Percintaanku Berawal dari Guru Private

Perkenalkan namaku adalah Romy, aku adalah seorang guru private. Saat ini aku ingin menceritakan tentang pengalamanku dengan anak SMA bernama puput. Puput adalah anak murid privateku yang memiliki body yang sangat bagus.

Seperti biasanya saat pagi hari, aku duduk di ruang tamu di rumahku untuk merokok dan meminum kopi. Tidak lama aku bersantai dengan memainkan hp ku. Tiba-tiba saja ada yang meneleponku. Sempat malas aku mengangkatnya karena ingin bersantai pada hari ini, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengangkatnya. Terdenga suara perempuan dengan suara yang halus dan lembut.

Selamat pagi pak, apa benar ini dengan Bapak Romy?” Tanyanya di balik telepon.
“Iya, selamat pagi juga. Iya benar saya Romy, dengan siapa saya berbicara?”
“Saya Puput pak. Saya dengar dari temanku, bapak adalah guru private ya?”
“Iya benar, Jika boleh tau ada urusan apa ya menghubungi saya?”
“Minggu depan apakah bapak ada jadwal mengajar private pak?”
“Untuk minggu depan jadwal saya kosong.”
“Baik pak, apa bisa datang ketempat saya pak minggu depan?”
“Oke, silahkan dikirimkan saja untuk alamatnya nanti.”
“Baik pak, Terima kasih ya pak. Maaf mengganggu waktunya pagi-pagi”
“Iya, sama-sama”

Rezeki memang tidak kemana (Fikirku dalam hati). Pekerjaanku sebagai Guru private adalah untuk menutupi kebutuhan hidupku, dan mengumpulkan modal untuk membuka usaha. Hari cepatlah berlalu, tidak terasa sudah tinggal 2 hari lagi dengan hari yang sudah ditentukan. Namun Puput masih juga tidak memberikan kabar kepada ku, mungkin sudah menemukan guru private lainnya (fikirku dalam hati).

ada esok harinya, pagi-pagi sekali aku mendapatkan pesan di HPku, dan ternyata itu adalah puput yang mengirimkan alamat tempat tinggalnya. Jelas sekali alamat yang diberikannya kepada ku, namun baru sangatlah jauh jarak dari rumahku. Namun karena tuntutan pekerjaan ya mau gimana lagi? mau gak mau ya harus ku ambil. Dengan segera ku balas pesan tersebut untuk mengkonfirmasi bahwa besok aku akan datang kerumahnya.

Haripun hampir berlalu, karena jarak yang cukup jauh. ya perjalanan sekitar 2 jam lah dari Jakarta – Bandung. jadi kuputuskan untuk tidur lebih awal agar dapat berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terlambat dengan waktu dan tempat yang sudah ditentukan, dan langsung saja ku pasangkan alarm pada HPku pada pukul 5 pagi dan kemudian aku langsung tidur.

Tepat pada pukul 5 pagi alarm ku berbunyi, dan langsung saja aku bersiap membersihkan diri dan memanaskan Mobilku. Sekitar pukul 05.30 WIB semua sudah siap, dan pakaian ganti untuk 1 minggu juga sudah aku siapkan. Makhlum karena jarak yang terlalu jauh, pastinya akan membuang waktu dan tenaga. Maka aku memutuskan untuk mencari hotel murah disana untuk tinggal selama 1 migngu.

Cukup lama perjalanan yang ku tempuh, dan akhirnya sampai juga di alamat yang diberikan Puput. Kuparkirkan mobilku tepat di depan rumahnya, dan langsung ku ketuk pintu rumahnya. sekitar 10 menit aku menunggu namun tidak ada respon dari rumah tersebut fikiranku pun berfikir yang aneh-aneh, “Waduh jangan-jangan kena tipu orang iseng nih”.

Kucoba menelepon ke nomor yang dia gunakan untuk mengirimkan alamat rumahnya beberapa kali namun tidak di respon. sudah pasrah rasanya dan sedikit kesal dengan yang aku alami saat ini, langsung saja aku menuju mobil yang ku parkirkan dan bersiap untuk pulang kembali ke Jakarta. Tiba-tiba saja HPku berbunyi, dan ternyata puput yang meneleponku.
“Halo pak, maaf tadi aku sedang mandi pak jadi tidak bisa mengangkat telepon bapak. Saat ini posisi bapak sudah sampai mana ya pak?”
“Oh iya, tidak masalah. Saat ini saya sudah ditempat yang puput berikan alamatnya kepada saya”.
“Oke tunggu sebentar ya pak, aku turun untuk buka pintu pak.

