak kukunci. Saya terus menjadi tidak hirau, yang kutahu saya wajib memuaskan birahiku yang lagi dibakar, kucoba menahan desahanku, walaupun terlepas pula terlepas dari desahan kecil dari bibir tipisku.

“ sshh.. emhhh”, desakan kecil dari bibir tipisku. Saya membayangkan bercinta dengan pak Oki, guru olah raga baru di sekolah tempatku bekerja, pak Oki sangat tampan serta badannya sangat perkasa, siang hari memperhatikannya yang lagi berikan petunjuk metode meregangkan otot kepada murid kelas 6 SD. ototnya begitu keakar, belum lagi terdapat benjolan yang menggelembung di antara pahanya. Terus terbayang- bayang, saya jadi ga kaut lagi menahan birahiku hingga kesimpulannya di wc sekolah ini jam pelajaran berakhir serta sekolah telah hening. Saya membayangkan bercinta dengan pak Oki di wc ini, mengawasinya yang besar di vaginaku dari arah balik, mendesak tubuhku sehingga saya memforsir tubuhku buat tembok serta sedikit menungging.

Saya mempraktekkannya seolah- olah seluruhnya nyata, satu tangan bertopang di bilik serta yang lain membelai klitorisku dari depan.‘ uuuh pak oki’, desisku pelan. saya terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku. Tidak lama aku merasa nyaris datang di ujung kenikmatan itu, tetapi seketika,‘ braaak’, wc seketika terbuka.‘ bu dona’, kata orang yang berdiri di depan pintu wc dengan mata yang tidak berkedip melihatku. Saya kaget,‘ pak parman ehhhh…’, kataku kaget kala memandang pak parman, cleaning service sekolah yang usianya dekat 40 tahun. Sangkin kaget serta tidak ketahui melaksanakan apa aku jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya, tetapi kami terletak di antara selangkanganku, begitu kaget hingga luapa menarik tanganku.‘ pak parmaan keluar’, kataku dengan suara pelan.

Kurang terbuka benar, keluar tetapi malah kilat masuk serta menutup pintu kamar wc serta menguncinya.‘ mengapa pak… keluar,’ perintahku dengan senantiasa berjongkok sembari merapikan rok ku ke dasar yang sebelumnya tersingkap hingga ke pinggul.‘ Bu dona’, kata parman sembari mendekatiku serta mendekap tubuhku. Saya meningkat kaget, tetapi saya tdak berani berteriak, saya khawatir terdapat orang yang mengenali jika saya masturbasi di wc sekolah.‘ jangaan pak’, kataku berupaya membebaskan dekapannya, kugeser tubuhku buat membebaskan diri dari dekapannya, tetapi ia senantiasa mendekapku hingga saya menabrak bilik.‘ jangan paak’, kataku khawatir, ia tidak mendengarkanku, apalagi ia mendekati mukanya serta menciumi leherku,‘ jangaaan’, kataku lagi.

Memandang parman yang begitu beringas dengan mengalirkan napas serta menciumi leherku serta mulai meraba raba buah dadaku. Saya menyadari jika saya terjebak, saya berupaya melawan, dengan tenaga saya dorong badannya, sukses, ia terjatuh di lantai wc.

Saya langsung mengambil peluang, berdiri ke arah pintu, tetapi kala saya berupaya membuka grendel pintu wc. Tanganku terputus oleh tangan parman yang perkasa,‘ lepaskan’, kataku, tetapi parman yang telah kesetanan itu tidak mendengarkanku, ia malah memutar tangan kananku ke balik tubuhku dengan paksa, memencet tangan kiriku didinding. Saya terjebak, tenaganya kokoh sekali, semacam terkunci serta tidak dapat bergerak,

‘ pak parmman jangan…sakit.. lepaskan’, kataku meminta dengan suara memelas.

‘ bu dona… perkenankan aku…’, katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya hingga terasa menerpa telingaku.

“ ahhh”, saya meminta lagi begitu mengenali badan kekarnya memencet tubuhku kedinding. Saya sangat khawatir, kala merasa terdapat barang yang keras kenyal menabrak bokongku.

‘ ahh k*ntolnya udah tegang, ia hendak memperkosaku’, jerit batinku

Saya terus menjadi memberontak berupaya membebaskan kuncian tangan yang menahan kedua tanganku.‘ hendaknya bu dona jangan berisi, nanti terdapat orang yag dengar, biarlah aku dipukuli namun aku hendak cerita ke seluruh orang jika bunda dona masturbasi di kamar mandi’, mengecam, saya kurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Terlebih di sekolah yang saya tahu selaku perempuan anggun yang berkarisma. Saya menunjang perjuanganku…berpikirlah.

Peluang itu tidak disiakannya, tangan kananku diletakkan di atas merapat dindinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya ia menahan kedua tanganku.

‘ jangan paak, kumohhhon jangaan’, saya memelas kepadanya. Tetapi percuma, tangan kanannya telah leluasa meraba raba buah dadaku, ia memeras buah dadaku keras sekali. Mau rasanya menangis tetapi saya khawatir malah terdapat yang dengar.

“ aahh bu dona.. toked bu dona gede banget emmhh’, perkata kotor yang menyanjung pujian keluar dari. Kurang puas meraba buah dadaku yang masih menutup pakaian, ia menarik mundurku ke atas dari dalam rokku. Tangannya yang agresif mulai terasa meraba raba perutku,

‘ ammpuun pakQ’, kucoba lagi meminta kala ia mulai memeras buah dadaku.

’ emmh bu dona, gede banget toket bu dona”, katanya lagi dengan berbisik dari balik, dengusan nafasnya yang berderu menunjukkan ia sangat bernafsu. Serta saya dapat merasakan penisnya telah sangat keras sekali menabrak pantat pantatku. Ini seluruh menunjukkan ia betul- betul telah sangat mau menyetubuhiku.

‘ Bu dona ijinkan aku ngent*tin bu dona’, bisiknya pelan sembari menarik rokku ke atas. Saya lumayan baik, namun tenagaku tidak kokoh membebaskan kuncian tangan.

‘ Pak.. jangan panggangi saya’, kataku memelas. memastikan yang apapun katakan tidak bisa membendung nafsu setannya, tidak kurasakan tangan kanannya meraba raba tubuh.

penasaran apa yang terdapat. saya menoleh ke balik serta alangkahnya kaget..

‘ oooh jangan pak’, saya panik kala memandang ke balik ia mengeluarkannya, walaupun tidak begitu jelas saya dapat memandang penisnya yang besar serta gelap legam telah keluar dari sarangnya. Belum lenyap rasa kagetku, Parman memencet tubuhku, merasakan barang kenyal serta keras mengesek serta menabrak pantatku.

‘ Aduuh pantat bu dona montok banget’, katanya meremas pantatku. Saya terkaget, saya baru bila dikala masturbasi tadi saya melepas celana dalamku serta celana dalamku masih bergantung di pintu wc.

‘ Gawat neh’, pekikku dalam hati mengenali bokongku tidak dibaluti kain ini. Tentu ia dengan gampang menciptakan sasaran tembaknya apa lagi vaginaku menghasilkan cairan sebab masturbasi tadi, saya jadi panik kembali, saya khawatir membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tetapi senantiasa sia sia.

Saya pasrah, rasanya tidak bisa jadi lepas, kurasakan terdapat barang kenyal lagi menggesek belahan vaginaku yang licin semacam mencari cari sasaran. Kesimpulannya barang itu menyudahi pas di mulut lubang vaginaku sehabis memperoleh sasaran tembak, k*ntol parman telah terletak pas di depan mulut vaginaku, saya sangat tidak berdaya.

‘ Pak parman ampun pak’, kataku meminta lagi menyadari dalam hitungan detik k*ntolnya hendak lekas masuk ke dalam tubuhku.

‘ Bu dona udah lama aku pengen giniin bu dona, bu dona seksi banget’, katanya serta seketika kurasakan k*ntolnya masuk, panik berupaya melawan sengan sisa harapanku, terlepas tetapi malah sebab gerakan k*ntol itu malah mulai saya panik berupaya melawan sengan sisa harapanku, terlepas tetapi malah sebab gerakan itu malahan masuk ke dalam lubang vaginaku,

‘ aaaah tidaaak’, pekikku dalam hati kala kurasakan k*ntolnya terasa terbenam matahari terbenam vaginaku. Saya menarik napas, mau rasanya menangis.

Sangat percuma, vaginaku yang telah basah kala saya masturbasi tadi malah mempermudah batang itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik, bila tidak bisa jadi vaginaku dapat terinfeksi sebab terdapat barang yang memforsir masuk, berkat cairan yang lebih dahulu memanglah telah membanjiri vaginaku k*ntol parman yang besar itu juga masuk secara lama- lama menggesek bilik lubang vaginaku secara lama- lama.

’ emmmh bu dona, Miss V bu dona lezat banget, ooohhh’, desahnya didekat telingaku kala k*ntolnya dibenamkan sedalam bisa jadi serta terasa memegang rahimku,

‘ Ya ampuuun panjang banget k*ntol laki laki ini, ampuuun’, pekikku dalam hati. Saya berharap k*ntol itu udah mentok sebab terasa sangat keras menabrak rahimku serta terasa sedikit nyeri sebab jujur​​aja belum sempat terdapat barang sebesar itu masuk ke vaginaku. Kala batangan itu amblas, saya terdiam, antara bimbang, khawatir, kagum, nikmat serta kaget. Seluruhnya berkecamuk dikepalaku… saya betul- betul terdiam, tidak bergerak.

Saya pasrah, tidak menghasilkan keluar katapun, tidak kusangka khyalanku bercinta di wc sekolah, serta disetubuhi dari balik kesampean pula, tetapi kelainannya bukan dengan pak oki serta saya tidak menginginkan ini terjalin. Tetapi sesungguhnya, laki laki yang lagi mendesah desah di belakangku, yang lagi membenamkan batangannya di lubang surgaku yang berharga merupakan pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami.

Realitas yang wajib kuterima, parman lagi menikmati vaginaku, menikmati penisnya keluar masuk di lubang lubangku.

‘ oooh bu dona…ohhh enaknya’, desah parman ga karuan berkali kali

’ emmmh’, saya mendesis kecil, walaupun saya tidak suka tetapi seketika saya merasakan rasa nikmat walaupun tersamar oleh rasa takutku. Parman terus mengocok k*ntolnya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku. Kedua aku masih ditahan oleh tangan yang perkasa di bilik wc.

‘ oooh ya ampppuuun k*ntolnya teraasa banget’, teriakku dalam hati. Kala aku mulai tenang, aku menyadari jika k*ntol parman memanglah besar serta keras sekali, bertumpu serta tusukan k*ntolnya begitu mantap penuhi lubang vaginaku. Terasa banget terdapat barang yang mengganjal selangkangku, mulai menebarkan rasa nikmat yang menjalar di segala tubuhku.

Diam diam saya mulai menikmati diperkosa laki- laki ini, tiap kali ia menggerakkan batang k*ntolnya, darahku berdesir, sangat luar biasa nikmat yang kudapat. Kala ia menancapkan penisnya kembali ke dalam liangku, saya mendesis pelan, kucoba tidak menghasilkan suara, saya sangat sombong buat mengakui jika batangan itu sangat membagikan kesenangan, tetapi senantiasa saja kemauan kecil keluar dari bibirku.

‘ mmmh mmmmh’, desisku pelan.

‘ enakkan bu?, katanya datang datang.

Nyatanya ia mengenali jika aku mulai menikmati tusukan k*ntolnya. Saya terdiam malu, tidak berani berpendapat, jika kubilang tidak ataupun memaki makinnya, tentu ketahui saya bohong sebab vaginaku telah menghasilkan banyak cairan yang menunjukkan saya pula terangsang serta menikmati enjotan k*ntolnya. Saya mencermati serta berupaya serta mencermati perihal yang mengecup pipi kananku.

‘ Tunggingin dikit bu dona’, sembari menarik pantatku ke atas.

‘ Kurang ajaaar… beraninya ia malah menyuruhku menungging’, umpatku dalam hati.

Tetapi saya tidak memiliki opsi tidak hanya menuntaskan birahinya sedini bisa jadi, serta berharap supaya seluruhnya sedini bisa jadi berakhir. Saya ikuti saja kemauannya dengan menunggingkan pantatku.

’ emmh pantat bo dona memanglah montok banget, ga salah apa yang saya khayalin sepanjang ini’, katanya sembari meremas remas bokongku gemas.

‘ Edan, nyatanya saya telah lama jadi fantasi laki laki ini’, pikirku dalam hati.

Merasa posisiku telah siap, sembari tangan kirinya menahan pinggulku, ia kembali menggerakkan k*ntolnya kembali.

’ emmh pak pelan’, kataku kurasakan penetrasi penetrasi k*ntolnya terasa lebih dalam dari lebih dahulu, bisa jadi sebab saya menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku betul- betul leluasa hambatan.

Parman tidak memperlambatnya, malah merusaknya, aku mulai mendesah- desah masih melindungi sikapku,

’ emmh emmmh’, desisku merasakan benturan batangannya di lubang vaginaku.

Memandang yang terdorong mendesak kedepan, parman kayaknya terencana mendesak kedua tanganku sehingga saya bisa menahan tekanan pada badannya, dengan kedua kami bertumpu pada tembok.– PARISQQ

’ emmmh edan seret banget’, erangnya. Saat ini kedua- tangannya meremas remas bokongku yang bundar padat sembari tidak menyudahi mengocok k*ntolnya.

‘ ooh bu oooh’, parman terus menjadi keras mendesah, saya jadi khawatir kalau- kalau terdapat orang yang mendengar desahannya itu.

“ pak parman.. ja.. jangan berisik pak..”, kataku meminta khawatir desahannya didengar orang.

‘ I.. i.. iya bu emhh abis lezat banget’, katanya pelan dengan napas menderu.

Kocokan k*ntolnya terasa terus menjadi kilat. Kurang puas meremas- remas bokongku, ia menguakkan belahan pantatku. serta kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja saya menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri sebab kegelian.

‘ oooh pak parman.. oooh’, saya bukan lagi mendesis namun desahan mulai keluar dari bibirku, rasa nikmat yang terbentuk dari kocokan k*ntol parman ditambai gesekan jarinya yang membelai anusku semacam ramuan yang cocok membuat saya kurang ingat diri, serta membuatku tidak bisa membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya saya mulai benar benar menikmati seluruh ini, tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar diseluruh tubuhku.‘ oooh ahhh’, saya semankin merajalela desahanku meningkat keras saja, parman bukan saja cuma membelai anusku dengan jarinya namun memasukkan satu jarinya ke anusku serta menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku terus menjadi kutungingin, masing- masing kali ia menarik k*ntolnya ia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke anusku. Jujur saja terlintas dibenakku buat melaksanakan anal sex dengan pak parman, semacam yang dahulu sempat kulakuan dengan pacarku.

Parman terus menjadi mengerang tidak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan parman, rasanya saya telah ingin orgasme.

‘ aku ingin keluar.. ahh bu dona’, kudengar samar samar erangannya, tetapi tidak kupedulikan sebab saya pula merasa telah ingin orgasme.

‘ ooh emmmh oooh’ desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku kedinding, parman menjajaki tubuhku serta memencet keras keras k*ntolnya kedalam vaginaku, apalagi ia menusuk jarinya hingga amblas didalam anusku

‘ ahhhh setaaan kau parmaaaaan’, lirihku panjang, saya orgasme, saya tidak bisa menahannya, sangat luar biasa saya dapat orgasme kala diperkosa.

Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis parman penuhi liangku, namun tidak kurasakan lagi jari parman di anusku, kedua tangannya memegang pantatku serta memompa k*ntolnya dengan ganas.

‘ oooh bu dona oooh’, datang datang parman mengerang keras serta memencet tubuhku keras, saya kaget menyadari ia ingin orgasme, tetapi terlambat, diringi erangannya, k*ntol parman telah menyemburkan mani hangat menyirahi rahimku. Berkali kali ia mengehentakkan penisnya dalam- dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.

‘ ooooh emmmh’, entah mengapa saya turut menikmati sensasi kala parman orgasme di liangku, denyutan- denyutan kecil batang k*ntolnya terasa di sinding lubang vaginaku kala cairan hangat spermanya berantakan keluar menyirami lubangku.

‘ Ahhh apa yang kulakukan? Parman orgasme di vaginaku’, pekikku dalam hati. Saya tersadar kembali, kurapatkan tubuhku kedinding serta menarik nafasku, saya teringat jika saya memanglah telah ingin haid, saya cuma dapat berharap spermanya tidak membuahi telur dirahimku.