Tidak lama aku menunggu, akhirnya pintupun dibuka. Munculan wanita yang sangat cantik dan seksi, dengan buah dada yang cukup besar dan kencang dengan hanya dibalut oleh handuk saja.
“Silahkan masuk pak,” Ucap puput kepada

Sesampainya didalam aku langsung duduk di ruang tamu yang cukup luas pastinya dan Sofa yang sangat empuk. Dengan disuguhkan Jus Jeruk aku duduk sambil menunggu puput berpakaian.

Lama aku menunggu, akhirnya puput pun keluar dan sangat mengagetkan. Puput keluar dari kamarnya dengan berpakaian daster putih yang sangat tipis. dan tidak menggunakan BH sama sekali.

Sungguh jelas pemandangan di balik dasternya tersebut, dengan puting merah mudah yang menonjol di bagian kedua payudaranya.

“Pak, kok diam saja? ada yang salah ya?” tanyanya menyadarkanku dari lamunanku.
“Oh maaf, gak ada apa-apa kok” Jawabku gugup.
“Yasudah pak, ayo kita mulai pelajarannya.”

khirnya puput mengeluarkan buku pelajaran matematikanya dan mulai menanya-nanyakan bagian yang tidak dia mengerti. sambil duduk tepat di sampingnya, tercium aroma wangi sabun yang keluar dari tubuhnya.

“Pak, kok diam lagi? Pasti lihat aneh-aneh ya?” dengan nada yang sedikit manja.
“Eh, kok, aneh-aneh gimana?”
“Itu di celana bapak sudah ada yang nonjol” jawabnya dengan ketawa kecilnya.

Tanpa kusadari ternyata batang kemaluanku sudah mengeras dari tadi, dan ternyata puput memerhatikannya. sungguh malu dan bingung aku saat itu.
“Pak, bapak mau lihat langsung tanpa diam-diam lihat di balik daster aku?” Tanyanya menantang
“Memang boleh put?” Kesempatan besar dalam hatiku berfikir.

Tanpa berkata-kata lagi puput langsung membuka baju daster yang dikenakannya. Terlihat jelas tumpukan buah dada yang cukup besar dengan puting merah muda yang mengeras. sungguh pemandangan yang sangat indah. tanpa menunggu waktu lama, langsung saja ku pegang dan remas-remas payudara Puput.

Terlihat Puput menikmati detik-detik setiap aku memeras payudaranya. tanpa kusadari tangannya mulai masuk kedalam Celana dalamnya dan mulai mengelus-elus kemaluannya tersebut. Kucoba untuk menurunkan tanganku kedalam celana dalam yang masih dikenakannya itu dan dia hanya diam saja.

Lumayan lama ku elus dan masukan sedikit-sedikit jariku di kemaluannya, tanganya pun membuka Resleting celanaku, dan dikeluarkannya kejantananku dari dalam celanaku. Tangannya yang halus dan kecil itu mengelus kejantananku dan sesekali mengocoknya.

“Pak, dikamar akus aja yuk.” ajaknya
“Memang kenapa put?”
“Gak enak disini pak, dikamarku saja ya?”
“Yasudah kalau begitu,”

Langsung saja kami ke kamarnya Puput, setelah kami masuk kedalam kamarnya aku meminjam kamar mandinya untuk buang air kecil. Baru saja ku turunkan celanaku, dari belakang puput memelukku sambil memegang kemaluanku kembali.

Sungguh nikmat rasanya posisi seperti itu. setelah selesai buang air kecil, langsung saja ku balikan badanku dan kulihat wajah puput yang sangatlah tidak kuat ingin disetubuhi.

Kucium bibirnya yang mungil tersebut, dan kembali tanganku bermain di kemaluannya kembali. Lama kami melakukan hal tersebut, tiba-tiba Puput menutup pintu kamar mandi dan membuka seluruh bajuku dan dinyalakannya shower yang ada di belakangku.