‘ ahh bu dona emmh’, ia berupaya mencium pipiku tetapi kudorong dengan mata melotot. Melihatku keluhan, ia lekas merapikan pakaiannya tanpa mensterilkan k*ntolnya yang masih dilumuri cairan vaginaku.

‘ Kilat keluar pak’, kataku dengan suara lantang sembari merapikan posisi rokku. Parman tanpa mengatakan apa apa langsung keluar serta kukunci pintu wc. Saya langsung mensterilkan kemaluanku dari cairanku sendiri serta mani parman yang mengalir keluar,

‘ edan.. banyak banget spermanya’, umpatku dalam hati.

Saya menggunakan celana dalam serta merapikan pakaian yang kukenakan. Saya mengendap endap wc dengan hati berdebar, khawatir terdapat orang yang mengenali apa yang terjalin tadi di wc. Atmosfer dekat sekolah hening, memanglah dikala itu telah nyaris jam 4 sore. Dengan hati berdebar saya merambah ruangan guru, memandang kepala sekolah serta 2 orang guru belum kembali lagi padat jadwal dengan urusan tiap- tiap. Saya sedikit bernafas lega walaupun perasaan kotor masih terdapat dipikiranku. Serta sore itu saya kembali kerumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, serta khawatir.

Cerita Dewasa Bisnis Dengan Tante Girang Binal

Cerita Dewasa Bisnis Dengan Tante Girang Binal

Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya.

Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.“Sudah, Ron..! Jangan lagi..!” tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat.

Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.
“Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu.” rintihnya sambil tetap membelakangiku.
“Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?” tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.
“Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf..”
“Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?” aku tidak habis mengerti.
Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.“Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena.”
“Masak terlena sampai dua kali?”
“Yang pertama memang.

Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena.”“Kalau yang kedua, Tante..?” tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepisku lagi.
“Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman..”
“Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi.” pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
“Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik..” Tante terisak.

Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang kecil.
“Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?”
Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, “Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?”
“Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri.”Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku.

Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si ‘garuda’ kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi.

Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih.

Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.

“Emm.. emm.. mm..” desis Tante sambil membelit lidahku.Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif.Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.

“Shh.. shh..!” desisku sambil mengulum lidahnya.Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.“Masukin ya, Tante?” bisikku, lupa pada janjiku.
“Ja.. jangan, Ron..!”
“Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!” pintaku.
“Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?”
Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.

“Heshh.. heshh.. Ron.. mm..,” Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.
“Tanganmu.. Ron..!” tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.“Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!” Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.

“Tapi aku sudah nggak tahan Tante..” desisku.
“Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!” Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
“Ii.. ingat janjimu, Ron..!”
“Ta.. tapi Tante juga ingin kan?” tanyaku polos.
“Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya.”
“Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?” tanyaku bloon.
“Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah..” aku jadi bingung.
Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.“Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah.”
“Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!”
Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang.

Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.

“Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm..” Tante terus mengulum sambil meracau.
Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.

“Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!” Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya. Agen Obat Kuat
Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.“Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?” tanyaku lagi.

“Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante.” jawabnya sambil mata memejam.
Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, “Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?”

“He-eh..” jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi.

Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun. Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya.

Semoga anda menyukai cerita dewasa bisnis dengan tante girang binal di portal cerita sex desahan manja! salam bahan coli.

Dendam Yang Terbalas Dengan Menyetubuhinya

Kisah ini terjadi ketika aku masih pertama masuk kuliah, jurusan Teknik Mesin. aku masih berpacaran dengan seorang gadis yang bernama Lisa. Kami mulai berpacaran ketika masih di kelas 3 SMA. Lisa sebaya denganku, walaupun dia lebih tua dua setengah bulan. Lisa menurutku mempunyai sifat agresif. Dahulu ketika kami belum berpacaran, Lisa-lah yang mendekatiku, walaupun aku akhirnya yang berbicara lebih dahulu.

Menurutku Lisa cantik. Tubuhnya kecil, tidak lebih tinggi dari bahuku. Ukuran dadanya..? Memang tidak terlalu besar, yaitu 32B. Jika dibandingkan dengan tubuhnya yang kecil, ukuran dadanya cukup besar. Pertama aku melihatnya, dia nampak seperti bidadari. Kecil mungil, anggun, dan gerak geriknya menarik.

Tetapi setelah aku berpacaran dengannya, kuketahui Lisa bukanlah tipe gadis yang setia. Selama berpacaran aku tidak pernah melakukan persetubuhan dengannya. Namun setelah aku mengetahui Lisa tidak setia, aku berubah pikiran, dan merencanakan suatu niat pembalasan kepadanya.

Hari itu, hari terakhir sebelum aku diputuskan oleh Eli, aku mengajaknya ke rumahku. Saat itu di rumahku hanya ada dua orang pembantuku. Orangtuaku sedang pergi ke luar kota karena ada urusan keluarga, dan kakakku sedang pergi ke rumah temannya. Di rumahku, aku menyuruh pembantuku membuatkan minuman untuknya. Kami berdua berbincang-bincang beberapa saat dan kemudian aku mengajaknya ke balkon lantai dua. Disana aku bertanya kepadanya, apakah dia benar-benar menyukaiku. Lisa nampaknya grogi ketika mendengar pertanyaanku, dan aku terus mendesaknya. Tentu saja akhirnya dia menjawab “ya”.

Aku merangkul dan mencium keningnya. Lisa diam saja, sehingga membuatku semakin penasaran. Lalu kupeluk pinggangnya dan kucium telinga serta lehernya, sehingga aku mulai merasa Lisa terhanyut oleh permainanku. Setelah itu aku melakukan sedikit permainan padanya, dan nampaknya Lisa benar-benar terbawa nafsu, aku bertanya kepadanya.

“Lis, badan lo bagus deh. Gue lihat ya?” kataku sambil berusaha melepaskan kancing bajunya.

Ternyata Lisa melakukan perlawanan, sehingga aku memegang kedua tangannya dengan tangan kiriku, serta terus membuka bajunya secara paksa. Lisa kemudian berhenti melawan. Seluruh kancing bajunya akhirnya berhasil kubuka, namun bajunya tidak kutanggalkan. Dia nampak seksi.

Langkah pertama, aku mencium rambutnya sambil mengenggam tangannya, sementara tanganku yang lain memeluk pinggangnya. Aku senang karena ternyata Lisa memberikan respon. Tentu saja aku tidak memperkosanya. Aku membimbingnya ke dalam, dan membawanya ke dalam kamarku. Kemudian aku membuka baju dan celanaku, sehingga aku tinggal memakai celana dalamku. Kupeluk dia dan kucium bibirnya. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya, dan Lisa membalas permainanku. Hebat juga, ternyata dia sangat pandai berciuman dengan lidah. Lisa membuka celana dan bajunya, sehingga dia hanya memakai pakaian dalamnya saja. Mataku tidak lepas memandang belahan payudaranya yang terlihat jelas.

“Lis, buka dong..!” kataku meminta.

Lisa menurut saja. Dia membuka celana dalamnya terlebih dahulu, sehingga aku dapat melihat vaginanya yang dihiasi bulu hitam keriting yang cukup rimbun. Kemudian dia membuka bra-nya, sehingga kedua payudaranya yang membulat kencang dengan puting susunya yang kemerahan terbuka polos, tegak menantang untuk dilumat. Dia tersenyum dan mendekatiku. Aku kemudian menjilati telinga dan tengkuknya. Lisa kegelian dan tertawa kecil.

Melihat kedua payudaranya yang indah dan montok itu, hatiku tidak sabar dan ingin segera merasakan kenikmatan kedua benda tersebut. Kusapukan perlahan jariku pada permukaan payudara kanannya yang halus dan lembut. Kuraba puting dan lingkaran areola-nya dengan perlahan, sehingga Lisa memejamkan matanya menikmati sensansi di puncak payudaranya. Kucubit perlahan putingnya dan kutarik, sehingga Lisa mengeluarkan desahan tertahan. Lalu kukulum payudaranya dan kuhisap dengan kuat seolah-olah aku menyusu padanya dan ingin menyedot seluruh isi payudaranya. Aku menyedot, mengulum, dan menggigit payudaranya bergantian, sehingga aku merasakan kepuasan dari payudara tersebut. Dengan melepaskan perasaan gemas yang telah lama tertahan, tanganku cepat meraih payudaranya dan kuremas dengan kuat, Lisa mengaduh kesakitan. Tanganku terasa meremas daging lembut kenyal berisi jaringan kelenjar yang membuat birahiku terbakar.

“Aduh, Wil..! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan.

Aku melepaskan tanganku dan jariku masuk ke liang vaginanya. Kugesek-gesekkan jariku disana sehingga Lisa mengerang. Aku lalu menunduk dan menjilati vaginanya, sehingga Lisa mendesah dan tidak mampu berdiri. Dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Aku terus menjilati bibir vaginanya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding vaginanya dengan cepat.

Lisa menggeliat-geliat liar sambil memegangi kepalaku.
“Ahh.. mhh.. Wil..” demikian desahannya sambil menyebut-nyebut namaku.

Aku terus beroperasi di vaginanya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Lisa. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam vaginanya, membuat Lisa tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan vaginanya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga Lisa semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya, aku mengambil posisi dan membuka celana dalamku. Batang penisku sudah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya.

Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya.. lo bakal habis, cewek sial..!”
Aku mengangkat tubuhnya yang kecil itu dan membantingnya ke tempat tidur, sehingga dia telentang sambil mengaduh.

Sebelum dia sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan penisku ke dalam vaginanya dengan cepat, sehingga dia berteriak kesakitan. Nyaman dan hangat sekali vaginanya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat Lisa merasakan sakit pada vaginanya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua daging yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Lisa menjerit setinggi langit. Tangannya mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!

Selanjutnya sambil tetap mencengkeram kedua payudaranya dan tetap menyetubuhinya, aku memutar-mutar tanganku dengan cepat dan menarik kedua payudaranya dengan kuat.

“Lebih baik bila aku bisa membetot putus kedua payudaranya!” batinku.

Dengan pikiran seperti itu, aku membetot kedua payudaranya dengan kuat, sehingga sekali lagi Lisa berteriak keras. Entah apa pikiran pembantuku di bawah sana, aku tidak perduli. Lalu aku menekan kedua telapakku ke dadanya, sehingga kedua payudaranya tergencet dengan keras dan sekali lagi Lisa mengaduh kesakitan. Tanganku merasakan enak sekali mempermainkan kedua daging kenyal kembar milik Lisa tersebut.

Sementara gerakan sanggamaku semakin cepat dan kasar, sehingga Lisa akhirnya terkulai lemas kehabisan tenaga menahan sakit yang dideritanya. Setelah beberapa saat aku merasakan buah zakarku geli luar biasa dan penisku berdenyut-denyut. Akhirnya aku orgasme, dan penisku menyemprotkan cairan spermaku berkali-kali ke dalam kehangatan rahimnya. Semprotan terakhir membuatku lemas dan terjatuh menindih tubuhnya.

Beberapa lama kami berdua berdiam dengan penisku masih tertancap pada lubang miliknya. Tubuh mungilnya terkulai lemas dengan denyutan jantungnya yang turun naik, menandakan dia sangat kecapaian. Rupanya tindakanku sempat membuat tubuhnya hampir pingsan dan tidak kuasa lagi menahan sakit dan lelahnya.

Aku memperhatikan dririnya yang terbaring tidak berdaya dengan nada senyuman yang puas dalam hati.

“Benar-benar puas sudah apa yang kulakukan sekarang terhadapmu.. Heh..!” kataku dalam hati sambil kubangkit dan kemudian memakai pakaianku, sementara Lisa Mulai menangis tersedu-sedu dengan masih bertelanjang bulat.

Aku dapat melihat beberapa bekas lecet akibat kekasaranku pada payudaranya.

Sambil menangis, Lisa memakai pakaiannya kembali. Setalah selesai dia memandangku dengan kebencian dan menamparku!

“Bajingan lo, Will! Lo maniak! Kita putus!!” makinya.

Aku hanya tersenyum mengejek. Aku maniak..? Dalam hati aku tertawa. Perduli amat..! Yang penting aku puas dan sakit hatiku terbalas.

Kak Rini Yang Begitu Menggoda

Sewaktu aku masih kuliah di Kota M, sekitar 8 tahun lalu, dan sekarang umurku sudah 29 tahun dan masih membujang. Kisah ini adalah benar-benar nyata dan bukan fiktif. Semua nama dalam kisah ini adalah nama samaran.

Setelah tamat SMA di kota kelahiranku, aku (Erick) melanjutkan pendidikanku di salah satu PT negeri di Kota M. Awalnya aku tinggal sendiri (kost) disuatu tempat yang agak jauh dari tempatku kuliah, karena hanya ditempat itu aku mendapatkan rumah kost yang relatif lebih murah dari tempat yang lain. Setelah kuliah selama hampir setahun, aku berlibur kembali ke kota kelahiranku.

Selama liburan tersebut, aku dikenalkan oleh keluargaku dengan salah seorang saudara sepupuku yang ternyata juga tinggal di Kota M tempat aku kuliah. Namun karena tidak saling kenal baik, walaupun masih saudara dekat, kami saling tidak mengetahui kalau kami berada satu kota selama ini. Saudara sepupu ini, sebut saja Kak Rini, sebelum menikah dengan Mas Tanto, lahir dan besar di kota Jakarta bersama orang tuanya, keluarga Tante Ade.

Selama 2 tahun pernikahannya dan menetap di kota M, Kak Rini belum dikaruniai anak, mungkin disebabkan karena kesibukan mereka berdua, Kak Rini yang seorang karyawan bank swasta, dan Mas Tanto yang seorang dosen. Saat perkenalan itu, Rini telah berusia 26 tahun, 5 tahun lebih tua dariku dan Mas Tanto berusia 34 Tahun.

Keberadaan Kak Rini di kota kelahiranku dalam rangka mengunjungi kakek dan neneknya, yang juga masih saudara dengan nenekku. Selama liburan kami, aku lebih banyak menemani Rini keliling kota dan antar jemput mengunjungi keluarga yang lain, Mas Tanto tidak datang menemani berlibur.
“Dik Erick rencana balik ke Kota M, kapan?”

Tanya Kak Rini sewaktu aku mengantarnya pulang kerumah neneknya, dari belakang sadel boncengan motor milik kakakku.
“Mungkin seminggu lagi.”
Jawabku sambil mencoba merasakan sentuhan payudaranya dipunggungku.

Perlu pembaca ketahui, dengan tinggi sekitar 168 cm dan berat ideal, ukuran dada 36A dengan wajah cantik dan manis dan kulit putih mulus yang ditumbuhi bulu-bulu halus sensasional, membuat aku tidak merasa bosan dan capek menemani Kak Rini keliling kota dan mengantarnya menemani kemana saja dia pergi.

“Kalau begitu, pulangnya dengan saya saja, ya?!”
Katanya seperti berbisik ditelingaku karena derasnya angin karena laju kendaraan.
“Terserah kakak aja deh.. ” kataku menyepakati ‘perjanjian’ itu.
Seminggu setelah itu, kami pun berangkat pulang bersama naik kapal laut ke Kota M selama satu hari satu malam perjalanan. Rencananya, setiba di Kota M, aku akan diperkenalkan ke suaminya dan sekalian mengajak aku tinggal bersama mereka (selama ini mereka hanya tinggal berdua di kompleks perumahan), karena rumah mereka masih cukup besar untuk ditempati hanya berdua saja.
Singkat cerita, aku pun diperkenalkan ke Mas Tanto yang mau menerimaku dengan senang hati dan aku pun mengemasi semua barangku dari tempat kostku ke rumah mereka. Dan disinilah awalnya cerita petualangan seksku dengan Kak Rini.

Sebagai wanita cantik dan menarik, aku pikir semua lelaki akan terpesona oleh daya tarik sensual saudara sepupuku ini. Akupun merasakannya sejak pertama kenalan, menemaninya selama liburan berkeliling kota, dan terlebih selama perjalanan dengan kapal laut kembali ke Kota M. Masih teringat waktu pertama kali berjabatan tangan, dengan senyum manisnya dia memperkenalkan diri.

Wajahnya mirip dengan salah satu penyiar acara kriminal di SCTV. Aku merasakan sentuhan lembut jemarinya waktu aku memegang tangannya, sentuhan sensasional di kulitku ketika bersentuhan dengan tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aroma tubuh dan rambutnya waktu berjalan berdampingan, juga hembusan nafasnya kalau berbicara padaku yang kadang-kadang terlalu dekat dengan wajahku.. pokoknya semua sensasi yang dimilikinya membuat aku berdebar dan membuat aku konak.