“Pak, kita main basah-basahan ya disini”
“Iya put, ternyata kamu nakal ya put”
“Habis dari awal aku lihat bapak, aku sudah mulai menaruk rasa kepada bapak. dan kulihat bapak juga masih muda.”
“Jangan panggil bapak, panggil saja kak. Umur saya baru saja 26 Tahun.”

Langsung saja di siramnya badanku dengan menggunakan Shower, sungguh dingin air tersebut. tidak lama kemudian dia juga menyiram tubuhnya sambil mengambil sabun yang ada di pinggiran kaca kamar mandi tersebut.

Di gosokannya sabun tersebut kebadannya hingga seluruh tubuh dia penuh dengan sabun. Kemudian setelah itu dia langsung menggosokan badanya yang penuh dengan sabun ke punggungku sambil tangannya tetap memainkan kemaluanku. Sungguhlah nikmat rasa yang kuraskan saat itu, tidak terbayangkan dari awal akan terjadi sepeti ini.

Lama dia menggosok bagian belakangku, dia membalikan badan ku dan terlihat putingnya yang semakin keras karena gosokan yang terjadi pada tubuhnya ke tubuhku. Kemudian dia memelukku kembali dan melumat bibirku.
tanganya yang penuh dengan sabun tetap memainkan kejantananku.

Lama dengan posisi tersebut, tangannya memegang tanganku diluruskannya dan dia pun menggosokannya maju mundur tanganku di kemaluannya tersebut, Ssshhhh, aahhh,, eemmhhhh.. Lenguhnya saat menggosokan kemaluannya di tanganku.

Kemudian kutarik dia tepat di pangkuanku, dan tangannya yang turun memainkan kemaluanku yang ada di depan kemaluanya.
“Gimana kak? enak gak kak?”
“Enak kok put,”
Langsung saja dia menarik shower yang ada di bagian belakang kami dan menyiram kembali tubuh kami hingga bersih dari sabun.

Setelah bersih dari sabun dia menaikan sedikit pantatnya dan memasukan kejantananku itu kedalam kemaluannya. Dengan ganasnya dia menaik turunkan badannya sambil mendesah dan menggenggam erat tanganku.

Ohh,, Emhh,,, Ssshhhh, Aahhhh Ka,,k Roo,,mm,myyy lenguhnya sambil terus di genjotnya kejantananku. Langsung saja ku tarik dia berdiri dan duduk kembali di pangkuanku dengan posisi badan menghadap kearahku.

Kembali dimasukan olehnya kejantananku kedalam kemaluannya, tidak mau kusia-siakan kesempatan itu, langsung saja ku hisap putingnya dengan ganas, dan Puput pun semakin mendesah dengan keras dan tak karuan Ohh,, Emhh,,, Ssshhhh, Aahhhh Ka,,k E,,nak,, ka,,kk sungguh nikmat perbuatan yang di lakukan Puput kepada ku.

Tak lama kemudian akhirnya Puput pun sudah mencapai klimaksnya dengan memeluk erat tubuhku dan wajahku yang tependam di kedua buah dadanya itu. sambil menghisap dan memeras sedikit akhirnya Puput pun melemas dan mengendurkan pelukannya.

Ditariknya aku keluar kamar mandi, dan merebahkan tubuhku di kasurnya. Puput kembali memainkan kejantananku yang masih saja mengeras, dan langsung saja di kulumnya. Sungguh nikmat sekali kuluman dari Puput, lama dia menjilat dan menghisapnya. akhirnya dia naik kembali keatas tubuhku dan mengarahkan kejantananku kedalam lubangnya

Kali ini dia hanya memasukannya dan tidak langsung menggerakannya. Setelah masuk kedalam kemaluannya, dia pun langsung memelukku dengan perasaan senang.
“Punya kakak enak ya, besar dan panjang” Ucapnya membuatku kaget.
“Memang dulu punya pacar kami bagaimana?”
“Punya pacar ku dulu kecil-kecil kak gak ada yang memuaskan. Gak seperti kakak.”