Aku tak tahu (pada waktu itu) apakah hal itu disengaja atau tidak (setelah beberapa tahun aku tahu ternyata itu dia sengaja untuk memancing responku menurut pengakuannya!), yang jelas selama liburan, aku belum berani menunjukkan reaksiku. Nanti setelah kejadian di atas kapal laut yang membawa kami ke Kota M, baru aku berani menunjukkan ‘keberanianku’ pada Kak Rini, walau dengan jantung dag dig dug..
Diatas kapal laut yang sesak karena penumpang yang banyak, kami mendapatkan tempat yang lumayan ‘strategis’, walaupun itu bukan tempat yang telah kami bayar untuk perjalanan kami. Bersama dengan beberapa penumpang lain (yang agak lanjut usia dengan kebanyakan wanita), kami menempati sebuah sudut ruang kapal yang agak panas, hal itu membuat kami kegerahan.

Menjelang tidur malam, Rini dengan memakai kemeja yang didalamnya dilapisi kaos oblong tanpa lengan dengan celana jeans, terlihat mulai mengatur tempat untuk tidur disudut merapat kedinding ruang, sedangkan aku dengan kaos oblong juga dan celana pendek selutut berada diantara Kak Rini dengan penumpang lain. Sebelum tidur, Kak Rini membaca sebuah majalah dan aku mengisi TTS. setelah membaca majalah, Kak Rini sudah tak tahan lagi kantuknya dan tertidur, sedangkan aku melanjutkan mengisi TTS dan membaca majalah.

Tak lama sesudahnya, lampu di ruangan itu dipadamkan, mungkin karena penumpang lainpun sudah ingin memjamkan mata, walaupun masih ada lampu yang menyala di tengah ruangan tapi tidak cukup untuk menerangi tempat aku membaca majalah, akupun bersandar sambil duduk berusaha untuk tidur. Tapi karena udara yang agak panas dan menggerahkan, mataku susah terpejam. Kak Rini pun bangun dan melepas kemejanya (tinggal kaos oblong) dan kemejanya itu dipakai untuk menyelimuti badannya sambil tidur. Sewaktu Kak Rini melepas kemejanya, dengan jarak sekitar 15 cm dari hidungku, aku bisa merasakan aroma tubuhnya yang terpancar dari ketiaknya sewaktu lengannya bergerak melepas kemejanya.

Aroma itu campuran aroma keringat dan sisa parfumnya, dan itu membuatku benar-benar melayang.. membayangkan aroma tubuh yang sensasional seperti itu. Dan diketiaknya yang putih, aku sempat melihat secara samar rambut halus hitam yang semakin membuatku ingin merasakan langsung aroma ketiaknya. Hmm.. tak sadar aku memperbaiki posisi ‘junior’ di celana pendekku, dan hal itu terlihat oleh Kak Rini.
“Belum tidur, rick?”
Tanyanya berbisik sebelum berbaring di sampingku.
“Belum nih, duluan aja!”
Jawabku sambil menatap matanya.

Rinipun akhirnya berbaring dengan memiringkan badannya ke arahku, sehingga kepalanya dengan pahaku hanya berjarak sekian centi. Akupun terus berusaha tidur sambil duduk karena mataku belum mau terpejam. Hembusan nafasnya terasa menggelitik paha kiriku bagian luar, dan mungkin saja Rini tahu kalau penisku lagi tegang karena celana pendekku di sekitar penisku agak menonjol berdiri.
Setelah capek duduk dan mataku terasa muali berat dengan angin laut yang mulai bertiup sepoi-sepoi, akupun berbaring di sisi Kak Rini. Saat aku mengambil posisi baring, Rini memberiku sedikit ruang sambil mengangkat lengan kanannya, dan lagi-lagi tercium aroma tubuh yang makin membuatku tegang. Walaupun aku masih berbaring terlentang dan Rini sedikit condong ke arahku, aku bisa merasakan bahwa kepalaku tepat berada di bawah ketiaknya karena aku merasakan lengan Kak Rini ada diatas kepalaku.
Kantukku pun hilang karena ‘posisi’ yang menguntungkan ini, aku sisa mengarahkan mukaku ke arah Rini dan ketiaknya sudah pasti ada di mukaku. Aku coba untuk diam, namun rangsangan yang timbul dari aroma tubuh Kak Rini yang perlahan mulai tercium membuat aku gelisah. Lama setelah itu, sewaktu aku merasakan nafas Rini yang beraturan menerpa wajahku, baru aku perlahan-lahan mengarahkan wajahku ke bawah ketiaknya dan..

Hmm aroma itu benar-benar membuat aku makin tak beraturan untuk bernafas, antara rasa senang, takut Kak Rini marah dan rangsangan yang terus membuat jantungku berdebar. Dengan jarak cuman sekita 3-4 cm antara hidungku dan ketiak putih itu, Kak Rini pasti bisa merasakan kegelisahanku, tapi mungkin dia sudah nyenyak sampai tidak merasakan hembusan nafas dan sentuhan ujung lidahku diketiaknya. Rasa kecut karena ketiak yang sedikit berkeringat itu tidak kuhiraukan, malah aku semakin terangsang dan kadang mendesah tertahan sambil memegang penisku yang makin keras.
Ketika aku sudah tak tahan lagi, dengan jantung berdegup kencang, perlahan aku mengambil jaket tebalku untuk menutupi celanaku yang semakin menonjol karena desakan penisku (+15 cm) sambil memiringkan badan ke arah Kak Rini sehingga penisku merapat di paha Kak Rini yang berbalut jeans dengan hidungku dan bibirku yang telah menempel di ketiaknya. Aku mencoba menahan nafasku yang memburu sambil melanjutkan jilatanku yang makin berani ke arah pangkal payudaranya. Semua itu aku lakukan dengan sangat hati-hati, takut membangunkan Kak Rini dan dia nampaknya masih seperti semula dengan nafas yang masih beraturan.

Dengan perlahan aku membuka kancing tarik celanaku, meyampingkan CD ku lalu kutarik penis yang sudah sangat tegang keluar. Meski hanya kepala penis dan sebagian batangnya yang bisa keluar dari celanaku, aku elus-eluskan di paha Kak Rini sampai aku merasa ada cairan bening keluar(bukan sperma yang kental) dan menempel di celana jeansnya. Mungkin aku akan terus menggesek-gesekkan kepala penisku sampai aku ejakulasi, kalau saja Kak Rini tidak bergerak sedikit menjauh dari tubuhku.
Kejadian itu berakhir sampai disitu, dan sewaktu bangun, Kak Rini tidak bicara soal tersebut, cuma ada sedikit ada rasa canggung diantara kami, sampai kami turun dari kapal dan tiba di rumah.
Sejak tinggal bersama Kak Rini dan suaminya, aku mencoba untuk menjadi adik yang baik, aku coba membuang semua pikiran jorok di kepalaku tentang Kak Rini dan mencoba menghindari Kak Rini dengan banyak beraktivitas di kampus atau di luar rumah. Sampai suatu saat, Mas Tanto mengambil Tugas Belajar ke Filipina selama 1 tahun.

Empat bulan setelah tinggal di rumah Kak Rini, Mas Tanto berencana akan berangkat ke Filipina, dan selama itu aku mencoba menjaga jarak dengan Kak Rini walaupun dia tetap baik dan ramah kepadaku. Kalau tidak ada kegiatan di kampus atau ditempat lain, aku banyak berkurung diri di kamar, dan kamipun bertiga cukup sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga hanya waktu-waktu tertentu saja (Sabtu/Minggu) baru ketemu atau kumpul bersama.
Usahaku untuk menghindari berdekatan dengan Kak Rini adalah untuk membantu menghilangkan pesona sensualitasnya yang sering aku rasakan kalau berada dekatnya. Dan hal ini juga didukung karena Kak Rini sering berangkat pagi dan pulang kerja sore (aku biasanya yang paling akhir meninggalkan rumah) dan paling lambat tiba di rumah.

Satu-satunya yang paling sering menggodakau adalah pakaian-pakain kotor(terutama pakaian dalam Kak Rina) yang baru habis dipakainya, yang ditumpuk dalam keranjang pakaian didekat kamar mandi. Sering kali saat bangun pagi jam 08. 00 (kuliah agak siang) aku ‘memeriksa’ pakaian-pakaian tersebut (saat mereka telah berangkat kerja).

Aku sering mendapati pakaian kerjanya yang kemarin dan pakaian tidurnya semalam masih menyisakan aroma tubuh dan parfumnya, terlebih lagi celana dalamnya menyisakan cairan vaginanya yang harum (belakangan aku tahu vaginanya memang harum saat aku mengoralnya) dan sering aku ciumin dan jilati sambil beronani. Karena fantasi tersebut akan sampai sering menumpahkan spermaku di celana dalamnya atau pakaian kerjanya (tiap Sabtu baru di cuci), dan sewaktu pertama kali memuncratkan spermaku di CD nya.. aku takut Kak Rina tahu dan memarahiku.

Tapi sewaktu dia mencucinya pada hari Sabtu.. dia sepertinya tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau spermaku sudah bercampur dengan sisa-sisa cairan vaginanya (kadang cairan vaginanya masih basah). Dan setelah Mas Tanto memberi tahu rencananya untuk ke Filipina dan menyuruhku untuk menjaga Kak Rina dan rumah aku semakin.. akhh.. berdebar-debar. Inilah awal yang menjadikan aku tahu kalau Kak Rina ternyata memiliki hasrat dan gairah seks yang tinggi serta mengajariku fantasi-fantasi bercinta. Hubungan kami ini telah berlangsung sampai 8 tahun dan kami sepertinya orang yang masih pacaran walaupun dia telah bersuami.

Dan satu hal lagi, adalah kesukaanku mengintip aktivitas Kak Rini bila berada dirumah. Kalau malam hari saat tidur dengan suaminya, aku sering mendengar erangan-erangan bercinta mereka. Bahkan aku pernah onani didepan kamarnya yang aku buka sedikit pintunya dan aku melihat Kak Rini lagi tidur dikamarnya dengan pakaian tipis dan seksi(saat itu suaminya belum pulang dari kantornya). Dan berapa kali kejadian-kejadian tak terduga yang membuat aku

sakit kepala bila membayangkannya.. karena ingin segera merasakan bercinta dengan Kak Rini.
Tiba saatnya Mas Tanto berangkat ke Filipina, aku dan Kak Rini mengantarnya ke bandara dan Kak Rini langsung berangkat ke kantornya, sedangkan aku balik ke rumah karena hari itu aku tidak ada perkuliahan atau kegiatan lainnya di luar rumah. Setiba dirumah, aku langsung memeriksa keranjang tempat pakaian kotor Kak Rini. Disitu aku mendapati beberapa potong celana dalam dan BH Kak Rini dan daster yang dipakainya semalam.

Seperti biasa, aku mulai menciumi CD Kak Rini yang meninggalkan sedikit cairan vaginanya sambil mulai membayangkan aku menciumi vagina Kak Rini sambil mulai beronani. Aku buka semua pakaianku dan memakai CD Kak Rini yang lain sambil meremas-remas penisku di dalam CD Kak Rini.
Ketika asyik beronani, tiba-tiba telepon berdering, ternyata dari Kak Rini yang menanyakan apakah aku telah tiba dirumah atau belum. Aku berusaha untuk mengajak Kak Rini bicara lama di telepon sambil terus meremas penisku dan membayangkan sedang bercinta dengannya. Suaraku kedengaran parau karena rangsangan yang timbul dan aku berusaha mengajak bercanda Kak Rini:
“Jam berapa baliknya nanti Kak Rin?” Tanyaku,
“Seperti biasalah, kenapa emang?! kangen ya sama aku?” Balasnya bercanda,
“Nggak kok, cuman mau menjalankan tugas dengan baik, menjaga dan mengantar jemput kakak!” Jawabku dengan suara gugup karena aku semakin terangsang mendengar suara lembut Kak Rini.. “Kamu kenapa? kok suaramu parau begitu?!”
Aku cuma menjawab, “Masih ngantuk nih, habis bangun pagi-pagi ngantarin Mas Tanto!” Jawabku bohong dan..

“Akhh.. ”
Aku mencapai klimaks
“Udahan dong, aku mau tidur lagi.. nanti aja aku jemput!” kataku kelelahan karena karena spermaku telah terumpah di CD Kak Rini..

“Ya deh, aku tunggu.. awas kalau nggak jemput!” Katanya mengakhiri pembicaraan kami. Aku pun menyimpan kembali CD Kak Rini di keranjang dan aku benar-benar puas onani kali ini karena baru kali ini aku onani disertai dengan mengobrol dengan Kak Rini walaupun hanya ditelepon.

Setelah kejadian itu, selama dua minggu pertama keberangkatan suaminya ke luar negeri tidak ada kejadian istimewa yang terjadi. Aku hanya sesekali onani, karena aku sering berada di luar rumah (kalau sore atau malam baru balik ke rumah) dan mengantar jemput Kak Rini kalau aku tidak ada kegiatan. Setelah mengantar atau menjemput Kak Rini, aku biasanya melanjutkan kegiatanku di kampus atau di luar rumah, dan kalau balik kerumah aku sering mendapati Kak Rini telah tidur di dalam kamarnya sehingga kami tidak sempat ngobrol.

Sampai pada suatu malam, ketika aku pulang dari kegiatan dengan teman-teman kampusku selama tiga hari (praktis aku tidak bisa menemani dan bertemu Kak Rani) di luar kota. Setelah menyimpan motor di garasi samping rumah, aku lihat lampu ruang tengah masih menyala dan Kak Rini menonton acara TV sambil tiduran di sofa. Rasa kangen makin menjadi-jadi setelah tiga hari tak bertemu dan melihat Kak Rini mengenakan dasternya yang menurutku sangat seksi. Dasternya berwarna kuning tua (serasi dengan kulitnya yang mulus) dengan lengan yang agak pendek dengan lubang lengan yang agak besar sehingga aku bisa melihat tali BH nya yang berwarna putih dari ketiaknya.

Aku memeluk ringan (sudah biasa) dan kali ini aku sedikit nakal dengan memberi ciuman tipis di telinganya (aku belum berani sun bibir).
“Baik-baik aja kan kak?!” sapaku sambil merapat ke tubuhnya sambil memegang bahunya.
“Iya nih.. cuman agak kesepian sendiri!” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“Kan Mas Tanto baru dua minggu lebih perginya..?!!” Kataku menggoda
“Ihh.. kamu bisa aja.. awas ya aku laporin ke Mas..kalau kamu nggak jagain aku selama tiga hari!!” Jawabnya sambil mengancam dan mencubit pinggangku..
“Kan cuman tiga hari.. tapi nggak lagi kok.. sudah selesai kegiatannya” kataku mencoba menetralisir suasana yang sudah mulai membuat aku ngeres.
“Ok deh.. tapi mandi sana, bau tuh..!!” katanya mengejek aku.

Aku pun mandi dan mengisi perut yang sudah dari tadi minta diisi. Sambil makan, aku membayangkan bagaimana rasanya kalau aku bercinta dengannya malam ini. Membayangkan itu, aku makin tambah gelisah dan aku cepat-cepat menghabiskan makananku dan menemani Kak Rini menonton acara TV.
Dengan memakai kaos oblong dan celana karet pendek, aku menemani Kak Rini menonton sambil duduk dikarpet dan bersandar di sofa tepat disamping Kak Rini. Sambil menonton, kami bercerita apa saja, dan tak lama kemudian, Ka Rini berdiri dan berjalan ke kamar mandi ingin buang air. Sewaktu melewatiku, dasternya tampak transparan walaupun sekilas, dan aku sempat juga mencium aroma tubuhnya yang wangi.
Hal itu membuat aku memperbaiki letak penisku (waktu Kak Rini sudah di kamar mandi) karena aku malu kalau Kak Rini tau aku sedang ‘horny’ karena celana pendek yang aku kenakan sedikit ketat. Setelah keluar dari kamar mandi, Kak Rini pun ikutan duduk di karpet disampingku, malah dia tengkurap sambil membelakangiku dan memeluk bantal duduk. Aku semakin bebas melihat buah pantatnya yang bagus, sedikit pahanya yang mulus dengan betisnya yang indah yang ditaburi bulu-bulu halus yang rapi. Sungguh pemandangan yang membuat aku makin konak, sehingga aku tidak konsen lagi dengan acara TV ataupun obrolan kami.

Sambil ngobrol dan bercanda, Kak Rini sering mengejek atau meledek aku hingga aku tak sadar menepuk betisnya yang indah dan mulus. Setelah menepuk, aku tidak menarik kembali tanganku, tapi kubiarkan terparkir di betisnya sambil sesakali mengusapnya. Jantungku makin dag dig dug, aku gelisah, karena baru kali ini selama aku tinggal dengannya bisa berdekatan sambil mengelus betisnya. Kejadian di atas kapal laut yang aku coba lupakan, terkenang kembali. Penisku makin tegang, dan terciplak jelas di celana pendekku karena aku tidak memakai CD lagi didalamnya (aku memang jarang memakai CD kalau dirumah). Untuk menutupinya, aku meminta bantal duduk yang lain yang berada didepan Kak Rini.
“Tolongin bantalnya dong kak!” Sambil menunjuk bantal didepannya..

“Ambil aja sendiri, malas amat seh bergerak!” katanya mengejekku. Tanpa meminta lagi, aku langsung bergerak mengambilnya, tetapi aku harus melewati tubuhnya, dan mau tak mau aku menindih pantatnya yang indah.
“Yang ini aja deh..” kataku sambil merebut bantal yang ada dipelukannya. Tapi karena dia mempertahankannya, akupun tertarik ke arah tubuhnya sehingga sekarang aku menindihnya dari atas, sedangkan dia masih tetap tengkurap.
Sambil mempertahankan bantalnya, buah pantatnya yang sudah aku tindih juga turut bergoyang menambah ketegangan penisku. Dengan posisi seperti ini, akupun bebas menciumi rambutnya yang harum sambil tangan dan lengan kami bersentuhan. Sungguh posisi yang paling mengasyikkan, dan aku pun akhirnya tetap berada diatas tubuhnya..
“Ihh.. kakak pelit!”
“Biarin..!” katanya sambil tetap menatap layar TV.
Pandanganku tertutupi oleh sebagian rambutnya yang sebahu, dan aku pun makin berani menciumi rambutnya dan mulai memegangi tangannya. Jantungku berdegup kencang, aku tahu Kak Rini mengetahuinya, tapi ketakutanku dikalahkan oleh nafsuku dan tanganku mulai berani menyibak dan mengelus rambutnya..

“Kakak harum..” kataku tanpa disengaja karena sensasi yang ditimbulkan oleh suasana seperti ini..
“Biarin.. kamu aja yang bau.. wwek!” Katanya mengejekku.
Setelah menyibak rambutnya, kuberanikan mencium tengkuknya, Kak Rini tampak kaget walaupun sesaat, dan dia tetap mengarahkan pandangannya ke layar TV walaupu aku tahu tidak konsen lagi dengan acara TV. Melihat dia tidak protes, aku semakin berani menciumi telinganya dan bolak balik kelehernya..
“Kulit kakak muluss..” Kataku dengan gugup..
“Sshh.. biarin” Jawabnya sedikit mendesah.

Aku pun makin agresif.. kugoyang pinggulku agar penisku bisa lebih merasakan buah pantatnya sambil tanganku perlahan-lahan mulai menyusup kearah ketiaknya. Tangan masuk melalui lobang ketiak dasternya, dan mencoba mengusap pangkal payudaranya.

Sampai saat itu, aku masih takut kalau Kak Rini jadi marah karena ‘kenakalanku’. Tapi karena dorongan nafsu yang makin menjadi, aku beranikan untuk menarik bawah dasternya sambil mengusap paha luarnya dengan tanganku yang satu, sedangkan tangan yang lain tetap meraba-raba payudaranya. Aku tak peduli lagi kalau dia marah, karena sensasi yang tercipta benar-benar membuat penisku tak sabaran lagi.
Dengan dibantu kakiku, aku coba merenggangkan pahanya, setelah dasternya mulai sedikit demi sedikt tergeser keatas pinggangnya, sampai tampak CD Kak Rini yang berwarna putih. Kak Rini diam saja, malah cenderung penurut ketika aku menarik dasternya keatas dengan mengangkat pantatnya sedikit, sehingga penisku makin menempel keras di buah pantatnya yang montok.

Sampai disini, aku masih mengelus-elus pahanya dengan lembut dan tangan yang satu sudah berani meyelusupkan satu jari ke dalam mangkuk BH nya sambil menekan lembut payudara Kak Rini. Aku juga mulai menciumi punggungnya yang sedikit terbuka dibagian atasnya, terus kebawah kearah tali BH nya. Aku menggigit daster dan tali BH nya bagian belakang lalu kutarik dan kulepas sehingga berbunyi cipak (bunyi tali BH mengenai kulitnya), dan kuulangi beberapa kali.
“Hmm.. sakkitt..!!” Rengeknya manja sambil menundukkan kepalanya ke bantal sambil menikmati permainanku.
“Biarin..!!” Balasku dan kami sama-sama tertawa. Aku pun makin berani menarik CD Kak Rini kebawah sambil aku mencoba mencium pipinya.
“Kamu nakaa..ll!!” Manjanya yang membuat aku makin bernafsu. Aku tarik tanganku yang mengelus-elus payudaranya dan menarik wajahnya sehingga aku dapat mencium bibirnya walaupun hanya sebentar dan dengan agak susah.

Karena aku makin bernafsu dan ingin sekali menciumi bibirnya yang seksi, aku bangun dan segera menarik CD Kak Rini sampai kelutut. Lalu aku membalikkan badannya dengan sedikit kasar sehinnga sekarang Kak Rini terlentang dihadapanku dengan dasternya yang sudah terangkat sampai keperut dan CD sampai lutut yang memperlihatkan rimbunan bulu-bulu halus di selangkangannya.
“Kamu mau ngapain..?!” Katanya sedikit terkejut.

Tapi aku segera menindihnya dan memegang wajahnya dan segera mencium bibirnya yang diatasnya ditumbuhi bulu-bulu halus seperti seperti kumis tipis. Kak Rini coba berontak dengan memalingkan wajahnya, tetapi karena aku telah memegang mukanya, akhirnya bibirnyapun berhasil aku lumat, dengan sedikit menarik dagunya sehingga bibirnya terbuka. Kak Rini pasif saja mulanya, tapi setelah aku jilati bibirnya, dia pun mulai membuka mulutnya dan mendesah..

“Ahh..jangan Rick!” Tapi aku terus mencium, menjilat sampai Kak Rini pun berani membalas goyangan lidahku di dalam rongga mulutnya.
Lama kami bermain lidah, saling menjilat disertai desahan nafas kami dan bunyi ‘plok’ saat bibir kami terlepas untuk menarik nafas, kemudian melanjutkan saling kulum dengan ganasnya. Perlahan tanganku meraih kedua tangannya dan menaruhnya diatas karpet dibagian atas kepala Kak Rini sambil terus berciuman. Aku kembali menciumi lehernya, bahunya dan dadanya. Kak Rini hanya mendesah tanpa berbicara..
“Akhh.. sshh..!!” dan aku makin melancarkan ciumanku, kali ini ke ketiaknya yang putih (bulu-bulunya tidak selebat waktu di atas kapal laut), aku ciumin dan aku jilati..
“Akhh.. geli sayang!!” Desahnya lalu menggigit bibirnya (itulah kata sayang yang pertama ditujukan padaku) sambil kepalanya bergoyang kiri-kanan menikmati rangsangan yang aku berikan.
Aroma tubuhnya yang sensasional dan sensasi bulu-bulu ketiaknya membuat aku makin terangsang dan aku segera meremas payudaranya dan Kak Rini memelototi aku katanya,
“Sshh.. pelan-pelan.. sakit!”
Aku pun segera memintanya untuk melepaskan dasternya agar aku bisa membuka BH nya, tapi dia merengek manja..
“Nggak mauu..!!” Katanya pura-pura cemberut, tapi aku segera mencopot CD nya dan segera kubenamkan wajahku di vaginanya yang penuh dengan bulu-bulu halus menggairahkan.
“Kamu mau ngapain..?” Tanyanya bingung, tapi aku terus saja mencoba menguak pahanya dengan kedua tanganku lalu mulai menjilati vaginanya yang ternyata sudah mulai basah oleh cairan vaginanya.
“Jangan ahh.. kan bau tuh..sshh..!” Protesnya sambil mendesah menahan nikmat, tapi aku justru merasakan aroma vagina yang membuat perasaan tidak karuan.
“Asyik kok kak.. punyanya kakak harum ya..?!!” kataku memuji karena memang harum.
Aku jilati bibir vaginanya yang menonjol, clitorisnya, dan dengan bantuan jari menguak vaginanya, aku menusukkan lidahku ke dalam lobang vaginanya, sehingga Kak Rini mengerang tak karauan..
“Ohh.. uu..” Tiba-tiba aku merasa vaginanya menegang dan pahanya dirapatkan menjepit kepalaku, dan aku mencium aroma vaginanya yang makin tajam diiringi lidahku merasakan cairan bening dari dalam lubang vaginanya.. ternyata Kak Rini sudah orgasme. Diapun mendorong kepalaku sehingga terangkat dari vaginanya dan tangannya menutupi vaginanya lalu tangan satunya mengambil CD nya yang tergeletak disampingnya dan menutupi lubang vaginanya dengan CD nya itu dan berbaring membelakangiku sambil mengatur nafasnya yang memburu.

Aku kecewa karena tidak sempat menjilati cairan vaginanya yang harum (aroma bunga). Aku coba mendekatinya lagi sambil melepaskan celanaku. Ketika aku coba menyentuh vaginanya dari belakang, dia berkata,
“Sudah dong Rick..!”
Aku coba mengerti, mungkin Kak Rini malu kalau cairan vaginanya aku jilati. Juga mungkin perasannya yang bersalah telah orgasme dihadapan adik sepupunya sendiri. Aku hanya memeluknya dari belakang sambil menempelkan penisku yang sudah ngeras habis dibelahan pantatnya, lalu aku belai-belai rambutnya, mencoba menghiburnya karena aku sendiri belum mencapai klimaks.
“Kamu jahat.. rangsang aku sampai aku orgasme!” Katanya sewaktu aku sudah mulai menggesek-gesekkan penisku di pantatnya.

Aku hanya diam, karena aku makin terangsang ingin memasukkan penisku ke vaginanya. Dan ketika aku makin kencang menggesekkan penisku yang mulai basah oleh sisa cairan vaginanya dan Kak Rini diam saja, aku lalu memutar tubuhnya sehingga dia kembali terlentang dan aku segera merenggangkan kembali pahanya, tetapi Kak Rini menolak sambil menarik aku dan berkata sambil membelai-belai wajahku..
“Jangan sayang.. aku takut hamil selama Mas Tanto nggak ada disini” Katanya memohon pengertianku.
“Tapi kak.. aku dah nggak tahan lagi..” Protesku.
“Didubur aja Kak kalau nggak mau di vaginanya kakak..?!!”
“Sakit sayang.. lagian nanti berbekas!” katanya memohon.
“Kalau gitu kakak oral aja..!” kataku sambil menyodorkan penisku ke mukanya. Dia tampak kaget melihat penisku yang agak besar walaupun panjangnya cuman sekitar 15 cm.
“Ok..tapi kalau udah mau keluar bilang ya..aku belum pernah nelan spermanya Mas Tanto!” Katanya sambil duduk dan membuka daster dan BH nya.

Aku terpesona melihat bentuk payudara yang indah (punya pacarku saja yang dulunya aku bilang bagus masih kalah sama punyanya Kak Rini), sampai aku tidak tahan untuk tidak meremasnya..
“Tete kakak bagus..!!” Pujiku. Kak Rini hanya tersentum manis,
“Kalau udah mau keluar, gesekin aja di sini ya..!” Katanya sambil menunjuk ke payudaranya, lalu dia memegang penisku dan mulai mengulumnya,
“Ssruupphh..” Bunyi kulumannya di kepala penisku yang agak besar sambil melumurinya dengan air liurnya.
“Punyamu besar dan agak panjang dari Mas Tanto..!”

Tapi aku tidak terlalu menghiraukan lagi kata-katanya disela hisapannya, karena aku sendiri sudah merasa terbang ke langit ketujuh. posisi kami awalnya sama-sama berlutut, Kak Rini mengulum penisku sambil tangannya meremas-remas buah pantatku, dan sesekali menyentuh lubang anusku, semuanya itu menambah rangsangannya. Aku memperhatikan kulit Kak Rini yang benar-bener mulus dari punggungnya sampai ke pinggangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, bentuk pantatnya yang indah dan payudaranya yang menggelitik pahaku sambil mulutnya mengulum penisku..

“Akhh.. kak.. duduk dong!” Kataku sambil berdiri karena rangsanagn yang dia berikan semakin memacu gairahku.

Kak Rini pun duduk dan aku berdiri, lalu dia kembali memasukkan penisku ke mulutnya. Kali ini aku yang menggoyang pantatku ke depan ke belakang dan lidahnya menahan kepala penisku setiap pantatku kudorong kedepan sambil tangannya memeluk kedua pahaku. Beberapa menit kemudian aku sudah mulai merasakan desakan air maniku yang mau keluar, aku pun menarik keluar penisku, tapi karena hisapan yang kuat dari mulut Kak Rini, aku pun mendorongnya dan dia mengerti kalau aku sudah mau klimaks,
Kak Rini segera berbaring dan memegang penisku lalu diarahkan ke payudaranya lalu menjepit dan aku disuruhnya untuk menggesek-gesekkannya sambil meremas payudaranya, sampai..
“Akhh.. kakkh.. aku mau keluar..!!” Kataku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Dan.. crot.. crot.. banyak sekali air maniku yang muncrat di dada dan leher Kak Rini bahkan ada yang sampai mengenai mukanya.
“Akhh.. kakak nikmat bangett..!!” Jeritku sambil tetap meremas payudaranya.
“Bersihin dong Rick, sperma kamu banyak tuh..!!” Katanya sambil menyodorkan dasternya.
Aku pun mulai menglap sisa-sisa spermaku di payudaranya, leher dan mukanya. Lalu aku ciumin bibirnya,
“Makasih Rick.. kamu puasin aku malam ini!” Katanya
“Kamu hebat.. pintar rangsang aku..!” Bisiknya malu-malu.
“Dan mulai sekarang.. kamu nggak usah lagi tumpahin spermamu di celana dalam kakak yang udah kotor.. capek nyucinya.. hehe!!” Godanya,
“Jadi kakak tahu kalau aku sering tumpahin spermaku di CD nya kakak??” Tanyaku malu..
“Iyalah.. tapi nggak papa kok.. kakak suka.. aku juga sering ciumin CD kamu kok.. cuman kamu nggak tau kan?!!hehhe!!”

Lalu katanya lagi, “Sejak dari pertama kenal, kakak sudah tertarik sama kamu, tapi kakak sembunyiin.. kamu aja yang agak berani.. terutama di atas kapal laut dulu!!”.
Malam itu kami lanjutkan bercerita tentang kejadian-kejadian yang kami alami selama ini yang sama-sama kami rahasiakan, semuanya dibongkar dengan jelas.. dan sambil bercerita, kami selingi dengan saling cium, melumat bibir, saling raba dan berpelukan. Kami tertidur sambil berpelukan dengan telanjang di ruang itu, setelah aku membuat Kak Rini orgasme sekali lagi walaupun dengan jari-jari tanganku (itu permintaannya sendiri) walaupun aku sebenarnya ingin merasakan vagina Kak Rini.
Sejak saat itu, aku dan Kak Rini sering ‘bercinta’, walaupun Kak Rini belum mau aku memasukkan penisku ke vaginanya karena takut kalau-kalau dia hamil saat suaminya ada di luar negeri. Tapi paling tidak, aku tidak lagi cuma merasakan aroma vaginanya lewat CD nya, atau aroma tubuhnya yang sensasional di pakaiannya, tapi aku sudah bisa merasakan langsung, kapan saja aku mau.

Di Sudut Kelas: Kisah Cinta Pertamaku yang Penuh Kenangan Manis

Panggil saja aku Renald, ABG ganteng dan bahkan sebagian teman-temanku mengatakan kalau aku pantas jadi artis. Gimana tidak, aku tinggi, wajahku ganteng, tubuhku juga atletik, hingga banyak cewek-cewek disekolahku naksir sama aku, namun aku hanya menanggapinya biasa saja karena aku belum ada cocok.

Hingga akhirnya orang tuaku pindah kota dan aku harus ikut pindah sekolah juga dan aku belum mempunyai kenangan disekolahku yang lama, sungguh malang banget nasibku ini. Setelah aku pindah disekolahku yang baru, dengan bermodalkan wajahku yang ganteng tak sulit aku mencari teman disana hingga aku mendapatkan teman dekat yang bernama Farida.

Ceritanya berawal dari sini, Hari pertama aku masuk kelas 3 aku di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA aku orang pinter wajar masuk IPA hauahahhauah!! Aku di kenalin sama guru aku n kepsek di kelas udah gitu aku di suruh duduk di samping cewe yang langsung aku kenal namanya Farida,

Tingginya sebahunya aku badannya sintel banget pay*dar*nya yang selalu buat aku ndisir melulu klo deket dia aku sempet tuker-tukeran no. hp sama dia setelah aku tau dia kaya’ gimana aku coba aja jadian sama dia. Aku jalan sama dia masih sampai sekarang dia klo deket aku rada” b*nal N*ps*an bersyukur banget aku dapet cewek macem gitu waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk aku sama Farida ngobrol aja dipojok kelas.

Maklum tempat duduk aku sama dia di taro di pojok sama walas pertama aku sich nggak berani ngapa ngapain dia di kelas tapi klo udah masuk ke mobil aku abis tuch cewe waktu itu aku liat temen aku lagi cip*kan di depan kelas balakng meja guru tiba” aja cewe aku ngomong gini.

“tuch rido aja berani masa’ kamu kalah sama dia??”
“ha? aku kalah, belum sempet selesai bib*r aku di lahap sama Farida di bales aja dengan c*uman n sed*tan yang bikin dia ampun-ampunan sama aku. Farida sempet ngasih l*dahnya ke aku. tapi aku lepas c*umannya.

“kenapa??” aku bilang aja begini
“aku nggak mau maen l*dah di kelas takut kelewatan”
“ya udah maen biasa aja”

Aku lanjutin c*uman aku di bawah bangku meja aku aku dorong ke depan supaya lebih luas aku ngelakuin c*uman demi c*uman. “ahhhhhh ahhhh ndree” Kata-kata itu selalu keluar dari mulutnya. Setelah aku puas c*umin tuch bib*r, aku turun ke bawah ke lehernya dia yang makin membuat dia kewalahan.

Dan tangan aku ngeremes” pay*dara dia yang ukurannya aku taksir 35 tau A B C D cuz setiap aku tanya dia g pernah mau jawab aku remes tuch d*d*nya sampe dia kel*jotan setelah aku nandain tanda merah di lehernya dia ngeremes remes k*nt*l aku yang membuat ni pen*s kagak kuat lagi buat nahan di dalam k*ncut maupun masih make baju seragam.

Aku ngelakuin di dalam kelas aku tetep nggak gentar aku bukan resleting seragam aku n aku keluarin tuch siADEK dan si Farida udah siap dengan mulutnya yang menganga aku sempet nutupin dia pake jaket aku sehingga misalnya temen aku nanya aku bilang aja lagi sakit.

J*latan demi jil*tan dia beri untuk aku. is*pan dia bikin aku nggak kuat lagi buat nahan keluarnya m*ni aku. l*dahnya bergoyang” di pen*sku dan. “akhhhhhhh crotttttt croooootttt crotttttttttttt” keluar m*ni aku. Farida membersihkannya dengan mulutnya dan di k*c*k” trus di Pen*sku.

Selesai itu aku bersiin mulutnya dia pake tissue yang ada di kantongnya aku sama Farida kembali berc*uman fre*nc kiss,,, l*dahnya dia ber gelugit” di dalam mulut aku. Jam 12.00 aku balik sekolah sebelum aku gas mobil aku ke rumah aku di bilangan bekasi nggak jauh dari rumahnya Farida aku bermain d*d*nya Farida dolo di mobil aku aku buka kancing seragam pelan-pelan.

Di bantu Farida dengan n*psu yang ganas Farida ngerti maksud aku and dia nge buka tali **Nya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara is*pan aku muncul di depan aku. dengan n*psu di ujung rambut aku *sap put*ng sus*nya tangan kiri aku megangin kepala belakang dia san tangan kanan aku ngeremes” d*d* yang satu lagi.

“ahhhhh. Renald pelan” donkkk Farida udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh”.
Put*ng Farida yang berwarna merah ke merah” mudaan tertelan abis oleh mulut aku and tiba” aja tubuhhhhh Farida mejelijang seperti cacing kepanasan aku s*dot trus d*d* Farida sampai put*ng itu terasa keras banget di mulut aku

Farida cuma diam dan terkulai lemas di mobil aku aku liat parkiran mobil di sekolahan aku udah sepi Farida mengancingi baju seragamnya satu aku bantu supaya cepet. Selama perjalanan pulang Farida tetap lemas dan memejamkan matanya aku kecup keningnya sesampai di rumah aku,

Farida bangun dan dia pengen ke kamar kecil aku suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dia bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah, selesai dari kamar mandi aku liat Farida nyopot **nya terlihat jelas put*ngnya dan bongkahan sus* sebesar melon itu.

Belum sempat masukin baju ke tasnya dia dia aku dorong aku tempat tidur dan aku lahap bib*rnya dan dia membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan n*psu aku yang cuma make bokser doank ke walahan tangan dy bermain” di sel*ngak*ngan aku.

Aku bermain di leher dia dan aku buat cap merah lagi di lehernya aku sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make cel*na d*lam G str*ng dengan perlahan” dia nurunin roknya dan dy hanya menggunakan cel*na d*lamnya aku copot dan aku jil*tin v*gin*nya.

”ahhhhhhhhhhhhhhhhhh. . Ndree.ahhh hhhhhhh” cuma kata” itu yang keluar daru mulutnya. aku rasain v*gin* Farida semakin keras dan aku gigit kelent*tnya dia terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu aku.
“Ndree puasin akuwww dunkkkkkkk.” nggak pake cing cong aku jil*t n aku sodok” tuch v*gin* pake telunjuk aku.

“Ndree aku keluarrrrrrrrrrrrrrrr.” v*gin* Farida basah ketika di depan mata aku.
Di sedot sampai bersih tuch v*gin* udah gitu aku liat dia memegang bantal dengan keras. aku deketin dia dan aku c*um bib*r dia. ternyata dia blum lemas.

Dia bangkit dan memegang k*nt*l aku dan di koc*kinnya sampe si ADEK meng*cung sangat keras. k*nt*l aku di masukin ke mulutnya Farida di masukan di keuarkan sampai” di sedotuhhhhhhhhh. Nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi biji z*kar aku juga nggak lupa ikut ke s*dot.

Pass b*ji aku di sedot rasanya aku pengen FLY k*c*kin Farida semakin panas dan h*sapannya semakin nggak manusiawi lagi wajahnya tambah m*niss kalo dia sambil h*rny begini.
Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh. crottttttttttttttttttttttttttt tt

Man* aku tumpah semua ke lantai kamar aku yang sisanya di jil*tin Farida sampai bersih aku bangkit dan menarik tangan Farida aku c*umin d*d*nya aku keny*t”lagi put*ngnya sampai merah. aku cupang di sebelah put*ngnya m*nis banget sus*nya membuat aku semakin n*psu sama dia.

“Faridaku sayang masukinnn sekarang yach??”
“Ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu.”
Aku bertukar posisi Farida di bawah dan aku di atas sebelum aku masukan aku gesek” dolo di depan v*gin*nya belum aku masukin aja Farida udah meringis” aku dorong perlan”

“Ndree pelan” sakit. nee”. di bantu dengan tangannya dia perlahan” k*nt*l aku masuk baru seperempatnya masukkk aku cabut lagi dannn aku sodok lagi dan akhirnya masuk semua. aku lihat Farida sangat menderita tapi sepertinya dia seneng banget udah semuanya masuk aku goyangin aku maju mundurin perlahan lahan.

Bok*ng Farida pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan. setelah beberapa menit aku goyang” tiba” badan Farida mengejang semua. dan akhirnya Farida org*sme untuk ke tiga kalinya. Aku cabut kembali pen*s aku dan Farida berada di atas aku. Posisi ini membuat aku lebih rileks.

Farida memasukannya pelan-pelan. Digenggamnya pen*sku dan dimasukannya pen*sku ke v*gin*nya. Dan blesssss ternanam semua di dalam v*gin*nya. Badan Farida naik turun mengikuti irama, Farida mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala aku posisi ini membuat aku bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus aku em*t” kecil put*ngnya Farida dan mer*mas r*masnya. bok*ng Farida terusss bergoyaanggg.

”Ahhhhhhhhh ahhhhhhhhh. is*ppp teruss ndree” badan Farida mengenjang dan ” Renaldeee akuuu pengen keluar lagi”.
”Akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt tahannnn sebentarrrrrrr lagi”. aku dan Farida mempercepat permainan dan akhirnya”ahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh. aku keluar. kata” itu yang mengakiri permainan ini. Sampai sekarang pun Farida tetep bermain sama aku. Kami tetap melakukan banyak hal. Dan aku di tunangin sama Farida karena orang tua kami sama-sama setuju atas hubungan kami.

Cerita Sex Hangatnya Tubuh Mba Rena

Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Rena Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Rena. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Rena. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

Keindahan tubuh Mbak Rena tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Rena memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

Keindahan tubuh Mbak Rena tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Rena memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Rena selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Rena jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Rena. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas. Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah.

Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah. “Waduh kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam. “Lho masih di luar Hen..” Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Rena baru pulang. “Eh iya.. Mbak Rena juga baru pulang,” ucapku membalas sapaannya. “Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya. “Kok kamu tidur di luar Hen.” “Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Rena memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

Selanjutnya Mbak Rena membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan. “Kenapa Mbak, pintunya macet..” “Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Rena. “Kamu bisa membukanya, Hen.” lanjutnya. “Coba Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku. Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Rena memberiku tumpangan tidur di rumahnya. “Kletek.. kletek…” akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega. “Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana.” “Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda. “Terima kasih ya Hen,” ucap Mbak Rena sambil masuk rumah. Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian Mbak Rena keluar dan menghampiriku. “Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen,” kata Mbak Rena. “Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi. “Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.” Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan. “Mbak, saya tidur di kursi saja.” Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu. “Ini bantal dan selimutnya Hen.” Aku tersentak kaget melihat Mbak Rena datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek. “Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku. “Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa.” “Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda. “Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Rena sambil masuk kamar.

Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Rena hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Rena. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Rena. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Rena tidur dan pakaiannya sedikit terbuka.

Aku memberanikan diri masuk kamarnya. “Kurang hangat selimutnya Hen,” kata Mbak Rena. “Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri. “Ini di sini,” kata Mbak Rena sambil menunjuk tempat tidurnya. Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Rena ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Rena yang tertutup kain tipis itu. “Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Rena. “Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Rena saat aku hendak naik ranjangnya.

Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri. “Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat,” katanya. “Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku. “OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku.” Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Rena mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri.

Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Rena penisku sudah berdiri. “Ayo bukalah bajuku,” kata Mbak Rena. Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini. Setelah Mbak Rena benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Rena yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Rena rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri. “Oh, Hen nikmat sekali rasanya..” Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Rena. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Rena. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas.

Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Rena yang merah. “Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya. “Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku. Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Rena. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Rena. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Rena. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Rena. “Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Rena.

Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Rena tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Rena. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Rena rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Rena menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat. “Masih belum puas menjilatinya Hen.” “Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.” “Ganti yang lebih nikmat dong.” Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Rena yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya.

Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Rena. “Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..” “Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah..” Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Rena. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur. “Mbak Rena.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..” Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Rena semakin menggeliat keasyikan. “Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah..” Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Rena memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Rena memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Rena. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya.

Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya. “Oh.. Mbak Rena.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..” Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Rena. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Rena. “Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..” “Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…” Mbak Rena rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Rena mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Rena disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat. “Mbak Rena.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..” “Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..” Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Rena melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.

Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Rena kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati. “Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Rena. Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku. “Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.

Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Rena. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras. “Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen…” “Mbak Rena.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..” Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Rena membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Rena bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Rena berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama. “Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..” Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Rena yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Rena. “Oh, Mbak Rena.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..” “Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat..” Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu.

Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi. “Kamu nggak sekolah Hen,” tanya Mbak Rena. “Sudah terlambat, Mbak Rena tidak bekerja.” “Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..” Kemudian Mbak Rena pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Rena tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu.

Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita. Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Rena dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Rena, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi.

Cerita Dewasa Asiknya Ngesex Sama Tante Kesepian

Cerita Dewasa Asyiknya Ngesex Sama Tante Girang – Papi ultah kemarin mengahadiahkanku sebuah mobil,aku bersyukur banget dengan itu aku bisa ajak dating-dating cewek kampus donk.Oke next time papi berpesan agar aku membagi waktu dalam soal apapun biar kul ku tidak terbengkalai.Indahnya semua ini ibarat berada dalam sebuah mimpi’padahal memiliki mobil adalah mimpiku tapi sekarang jadi kenyataan bersyukur banget Pada Tuhan.Ah gak usah bagi-bagi info mobil baruku langsung aja nih aku akan bercerita tentang pengalaman hot yang pernah terjadi pada masa remajaku.Sebelumnya, perkenalkan namaku Jhon, umur ku 21 tahun masih tergolong muda, Coba-coba mengasah dalam karya tulis siapa tahu dan ini adalah pertama kalinya aku mengirim cerita di sini, sebagai sharing untuk teman-teman yang ada di Cerita sex Aku adalah seorang warga keturunan, saat ini aku sedang kuliah di sebuah PTS di Jakarta. Tinggi badanku 180 cm, berat badan ku 67 kg. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Mohon maaf jika bahasanya ada yang tidak tepat, karena aku belum berpengalaman dalam bercerita, dan kosakataku dalam berbahasa juga kurang, tapi semoga teman-teman masih mengerti maksud dari ceritaku ini. Jika ada saran atau kritik tolong email saya.

Pengalaman ini kualami baru 2 bulan yang lalu, dan ini merupakan pertama kalinya aku melakukan hubungan badan dengan seorang wanita. Tepatnya dengan seorang tante, panggil saja namanya Tante Nad, dia seorang janda yang ditinggal mati suaminya sekitar 4 tahun yang lalu, umur Tante Nad sekarang 31 tahun, mempunyai seorang anak yang masi kecil. Dia sebenarnya sering sekali datang ke Jakarta, dan memang mempunyai sebuah rumah disini, serta mempunyai seorang anak angkat yang juga merupakan anak dari kakaknya. Namanya Fandri, dia juga sedang kuliah dan tinggal di kos yang sama denganku, tapi dia lebi muda dariku 2 tahun. Kami lumayan akrab, sehingga kami sering keluar atau pergi jalan bersama.

Perkenalanku dengan Tante Nad, adalah ketika kunjungannya ke Jakarta, karena sebenarnya dia berasal dari Kalimantan. Pada waktu itu, aku diajak makan siang bersama oleh Fandri, dan katanya ada tantenya yang datang ke Jakarta bersama anaknya. Fandri berjanji untuk bertemu tantenya di sebuah mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah menunggu selama hampir setengah jam, akhirnya kami bertemu dengan tantenya. Pertama kali melihat tantenya, pandanganku seperti tidak bisa ketempat lain lagi. Aku begitu terpesona melihat penampilannya, begitu rapi, cantik dan sexy.

Mukanya yang putih dan mulus, rambutnya yang panjang terurai, membuatnya terlihat begitu merangsang, serta tubuhnya yang langsing, pinggang yang ramping, dan ukuran tubuh yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 160cm. Dadanya yang montok, besar dan kencang, mungkin sekitar 34D, ditambah lagi dengan memakai kemeja putih ketat dengan kancing bagian atas yang dibuka, sampai buah dadanya yang besar itu terlihat begitu indah dan montok, tampak menyembul, seperti mau keluar dari pakaiannya.

Pantatnya yang bulat dan kecil itu, terlihat begitu padat. Adik kecilku bahkan sempat menegang , karena melihat keseksian, keindahan, kemontokan tubuhnya, bahkan cara jalannya yang terlihat seperti di catwalk. Dalam diriku tidak berhenti memuja tubuh yang sangat seksi itu, dan betapa nafsu laki-laki aku muncul, karena itu kali pertamanya aku melihat pemandangan yang begitu merangsang. Jujur saja, aku sangat pengen meremas-remas dada dan pantatnya itu, tangan ku sudah gatal rasanya. Tapi aku masi bisa menahannya.

Setelah itu kami saling berkenalan, tangannya yang kecil itu begitu lembut. Dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, kami berbincang-bincang dan menjadi dekat, karena Tante Nad orangnya gaul, jadi semua pembicaraan kami terasa nyambung. Selesai makan, kami diantar pulang ke kos oleh Tante Nad. Sayang sekali aku tidak menanyakan no hpnya. Setalah hari itu, kami makin sering bertemu, karena Tante Nad sering mengajak kami pergi makan dan jalan-jalan. Dan aku menjadi semakin menginginkan untuk menikmati tubuhnya itu. Tante Nad sering telpon-telponan denganku, kadang hanya untuk ngobrol saja, tapi Tante Nad lebih sering menelponi aku daripada anak angkatnya. Bahkan sempat dia memintaku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku hanya menganggapnya basa-basi saja.

Tak terasa sudah berapa kali kami bertemu, dan akhirnya aku menjadi benar-benar akrab dengan Tante Nad.. dan Tante Nad mengajaku untuk menginap ditempatnya. Semula aku menolak, tapi Tante Nad tetap memaksa seperti anak yang manja, akhirnya aku terima ajakannya. Aku hanya pura-pura menolak, tapi sebenarnya aku mau menginap ditempatnya.

Malam itu, aku dan Tante Nad duduk-duduk di lantai teras rumahnya di lantai paling atas. Angin malam yang menyejukkan, dan suasana yang tenang, membuat kami merasa lebi santai. Ketika itu anak-anaknya sudah tidur.

Karena aku dan Tante Nad sudah akrab, maka aku memberanikan diri bertanya-tanya sesuatu yang

“nakal”.

“tante ngga ngerasa kesepian, kalau malem-malem ga ada yang temenin tidur.. hehe..”, candaku pada Tante Nad..

sebelumnya Tante Nad tampak terdiam tidak mau menjawab, hanya tertawa kecil, tapi akhirnya,

“Nakal juga kamu ya..”
“emang sih kesepian.. tapi mau gimana.. ga ada yang menghibur.. “, lanjutnya dengan sedikit mengeluh.
“hahaha.. kalau tante bole.. aku mau menghibur tante..”, candaku lagi.
“haha.. emangnya kamu bisa apa.. belum ada pengalaman, trus ntar malah tante yang kecewa..”, tanyanya, sambil memancingku.
“iya.. tapi setidaknya aku pernah liat dan tau cara-cara ama posisi-posisi nya..”, candaku dengan sedikit menantang.
“yuk masuk aja.. tambah dingin aja nih di sini..”, ajaknya dan mengubah topik. Dan kami pun masuk kedalam.

Tante Nad memintaku mengunci pintu, setelah selesai menguncinya, ternyata Tante Nad masih berdiri di sana. Kami saling bertatapan, cukup lama, tapi tidak berbicara satu katapun. Pikiran ku mulai kacau, dan berpikir yang tidak-tidak. Benar saja, tiba-tiba Tante Nad memegang kedua tanganku, dan dengan senyuman nakal menarikku ke sebuah kamar, kamar yang disediakannya buatku selama aku menginap di tempatnya.

Aku didorong ke ranjang, dan terduduk diatas ranjang yang lebar itu.

Tante Nad langsung saja mendatangiku, meloncat dan duduk diatas pahaku, kedua tangannya memegang erat rambut belakangku. Dan dengan tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan nafsu yang sangat besar.

“Tunjukin ke tante kalau kamu emang tau cara-caranya..”, setelah itu langsung saja dia mencium bibirku dengan buasnya, tangannya yang memegang kepalaku bergerak-gerak memegangi dan menjambaki dengan kuat seluruh rambutku.

Tubuh kami bergerak maju mundur mengikuti gerakan kepala kami. Lidahnya bergerak-gerak dengan cepat di dalam mulutku, aku membalasnya dengan menggerak-gerakan lidahku juga. Ternyata saat itu aku baru sadar bahwa nafsu seks Tante Nad ternyata besar sekali, dapat kulihat dari caranya, bagaimana Tante Nad ingin melumat lidahku. Ketika lidahku masuk dan meraba-raba rongga mulutnya, giginya mengigit-gigit dan mengisap-isap lidahku seperti mau menelannya bulat-bulat, kami seperti sedang bermain pedang-pedangan dengan lidah didalam mulut kami.

Aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi, kecuali malam ini aku harus menikmati tubuh Tante Nad sampai puas, akan kulampiaskan semua nafsuku yang tertahan selama ini pada Tante Nad.

“emmm.. emmmm.. ssshhh..aaahh.. ssshh.. aaahh..”, suaranya mendesah.
Ketika sekali-sekali Tante Nad mengigit bibir bawahku, aku gigit pula bibir atasnya. Begitu juga ketika Tante Nad mengigit bibir atasku, maka aku menggigi bibir bawahnya.

Kupegang kedua pahanya, kuleus-elus bagian dalam serta luarnya, sampai akhirnya aku menaikan kedua tanganku dan mencengkram sekuat-kuatnya kedua pantatnya yang bulat itu.

“ahhh….”, teriakannya kecil.

Tangan kananku memeluk erat-erat pada pinggangnya yang ramping itu, sampai buah dadanya itu terjepit diantara tubuh kami. Karena aku ingin merasakan kedua buah dadanya menempel didadaku, Begitu besar, begitu empuk, dan betapa dapat kurasakan kedua putingnya mengeras di dadaku.

Tangan kiriku tetap memegang kedua pantatnya itu, kumasukkan tanganku kedalam celana karetnya, berulang kali aku meremas-remas pantatnya itu dengan kuat-kuat, lalu kuelus-elus dan kuraba-raba,

“aaahh..”, suara itu yang sangat ingin aku dengar dari mulutnya.

Akhirnya kumasukkan jari-jariku kedalam belahan kedua pantatnya. Dengan jari-jariku dapat kurasakan hangat disekitar lubang pantatnya itu. Aku bermain-main dengan jari-jariku dan aku gelitik-gelitik luang duburnya itu, dan terasa tubuhnya berkejut-kejut kegelian, tangan kanannya.

memegang kuat-kuat pergelangan tangan kiriku untuk menahan rasa geli jari-jariku di duburnya. Jariku dapat merasaka bagaimana duburnya mengejang kegelian.

Setelah cukup lama kami berciuman, Tante Nad melepaskan bibirku, lalu dia berdiri dan membuka baju, celana dan CDnya. Dan kulihat pemandangan yang begitu menakjubkan ketika Tante Nad mengangkat kedua tangannya, dadanya yang besar itu ikut terangkat, lalu turun dan begoyang-goyang, ahh… betapa beruntungnya aku dapat melihatnya dengan begitu dekat.

Aku tidak malu-malu lagi, maka kulepas juga semua pakaianku, sampai kami benar-benar telanjang bulat. Aku tak sempat melihat semua bagian tubuhnya, tapi yang pasti bulu-bulu di sekitar mem*k Tante Nad itu telah dicukur habis, membuat mem*knya terlihat lebih bersih dan lebih

segar. Adikku sudah mencapai 80%. capsa

“dicukur tante..?”, tanyaku, Tante Nad hanya membalas dengan senyuman dan tidak berkata apa-apa.

Setelah itu kami lanjutkan lagi ciuman kami, semakin lama mulut kami semakin penuh dengan ludah kami yang telah bercampur, begitu kental, begitu nikmat, dan begitu banyak sampai menetes keluar dari sela-sela mulut kami, dan sampai aku merasa seperti sedang meminum segelas air ludah kenikmatan bersama-sama Tante Nad.

Tiba-tiba Tante Nad menyedot semua ludah-ludah itu kemulutnya dan melepas mulutku. Dengan tatapan mata dan senyuman yang nakal, Tante Nad mengeluarkan air ludah itu, membiarkannya mengalir seperti air terjun, dari mulutnya ke dagunya, lehernya, membasahi dadaku dan dadanya, dan akhirnya turun sampai ke pangkal paha kami, membuat gesekan tubuh kami terasa menjadi lebih licin. Melihat itu, mulai kuarahkan kepalaku untuk menjilati air ludah, tapi tidak kutelan, mulai dari sudut-sudut bibirnya, lalu dagunya, lehernya, betapa air ludah itu terasa lebih nikmat, karena telah bercampur dengan keringat Tante Nad.

Kubungkukkan badanku sedikit, sehingga mendorong tubuh Tante Nad sedikit kebelakang, dan akhirnya mukaku sampai tepat didepan dadanya,

“besar banget tante..”, kataku spontan, aku tidak melihat matanya, tapi aku tahu kalau dia tertawa gembira.

Kubaringkan badanya ke ranjang, Tante Nad dibawah dan aku diatas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.

“aaahh..”, desahnya..

Kubuka mulutku selebar-lebarnya dan dengan sedikit memaksa aku mencoba “memakan” dadanya sebanyak mungkin. Aku ingin “menelan” semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai aku puas.

“ssshhh..aahhh..aah..aah..”, desahannya semakin membuat nafsuku menggebu-gebu.

Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi perutnya, menjilat-jilat pusarnya, kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan Tante Nad tetap memegang kepalaku, mengikuti kemana kepalaku bergerak.

Akhirnya aku sampai di depan mem*knya, yang ternyata sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari mem*k dan disekitar pangkal pahanya.

Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan kugigit-gigit kecil klit nya, aku memainkan lidahku dengan cepat di duburnya, naik-turun dari pantat ke klitnya, berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.

“uuuuuuuuuuhhhh……..”, suara desahannya yang rendah, dan semakin kuat Tante Nad menjambak rambutku.

Kujilati mem*k nya seperti sedang menjilat es krim, es krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku belutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan kekiri, sehingga lubang memeknya dan lubang pantatnya dapat kulihat dengan jelas. Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah. Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan, kumasukkan kedalam memeknyanya, kedua jariku bermain-main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk di lobang memeknyanya.

“aaaahh… aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk…”, kata Tante Nad sambil memejamkan mata, membuatku semakin bersemangat memainkan memeknyanya.

“jangan berhentii…. trussss…. aaaahh…”
Setelah cukup lama aku bermain-main dengan mem*knya, akhirnya tubuh Tante Nad seperti kejang-kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat, sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.
“aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..”, kata Tante Nad, sembari tubuhnya mengejang-ngejang,

lalu keluar cairan putih kental yang cukup banyak dari dalam memeknyanya, membasahi tanganku dan daguku, dan menyebar ke dadaku dan perutnya, aku tidak tahu cairan apa itu, baunya pun tidak begitu sedap.

“haahhh.. hahhh.. hahhh..hahhhh..”, suaranya kecapekan, disertai keringat yang bercucuran dan tubuhnya mulai melemas.

Tangannya pun jatuh terkulai keranjang, Tante Nad terlihat seperti orang yang sudah KO.

“Jilatin jhonnn… jilatin yaaaaa.. sampe bersih…”, kata Tante Nad dengan manja..

Semula aku tidak mau, tapi setelah mendengar permintaan manja Tante Nad, akhirnya kulakukan juga. Padahal kont0lku saja belum kumasukan kedalam memeknyanya, tapi Tante Nad sudah kecapekan. Tapi aku juga sebenernya sudah kecapekan berada di posisi seperti itu, tanganku sudah pegal-pegal, tapi nafsu dan semangatku masih besar, karena aku belom puas, jadi tidak boleh putus di tengah jalan.

“haaahh.. Jhonnn.. jari kamu bener-bener nakal..”, katanya terengah-engah.

“sini Jhonnn..”, panggilnya sambil menarik kepalaku mendekat ke mukanya.

Dengan begitu aku menindih badannya, dadanya yang besar itu mengganjal tubuhku, dan kubiarkan juga kont0lku terjepit diantara tubuh kami. Aku dapat merasakan detak jantungnnya, desahan nafasnya yang telah kecapekan. Kedua tangannya melingkar memeluk leherku, kakinya juga melingkat dan melipat di punggungku. Tanganku memegang pinggangnya, meraba-raba dari atas ke bawah, dan satunya lagi mengelu-elus rambutnya yang panjang dan terurai itu. Tubuhnya benar-benar dibasahi oleh keringat. Aku sengaja menggerakkan tubuhku maju-mundur, sengaja membuat kont0lku yang masih tegang itu mengosok-gosok mem*knya, sengaja kuraba-raba pinggiran dadanya yang ikut berbergerak maju mundur, kulakukan supaya dapat membuatnya bernafsu lagi.

“Jhonn, tante suka banget cara lu ngobokin memeknya tante..”, kata Tante Nad memjuaku.

“jadi gimana.. tante puas ga..”, tanyaku.

“puas banget.. baru begitu aja tante uda kecapekan..”, katanya sambil memegang pipiku dan menatap mataku dalam-dalam.

“tapi tenang aja.. tante masi kuat kok..”, lanjutnya menggoda.

Tanpa banyak bicara lagi, langsung saja aku mencium bibirnya.. Petandan mulainya ronde kedua.

“hhmmmmppppp… hmmmmmpppppp.. hemmmpp…”, desahannya menjukkan bahwa Tante Nad masih bernafsu. Perlahan-lahan aku mulai merasakan putingnya mengeras kembali didadaku, tangan dan kakinya memeluk tubuhku dengan lebih erat.

Tampaknya memang benar, nasfu dan stamina Tante Nad sudah kembali.

Cukup berapa menit saja, dan air ludah mulai memenuhi mulut kami.

Tante Nad mendorong tubuhku kesamping, dan kamipun berganti posisi, aku dibawah dan Tante Nad diatas. Disedotnya kembali semua air ludah itu, perlahan-lahan Tante Nad menegakkan badannya. Tante Nad pun melakukan hal tadi, mengeluarkan air ludah itu sedikit demi sedikit ke dadaku,

perutku, lalu akhirnya membanjiri tubuhnya sendiri, air ludah itu terus turun dengan cepat sampai membasahi kont0lku yang berada terjepit diantara bagian dalam pangkal pahanya dan tubuhku.

Dengan senyuman dan tatapan mata nakal, Tante Nad memundurkan tubuhnya, lalu membungkuk, sambil memegang kont0lku, Tante Nad menumpahkan sisa air ludah itu ke kont0lku.

“wow.. lumayan juga punya kamu yaa…”, katanya dengan bernafsu, sambil memegang erat kont0lku.

“tadi sudah giliran kamu.. sekarang giliran tante buat kamu kecapekan..”, setelah itu, Tante Nad mulai mengecup kepala kont0lku.

Tangan yang satunya memegang, memainkan dan menekan-nekan, bahkan kadang digenggamnya dengan kuat buah pelirku.

“Aaah…”, kataku karena rasa nyeri di buah pelirku.

Dengan posisi kakiku yang terbuka lebar, tanpa banyak bicara lagi, Tante Nad dengan tatapan nakalnya mulai menjilati dari pangkal batang sampai keujung kont0lku. Tanganku memegangi rambutnya, karena aku ingin melihat pemandangan yang tak ingin aku lewati, bagaimana Tante Nad menjilati kont0lku dengan nafsunya. Digititnya kecil ujung kont0lku, rasanya geli sekali. Dikulum-kulumnya kont0lku, dijilatnya seperti sedang menjilat batang eskrim kenikmatan yang tidak akan pernah habis.

Sekarang giliran buah pelirku ikut di”makan”nya, dimasukkan kedalam mulutnya bersama dengan bulu-buluku. Lidahnya bermain dengan cepat didalam mulutnya, sesekali pelirku seperti sedang dikunyah oleh Tante Nad. “aaahh..”, teriakku kecil, menahan sakit.

Kont0lku sudah basah sekali oleh air ludah Tante Nad, nafsunya seperti sudah tidak tertahan lagi. Kont0lku teraa panas gara-gara bergesekan dengan mulut dan tangannya. Kepalanya naik turun dengan cepat diikuti dengan tangannya. Sesekali kepala kont0lku ditarik dengan kuat oleh

Cukup lama Tante Nad bermain-main dengan kont0lku, kira-kira hampir setengah jam, akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.

“aaaaa.. tanteeeee…”, teriakku panjang.

Mendengar seperti itu, Tante Nad makin mempercepat gerakan mulut dan tangannya. Otot kakiku sudah mengejang menahannya, akhirnya.. crrttt.. crrttt.. keluar juga spermaku. Tante Nad tidak mengeluarkan kont0lku dari mulutnya, dengan nafsu Tante Nad menjilati semua spermaku, tidak dibiarkannya setetespun mengalir keluar. Semuanya ditelan tanpa sisa, bahkan kont0lku masi disedot-sedotnya. Begitu bernafsunya sampai Tante Nad terlihat seperti wanita yang benar-benar kehausan akan spermaku.

“aaahh.. punya kamu hangat sekali rasanya.. nikmat banget..”, kata Tante Nad.

“ha ha.. sekarang kita satu sama..”, lanjutnya dengan gembira, sambil menindih badanku.

Kami berpelukan diranjang, saling meraba-raba tubuh. Kuelus pahanya yang mulus, sedangkan Tante Nad mengelus-elus perut dan dadaku. Kami saling bertatapan dan saling memuji.

“enak sekali tante.. tante jago banget..”, kataku, menikmati bagaimana enaknya pengalaman dioral oleh seorang wanita cantik.

“kamu juga hebat.. tante suka de sama kamu.. bisa tahan selama itu…”, balasnya nakal.

Aku begitu lelah, rasanya sudah tidak ada tenaga lagi. Aku melihat Tante Nad, tampaknya ia juga dalam keadaan yang sama denganku.

Tak banyak bicara, Tante Nad mengecup dahiku.

“kita bobo dulu aja ya sekarang.. tante pengen lanjut tapi lemes banget rasanya..”, katanya.

“iya tante.. aku juga capek banget.. tante emang top..”, balasku.

Tampak Tante Nad tersipu malu dan tertawa kecil. Sebenernya nafsuku masih besar, tapi keadaan tubuhku tidak memungkinkan. Aku juga tidak mau memaksa Tante Nad yang sudah sangat kecapekan.

Begitu lemas, akhirnya kami tidur berpelukan, saling menghangatkan. Kupeluk erat-erat tubuh Tante Nad seperti sedang memeluk bantal, aku masih ingin merasakan dadanya yang besar itu. Dengan pahanya Tante Nad mengelus-elus pahaku.

Aku merasa senang sekali mesikpun aku tidak puas malam itu.

Mulai dari keesokan harinya, aku merasa Tante Nad menjadi semakin sayang padaku. Ia memenuhi semua kebutuhan dan keperluanku. Dalam 2 bulan terakhir ini, kami telah melakukan hubungan sex lagi sekitar 10 kali dan kami lakukan setiap ada kesempatan. Pernah kami lakukan ketika didalam mobil, dikamar mandi, dikamar anaknya bahkan sempat diatas ranjangnya, ranjang tempat dimana Tante Nad dan almarhum suaminya tidur.

 

 

 

 

 

Cerita Dewasa Sex Terkini Sakit hati Si Direktur

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Terkini Sakit hati Si Direktur,

Cerita Dewasa Sex Terkini Sakit hati Si Direktur

Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, narasi seks sakit hati si direktur. Sepagi itu Panji santoro pemilik cukup banyak perusahaan , seorang multi milyuner bahkan juga masuk ke hebat daftar orang paling kaya di asia , sudah berteriak teriak penuh amarah di ruangan kerjanya.

Bangku empuknya dia tendang sampai bergulir , tidak senang dengan itu , dia cabut stick golf yang disimpan di faktor ruang tersebut.
“BRAAAAKKKK!!!!!” SEBUAH almari kayu remuk berantakan terserang bandul keras stick golf Panji , dan satu bandul kembali dan pecahlah meja kaca di tengah-tengah ruang.
Kelompok Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur

Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur

Bacaan Seks 2022 Ruang kerja yang awalnya teratur rapi dan santai itu sekarang ini remuk berantakan seperti baru terserang ledakan bom , sedangkan si boss Panji santoro masih tetap mengamuk , di dekat pintu seorang pria besar menakutkan cuma diam melihat semua episode yang terjadi.
Pria besar itu namanya gogon ,bodiguard dan ajudan Panji santoro. Walaupun namanya serupa dengan komedian dengan ciri khas rambut sikatnya , tapi figur gogon yang satu ini jauh dari lucu , kebalikannya berkesan cukup menakutkan.

nama gogon sebenarnya adalah sesuatu panggilan saat pria ini masih tetap menjadi preman jalanan , kependekan dari gorilla gondrong.
kemanjuran , kekuatan , dan kekejaman gogon membuat Panji tertarik untuk mengambilnya jadi anak buah. Usaha Panji santoro sendiri sebenarnya beberapa adalah usaha legal , tapi ada banyak rahasia kecil dalam usahanya yang tidak seseorang tahu , dan untuk faktor semacam itu Panji perlu seorang untuk lakukan ‘dirty job’ , dan gogon adalah orang yang pas apalagi selanjutnya pria besar ini bisa dibuktikan benar-benar setia pada boss nya.

tiga bulan kemarin , Panji buka lowongan kerja di perusahaannya sebagai sekretaris, karena skretaris awalnya sudah menikah dan turut bersama suaminya.
Nama besar perusahaan punya Panji membuat cukup banyak pelamar tiba mengharap sedikit peruntungan.
Dan dari demikian cukup banyak pelamar , Panji tertarik pada orang gadis elok dengan bodi aduhai namanya Ana , mukanya demikian innocent dengan rambut hitam panjang cantik tergerai seperti seorang gadis baik baik.

tapi kenyataannya gadis ini ingin lakukan apa untuk mendapat tugas ini , dia tidak sangsi untuk melepas semua baju yang melekat di badannya , membuat mata Panji tidak lepas kagum pada badan polos yang mulus didepannya.
tidak cuma itu , Ana dengan gemulai dan memikat dekati Panji , cerpensex.com raih celana pria itu , menurunkannya dan dengan cepat memasukkan kont0l yang sudah menegang ke mulutnya , jilatan lidah Ana kenyataannya mampu membuat Panji melayang-layang apalgi sedotannya membuat Panji tidak mampu berbicara apa apalagi bukan hanya “kamu diterima”
Tp itu semua 3 bulan yang lantas, saat sebelum Panji tahu siapa Ana sebenarnya.

kenyataannya Ana adalah mata mata yang dikirimkan oleh perusahaan kompetitor dengan tujuan mengambil sejumlah document penting berisi rahasia perusahaan punya Panji dan kondisi semakin di perparah karena kenyataannya dengan kemahirannya Ana sukses memanipulasi tanda-tangan Panji dan bawa lari sebagian besar uang perusahaan. Semua peristiwa tersebut yang membuat Panji santoro sepagi itu mengamuk merusak ruang kantornya sendiri.

entahlah merasa capek alias bisa dibuktikan sudah senang mengamuk , Panji selanjutnya termenung sebentar ,lantas melihat tajam pada gogon.
seperti mengenali apa yang ada pada pikiran si boss , gogon maju beberapa langkah dan menjelaskan,
“saya sudah menemnukannya , boss..!!!kita dapat ke sana sekarang juga…”
Panji tersenyum jahat , membereskan bajunya dan dengan kode tangan dia memerintah gogon untuk meng ikutinya.
Gogon bawa boss Panji ke wilayah tepian kota , sesuatu perumahan yang cukup eksklusif yang sudah diketahui oleh gogon untuk tempat Ana sembunyi.
gogon menunjuk sesuatu rumah dengan mobil BMW terpakir di pelataran rumah , disini tempat Ana sembunyi. Panji dengan marah melihati rumah dan mobil eksklusif dihalaman , tiga bulan kemarin
Ana belum mempunyai ini semua maknanya semua kemewahan yang dicicipi wanita itu adalah dengan uang Panji.

gogon memarkir mobil cukup jauh dari rumah barusan agar Ana tidak mengetahui
kedatangan mereka.
Pintu psupaya yang tidak terkunci lebih memudahkan Panji dan gogon masuk rumah tersebut. Panji mengetok pintu rumah sementara gogon berdiri waspada di sampingnya.

“yaaa…sebentar……” sesuatu suara cantik yang sudah benar-benar dikenali Panji kedengar dari dalam.
saat pintu dibuka Ana benar-benar kaget melihat siapa yang tiba , secara cepat dia berusaha tutup pintu kembali tapi gogon bisa lebih cepat , dia bergeral terlebih dulu menggerakkan pintu dengan keras membuat Ana jatuh terjengkang , gogon segera dekatinya dan menodongkan pistol di kepala gadis itu , sedangkan Panji memerhatikan sekitar cemas ada yang melihat semua peristiwa itu , tapi suasan disitu masih tetap sepi seperti umumnya , semua aman aman saja.

GOgon bawa Ana ke ruangan tengah , dan di bawah todongan pistol dia mendudukan gadis elok yang ketakutan itu di atas sofa.

“Ana…Ana…Ana, lama tidak temu ya…” kata Panji sekalian duduk dari sisi Ana yang ketakutan. Dalam hati Panji wajib mengaku gadis ini selalu terlihat elok dalam ketakutannya.
“ammpun..pak..tolong, maaf..saya..saya…” Ana tidak mampu menjelaskan kata karena sangat ketakutannya.
“ssst…!! rileks Ana , jangan ketakutan semacam itu. nach , ada siapa kembali di dalam rumah ini..?” bertanya Panji
“adik saya pak , di lantai atas ” jawab Ana gemetaran
“panggil dianya..”
Ana sangsi sesaat , tapi gertakan dari gogon menggunakan pistol membuatnya pada akhirnya berserah
“Tika…..!!! dapat ke sini sesaat ,?” panggil Ana dengan suara tergetar
“ya kak!! sebentar…” sesuatu suara cantik kedengar dari lantai atas
dan tidak berapa lama turunlah seorang gadis remaja elok bahkan juga lebih elok dari Ana ,dan gadis itu adalah Tika , adik kandungan dari Ana. Tika bisa dibuktikan masih tetap SMA , tapi kecantikan dan kemolekan badannya sudah tercipta secara cantik ciri khas anak remaja.
“halo..emm Tika kan.?? sini turun..” kata Panji dengan senyuman penuh kecurangan
Tika tentu saja kaget melihat keadaan semacam itu ,dia menuruni tangga dengan kebingungan , terang sekali dia sedang berpikiran untuk lakukan suatu hal.sebuah hal. Tapi Panji bisa melihat tingkah Tika karenanya dia menunnjuk pada gogon yang tengah menodongkan pistol pada Ana , dan secara mau tak mau Tika turun merapat dari mereka.

Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur
Sesaat Panji nikmati keelokan yang ada didepannya ,seorang gadis remaja elok , dengan muka dan kulit putih mulus ,toket yang seimbang menyembul dibalik t-shirtnya ,belahan dadanya yang sedikit berkesan membuat lelaki mana saja yang melihat akan naik libidonya , belum juga kemulusan paha dan kaki cantik yang cuma tertutup oleh celana pendek
“Tika , jangan takut demikian , kalian tahu siapa saya..?? ” pertanyaan Panji dijawab gelengan kepala Tika
“saya adalah boss kakakmu..emm well , bekas boss kakakmu..” jawab Panji sekalian medekati Ana , lantas dengan tau-tau menjambak rambut bekas sekertarisnya itu membuat Ana tersentak kesakitan
“dan kakakmu ini sudah mengambil sebagian besar uang perusahaan , belum juga document rahasia perusahaan yang dianya jual ke tandinganku..”
Tika berkesan benar-benar kaget , terang sekali jika si kakak tidak sebelumnya sempat bercerita apa yang dilakukan saat lagi ini.

“dan …sekarang waktunya kakakmu mempertanggung jawabkan semua kerjakanannya..” lanjut Panji.
“tta..tp pak…uangnya sudah terp..sudah kepakai semua , tp saya tentu mengganti pak , asal dikasih waktu , saya janji pak..!!!” Ana memelas meminta pengampunan pada Panji
“Ana..!!! apa saya berkesan seperti perlu uang..??? kalian berpikir saya jatuh miskin sehabiskamu khianati…hmm@!!!!” kata-kata Panji terus menekan psikis Ana
“ooo..kamu akan membayar……tp tidak dengan uang..!!!!” lanjut Panji.
“mmak..tujuan bapak..??” bertanya Ana tidak memahami.
Panji tidak jawab pertanyaan Ana , dia lalu dekati Tika yang berkesan terus ketakutan.

“Tika sayang , apa kalian sayang sama kakakmu ini..??” bertanya Panji
“pak..!! tolong jangan ikutsertakan dianya , jangan kacaukan ia..!!! agar saya saja yg…”
PLAKKKK!!! sesuatu pukulan keras di pipi Ana hentikan kata-kata gadis itu , ternyata Ana sudah bisa menyangka apa yang ada pada pikiran bekas boss nya , merasa sakit imbas pukulan dan rasa penyesalan mengakibatkan air matanya sekarang ini mengucur membasahi muka cantiknya
“pak..tolong !! jangan bunuh kakak saya , dianya hanya keluarga saya hanya satu..saya minta ” sekarang ini gantian Tika yang meminta.

Panji tersenyum penuh kemenangan lantas menjelaskan ,
“tenang saja , tidak ada yang wajib matikali ini, asal kalian berdua mengikuti semua perintahku ”
Panji terus dekati Tika yang terduduk pasrah, cemas akan keselamatan kakaknya , Tika tidak lakukan perlawanan saat Panji meraba-raba sekujur badannya , jari Panji membelai perlahan paha mulus Tika seolahsedang mengelus kreasi seni yang benar-benar mahal.
tangan Panji mengarah ke atas ke arah benjolan di dada Tika yang sejak dari barusan menggairahkan kelekakiannya, di remas remasnya berganti-gantian ke-2 toket gadis remaja itu , berasa empuk menjanapabilan sesuatu kepuasan yang tidak ada tara.
dengan perlahan-lahan t-shirt Tika dia sibak ke atas , memberikan perut rata gadis manis itu dan terutama toket yang putih bersih masih tetap terlingkupi oleh bra , ke-2 bukit itu terbuncang guncang karena isakan tangis Tika.

“kakak…” rintih Tika perlahan-lahan seakan minta bantuan pertolongan Ana saat Panji sangat asyik membelai perut rata Tika , dan meremas toket yang masih tetap tertutup bra.
Ana tau-tau bereaksi saat Panji akan luar biasa lepas bra adiknya.
“jangan pak!!! saya minta..!!! jangan kacaukan adik saya, saya minta..!!! kerjakan apa pada saya tp jangan dianya , dianya gak tahu apa apa…saya minta!!!”
Panji stop menggeraygi badan cantik Tika lantas berpindah pada Ana.
“kamu ingin kerjakan apa untuk adikmu ini , ?” bertanya Panji
“iya pak…asal jangan kacaukan dianya pak ” jawab Ana perlahan-lahan
Bacaan Seks Dewasa Sakit hati Si Direktur
Panji juga melepas Tika yang selanjutnya selekasnya merapihkan lagi bajunya , saat dia akan lari ke atas , Panji hebatnya memerintah lagi untuk masih tetap duduk disitu.
“baik Ana…sekarang kalian berdiri dan membuka semua bajumu ” perintah Panji.
DEngan taat Ana berdiri , termenung sesaat dan selanjutnya masih tetap di bawah todongan pistol gogon , Ana melepas bajunya satu-satu sampai telanjang bundar.
“Tika , sebelumnya sempat saksikan kakakmu telanjang..?” bertanya Panji dan dijawab Tika dengan anggukan.
“sebelumnya pernah saksikan kakakmu ML..?” bertanya Panji selanjutnya sekalian ketawa , Tika cuma merunduk risi tidak menjawab.
“kamu sebelumnya sempat ML Tika..?” bertanya Panji kembali dan dijawab gelengan kepala gadis remaja tersebut.
“hmmm virgin ternyata , baik..bermakna kalian wajib saksikan ini , kira saja seks education , hahahaha” kata Panji
baik Ana atau Tika cuma termenung tidak mampu untuk melakukan perbuatan apa apa.
“baik Ana , kalian sekarang merayap kesini , cepat!!!” perintah Panji
walau merasa terhina , Ana dengan taat merayap dekati Panji yang sedang melepas celananya sendiri, Tika mengalihkan muka saat kont0l Panji terbuka tanpa penghambat terang sekali dia merasa risi.
“menghadap ke adikmu..!!!” perintah Panji kembali.
sekarang ke-2 gadis elok kakak-adik itu sudah sama-sama bertemu , sedangkan Panji ambil posisi ada di belakang Ana , berlutut dan menerobos memek Ana dari belakang yang kenyataannya tidak sesulit yang diprediksi.

Ana mendesah dan mengeluh saat Panji mulai bergerak masukkan kont0lnya terus dalam dan mulai memompanya ,sekalian terus bekerja maju undur , tangannya tidak henti henti memnggeraygi semua badan cantik Ana , terus lama rintihan Ana jadi jeritan kesakitan yang ketahan.
Panji terus berusaha memasukkan kont0lnya terus dalam sekalian terus meremas remas toket Ana , kadang-kadang dia memukul bokong mulus Ana sampai memeras.
Sebelumnya rintihan Ana seperti kesakitan , tapi terus lama rintihannya beralih menjadi rintihan penuh kepuasan dan sementara semua episode itu terjadi , Tika terus lama terus terangsang untuk semua itu , tanpa sadar dia turut meremas remas toketnya sendiri , terkadang tangannya turun sentuh memeknya kadang-kadang, semua itu tidak lepas dari perhatian Panji.
sejumlah lama selanjutnya Panji capai klimaks dan kont0lnya menyembur semua didalamnya di dalam badan Ana dan gadis elok itu juga terbaring lemas di lantai.
Tika sendiri kenyataannya masih tetap terangsang dan tanpa sadar masih tetap meremas remas toketnya sendiri.

“bagaimana Tika , sukai melihat yang tadi…??” bertanya Panji menyadarkan Tika yang selanjutnya dengan pergerakan canggung berusaha lagi duduk seperti sebelumnya.
“gak perlu malu , biasa kok yang semacam itu..” kata Panji pada Tika yang berkesan mengambil curi pandang pada kont0l Panji.
Panji mengetahui faktor itu , dia juga dekati gadis remaja itu lantas memberikan kont0lnya.
” ingin mencoba jilat..?” Panji menyentuhkan kont0lnya pada pipi Tika, gadis itu cuma mengalihkan muka karena risi.
“gak apa apa …jilat saja..” lanjut Panji sekalian menyentuhkan kont0lnya ke bibir imut Tika.
saat Tika berusaha mengalihkan muka menghindari malah malahmenyebabkan gesekan penuh nafsu antara ke-2 nya , menjadi pada akhirnya Tika juga luluh , bibirnya terbuka sedikit dan lidahnya coba sentuh kont0l didepannya.
“saran saja ke dalam mulut kalian , tp awas kalau berani coba coba gigit!!!”
Tika menjilat jilat penuh kebimbangan sebelumnya tapi lama-lama bibirnya buka terus lebar dan tanpa sangsi Panji menggerakkan masuk kont0lnya ke dalam mulut gadis manis itu menjadi berkesan penuh.
“nahh..kerens..semacam itu !! mari jilati kembali , kulum dan sedot seperti kalian makan permen loli ” kata Panji penuh kepuasan waktu mengajarkan gadis remaja ini oral seks.
walaupun masih tetap pemula dan baru , tapi kehangatan mulut seorang remaja apalagi gadis SMA teratur memberbagi sensai yang luar biasa sampai pada akhirnya Panji rasakan lagi dorongan kuat dari dalam badannya , secara cepat Panji meredam kepala Tika menjadi dia secara mau tak mau menelan semua semprotan sperma lelaki untuk pertamanya kali.

Tika berkesan gelagapan karena belum siap terima faktor itu dan terbatuk batuk kelelahan saat pada akhirnya kont0l Panji keluar mulutnya.

“nach..sekarang ini..mari membuka baju kalian ya ?” kata Panji sekalian berusaha menanggalkan baju Tika.
Ana yang 1/2 sadar berusaha menghambat faktor itu , dia tidak ingin adiknya kehilangan keperwanannya dengan panduan semacam ini.
“pak jangan kacaukan adik saya pak..!!!! bapak sudah janji ” teriak Ana histeris.
“well, saya berbohong kok !! ” jawab Panji mudah sekalian memberikan kode pada gogon.
“jangan kacaukan dianya pak..!!! saya minta dianya masih tetap perawan !!!” Ana tidak bisa menlanjutkan kata-katanya kembali karena gogon sudah membekap mulutnya dan luar biasa gadis malang itu ke salah satunya kamar , tidak butuh waktu yang lama sampai kedengar rintihan dan jeritan kesakitan dari Ana.
gogon bisa dibuktikan berbahagia sekali menganiaya wanita yang ditidurinya ,jeritan memelas korbannya teratur terus membuat preman satu ini benar-benar terangsang.

sementara masih tetap di ruangan depan , Tika tidak lakukan perlawanan apapun itu saat Panji menanggalkan semua bajunya , entahlah pasrah , entahlah takut alami faktor yang sama dengan kakaknya alias bisa dibuktikan sudah terangsang.
sehabis Tika telanjang bundar baru Panji melepas bajunya yang tersisia.
Panji selanjutnya duduk di atas sofa dan memerintah Tika untuk ambil posisi diatasnya , perlahan-lahan gadis itu turunkan bokongnya sampai kont0l Panji menyodok coba masuk kedalam memek yang masih tetap sempit.

Panji tersenyum penuh kepuasan waktu mengenali jika Tika bisa dibuktikan masih tetap perawan.
“aahhwwa…” Tika mendesah perlahan saat kegadisannya terenggut, darah perawannya terus membuat lancar pergerakan kontol Panji sementara itu dari dalam kamar jerit tangis kesakitan dari Ana masih tetap kedengar saat gogon terus menindih badannya.
Panji membantu Tika untuk raih kepuasan pada seks pertama kalinya ini ,bokongnya bergerak turun naik membuat toketnya bergoyang memikat , air mata sebelumnya sempat menetes membasahi pipi , entahlah kesakitan alias penyesalan.
Panji tidak memedulikan itu semua , dia justru asyik meremas remas toket cantik didepannya dan pada satu kesempatan mengulum dengan rakus bukit kembar itu , digigit dan dijilatinya gaungs puting gadis perawan yang mulai nikmati seks pertama kalinya , seperti tidak mengenal rasa senang Panji terus mengulum dan mengisap toket remaja yang kenyal,empuk dan nikmat itu. Simak juga: Bacaan Seks Dewasa Ngentot Bidadari Pom Bensin
Rintihan untuk rintihan Tika membuat Panji terus asyik nikmati badan perawan itu , seperti tidak mengenal capek dia terus memacu dan menindih Tika dengan sejumlah posisi , semua lekuk badan Tika sudah habis digerayginya dan saat semua itu kelar Tika tidak sadar diri karena kecapekan.
Hari sudah benar-benar terlarut saat Panji dan gogon sudah senang nikmati badan bekas sekretaris dan adiknya itu , ke-2 gadis elok itu tidak sadar diri karena karena sangat capek, semua tenaganya habis. Faktor itu membuat gogon secara gampang bawa dua badan telanjang itu ke mobil dan membawa pergi,
ke-2 gadis itu akan disiapkan untuk melayani relasi usaha Panji , dan Panji memiliki pendapat jika itu adalah faktor yang paling pantas untuk membalas pembelotan bekas sekertarisnya.

Cerita Dewasa Sex Ngentot Memek Sempit Tante

apemtembem.com – Cerita Dewasa Sex Ngentot Memek Sempit Tante ,

Cerita Dewasa Sex Ngentot Memek Sempit Tante

Gadis, 26 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dgn 1 orang. Suaminya, Roni, 36 tahun, adalah Bos dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Yang membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yg sangat Sempurna. Payudaranya Lumayan Besar, sesuai dgn pinggangnya yg ramping dan pinggulnya yg bulat.

Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Tetapi Roni adalah suami yang sibuk selalu dan jarang ada dirumah. Gadis juga adalah isrtinya kapanpun dia juga butuh kebutuhan biologis.

Suatu siang, Gadis sedang bersama anaknya dirumah., Aku melihat Gadis dari luar jendela sedang mengunakan baju Lingrie sexy, aku sampai2 menelan ludah melihatnya begitu indah dan mulus. Dengan bra tidak memakai bra terlihatlah dua payudara yang besar dengan puting bewarna merah ditambah lagi mengunakan CD yang tembus pandang sampai sampai bulu jembutnya pun terlihat jelas.

Aku sedang asik memandangi tubuhnya yang molek itu tiba2 dia meloleh kejendela dan melihatku sedang mengintipnya, aku yang shock langung kabur agar tidak diteriaki. Keesokan harinya aku lewat dari depan rumahnya dan iseng ngintip lagi dan yang benar saja dia masih mengunakan lingrie dirumah tapi berbeda warna. Tetapi yang anehnya pintunya tidak terkunci, Isengku masuk kedalam diamdiam

“Kunci dong pintunya Mass” Kata gadis. Aku yang tekejut menurut2 saja
“Aduh, Kenapa mas semalam ngintip? Kalau mau kan tinggal bilang aja” sahut gadis lagi.
“eehh annuu mmmh Iyahh maaf dis, Mas khilaf” kataku.
“Iya gapapa kok, Kitaa main main yuk mas” kata gadis sambil menarik tanganku kedalam kamarnya.
“Emang suami kamu ngak ada dirumah dis??” kata gadis.
“Nggak mas, Diam2 ajaa sayangg” kata gadis sambil terseyum manis

Gadis mengunci pintu kamar lalu duduk diatas ranjang bersamaan Lingrie Gadis agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mataku. lalu gadis dengan nakal menurunkan celana dalamnya sambil terseyum manis.

Kini, di depan mata sendiri, paha mulus Gadis sangat jelas terlihat. lalu gadis dengan berani tidur mengangkang dengan lengrie tersingkap. aku yang sudah dirasuki setan lansung mendekatinya dan menidurinya sambil tangan nakalku meremas2 lembut payudaranya yang betul2 bulat dan kenyal.

“Kamu kok mau aku setubuhi dis?” kataku penasaran.
“Iya gapapa, kamu nikmati saja tubuh ini.” kata gadis mencium pipiku dengan lembut

Aku langung melumat habis bibirnya dan lidah kami pun bergelumut dengan liarnya, Gadis membalasnya dengan liar juga tangannya yang nakal lansung mengosok2 batang kontolku dari balik celana jersey, aku lansung merolotkan celana dan bajuku. Dengan jelas terpangpang batang kontolku yang besar dan keras mengacung keatas membuat gadis terbelalak

“Kenapa kamu nunduk terus, Dis?” tanyaku.
“Ihh Punya kamu besar dan keras banget mas, kalah jauh sama suamiku” katanya terpersona melihat batangku sambil mengocoknya dengan kencang.
“Sshh sayanng pelan2 aja, Malam ini kita panjangg” kataku melumat bibirnya lagi
“Mhh sshrpp cuupp mmgg, iyhah puasinn aku malam ini mas, aku sangat haus sex” katanya mengocok kontolku dengan kencang

Aku tanpa basa basi langsung menarik lepas lengrienya lalu tanganku meremas2 toketnya dan menjilati putingnya yang merah pucat, kugigit2 lembut putingnya dan kuhisap dengan rakus, tanganku yang satulagi sibuk mengobel memeknya sudah becek ternyata semakin enak rasanya mengobok memek yang masih sempit.

“mmmhhss mmmhhss maass hhhhtttt ahhhh ennakkss” desah gadis.
“srrupphtt ennak ya? payudaramu baguss banget diss” kataku.
“Mmmhh iseppp putinggnya sayangg aahhhh aahh ssshhh ennnakk gobell itiillkuu” rancau gadis mengeliat menikmati belaianku

Kumainin itil memek gadis yang semakin lama semakin becek saja, lalu jariku kumasukan kedalam lubang kenikmatannyaa itu langsung kukobok2 agak kencangg

“Aaiihss aaaiisshh aahhhh ahhh oohhh eennakk maass” desah dan rancaunya.
“Sayanngg tubuhhhmu sempurrnaa bangett,” kataku.
“Iyahh mass, banyak yang selera dengan tubuhku. tapi cuman kamu dan suamiku yang bisa menikmati tubuh ini” katanya, lalu mebalikan tubuhku dan sekarang dia yang menindihku

lalu, wajahnya didekatkan kekontolku lalu dengan sigap disedotnya kontolku dengan nafsu yang besar, lidahnya dimain2kan dikepala kontolku

“sruuuphhtt Sruuupphtt eemmmhh Eemmhh Sruupptt”
“Sayangg enakk banget hisapanmu, aahhss” kataku.

Enak banget isapannya membuatku melayang2, Batangku semua habis dimasukan kedalam mulutnya. Gadis menghisap kontolku sambil memainkan itil memeknya yang becekk

“Mmmhhhss Masukinn yah sayang aku udah gak tahan” kata gadis memelas menahan sangenya
“Iyahh Tante Nakal, Sini tiduran biar aku jebol memeknya” kataku dengan liar
“Daasaar!, Sini kontolin memekku cepatt” ujarnya langsung mengangkang lebar melihat memeknya yang sudah merah merekah itu membuatku semakin tergiur…

Perlahan-lahan kugesekkan kepala kontolku dibibir kemaluannya yang lembut, lalu kutekankan batang kemaluanku kedalam memeknya yang sempit sengan sedikit tenaga kuat kudorongkan dannn BLESSSHH!!! Masuklah semua batangku didalam memeknya, sungguh sangat nikmat banget ditelan memek tante nakal ini rasanya seperti dijepit2 kontolku.

“AAAHHHSS SSHHH EENNAKKK SAYANGG, Goyannngg memmekku” Rancau gadiss.
“Mhhh memekmu ennak banget ayy, PLOK PLOK POK POK CPLAKK CPLAAKK” Bunyi hentakan pahaku dengan pantatnya karena saking enaknya entot memeknya tante nakal.
“Aah ahh ahh ahhmmhh hmmmmhmm ennakkk eennnakk sakkkitt eebbaakkk” rancau gadis,

Sambil tanganku meremas2 toketnya sambil kuentot memeknya menambah kenikmatannya, Gadis hanya diam dan menikmati entotannku, CEPLOK CPLOK CEPLOKK POK POK POK AAHH AHH

“Aahh Saaynngg Saayan..ggg Aahhh Ganntiann dongg aku diatass..” kata gadis.
“Wahh udah mulai nakal nih tante, Oke deh” kataku.
“Harus tahann ya Mass, Puasinn akuu” pintanya
“Kalau yang kaya gini bentuknya mana mungkin mas bisa stop, Mass Entott sampai pagi ke pagila” gurauku.
“Ada2 aja mas nih, Sakit dong memek gadis kalau dientot kontol besar mas terus” kata gadis.
“Iyah kan gapapa dis, kamu kan suka sama kontol yang besar” kataku

Gadis Naik keatas pahaku lalu tanganya mengengam kontolku dan mulai mengesekan kepala kontolku dibibir kemaluannya, dengan sekali sentakanku daribawah akhirnya batangku masuk kedalam memeknya yang sudah sangat becek itu.
Gadis mulai mengoyangkan pinggulnya dan mulai naik turun aku semakin bergairah dibuatnya.
Akupun menangkat pantatnya sedikit keatas lalu mengoyangnya dari bawah ditambah lagi Goyangan gadis yang super enak.

“Aahh aahhh aaahh eennakk mass, Aahh Ooohh oohh aahhss” Desahh Gadiss..
“Ohh oohh eennak memekkmuu Diss, Aahhh aahh dasarr Tante binall hott bangett” rancauku tak karuan lagi
“Aahh ahhh ahhh sakiitt mas aahhh eennakk bangett,,” rancau gadis..

Lalu aku menarik tubuh gadis merunduk kebawah sampai toketnya menyentuh wajahku, aku lansung menyedot payudaranya yang besar itu, kuhisap putingnya dan kujiatii putingnya membuat dia semakin kencang mengoyang pinggulnya

“Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang…” desah Gadis sambil meremas kepalaku.
“Teruss.. Sshh.. Ohh…” desah Gadis sambil badannya semakin mengejang.

Pahanya rapat menjepit pinggangku. lalu tubuhnya mengelinjang dan mengejang rupanya Gadis sudah orgasmee..

“Ohh…Ohhhhhh Aaahhhh” desah Gadis panjang. Gadis orgasme.
“Ennnak ya tan?” kata Wulan.

Aku mulai mengankang lebar dengan batang kontolku yang menjulang tinggi. Gadis segera mengulum kontolku. Kontolku lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. tubuhku mengejang menahan rasa nikmat yg teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.

“Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecilku sambil memompa kontoku didalam mulut gadis.
“Masukkin ke memek lagi ya, sayang…” kata Gadis

Lalu Gadis menaiki tubuhku lagi. Sementara tangan Gadis memegang dan membimbing kontolku ke lubang memeknya.

“Ayo tekan sedikit, sayang…” kata Gadis.

aku berusaha menekan penisku ke lubang memek Gadis sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. batangku berhasil masuk dan mulai memompa memek Gadis.

“Aahh aahh ahh Sshhtt” desagh Gadis sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
“Ohh.. Sangat enakk, tanttee…” memompa penisnya keluar masuk meki Gadis.

Gadis tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa penisnya, tiba-tiba tubuhku mengejang. Gerakannya makin cepat. Gadis karena sudah mengerti langsung meremas pantatku dan menekankannya ke meqinya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..