Digerakanya kembali dengan memaju mundurkan pantatnya yang posisi dimana kejantananku masih ada didalam kemaluannya. tak kalah kumainkan kedua payudaranya yang membuatnya semakin terangsang, kemudian ku tarik tubuhnya agar dapat ku hisap payudaranya itu.

Lama kami dengan posisi tersebut, akhirnya aku mencoba untuk menggantinya dengan Posisi Doggy Style. ku masukan Kejantanaku kedalam kemaluannya dengan posisi Doggy Style, Terlihat dia sangatlah menikmati setiap gerakan yang ku lakukan. Dengan ayunan pada payudaranya yang membuatku semakin bernafsu.

Semakin lama semakin cepat gerakan yang ku lakukan, Ohh,, Emhh,,, Ssshhhh, Aahhhh Ka,,k E,,nak,, ka,,kk .. desahannya kembali yang membuatku semakin semangat,

Tak Terasa aku sudah mau mencapai batasnya dan kejantananku sudah mau mengeluarkan muntahannya.
“Puput sayang, kakak sudah mau kelaur nih.”
“Keluarin di dalam saja ya kakak sayang, Aku mau merasakan semburan dari punya kakak di kemaluanku”
“Kamu yakin put?”
“Iya kak aku yakin sayang”

Semakin ku percepat pergerakanku, dan aku sadari puput sudah mau keluar, dan langsung saja ku balikan badannya menjadi terlentang dan ku angkat sedikit sembari ku lebarkan kedua kakinya. dan ku masukan kembali kemaluanku.

Semakin lama kemaluanku semakin terasa seperti sudah ada yang mau kelaur, dan disaat aku mulai mempercepat gerakanku kembali, puput pun klimaks kembali dengan desahannya yang sungguh keras, AAaaahhhh,,,, Kkkaaakkkk,,,,, Sssaayyangg,,, Ak,,uu gak,, kuuaa,,ttt,, llaa,..giiii .

Terasa ada cairan panas keluar dari dinding kemaluan Puput dan jepitan dari kemuluan puput membuatku semakin tidak kuat menahanya, dan akhirnya keluar juga muntahan dari batang kemaluanku. Sungguh banyak yang keluar hingga puput memeluk ku dengan erat sambil menciumi bibirku.

“Makasih ya kakak sayang” ucapnya dengan manja
“Aku yang harusnya terima kasih sama kami sayang”
“Aku ngerasa puas banget kak hari ini”
“Iya, aku juga merasa puas Put.”

Selesai permainan tersebut kami kembali tidur-tiduran sambil aku mengajari bagian mana pada pelajaran yang dia kurang mengerti, tangannya yang terus memainkan kejantananku.

Tak Terasa waktu sudah menunjukan pukul 20.00 WIB,
“Kak sudah malam, kakak tidur sini saja ya kak”
“Nanti mama sama papa kamu pulang bahaya Put,”
“Malam ini mereka gak pulang kak, Mereka ada ada tugas kerjaan di luar kota kak”
“Memang kamu sering ditinggal gini ya?”
“ya gitu lah kak, Namanya juga mereka sibuk terus sama bisnisnya.”
“Yasudah kalau begitu saya menginap disini.

Malam itu pun kami masih melanjutkan kegiatan kami yang sebelumnya sudah terjadi. Sepanjang malam kami melakukannya dengan posisi yang berbeda-beda. Tak terasa kami sudah menjalin sebuah hubungan selama 3 tahun dan saat ini sudah melakukan persiapan untuk pernikahan kami.

Pengalaman Seks yang Bikin Ketagihan

Pengalamanku dalam berhubungan intim kepada wanita sudah banyak aku telah melakukan kegiatan seks kira-kira sudah hampir 20an wanita saya setubuhi, saat usiaku masih 18 tahun waktu masih bangku SMA aku jadi primadona disekolah mungkin karena wajah aku rupawan dan tubuh atletis kata para gadis di sekolah, banyak sekali gadis yang mau aku pacari, kurang lebih ada 7 gadis disekolah yang aSetelah melakukan kegiatan seks banyak dengan wanita aku menarik kesimpulan bahwa ada dua tipe dalam berhubunngan seks, yang pertama yaitu penikmat seks dan pelahap seks, keduanya hampir sama kalau diartikan , tapi dalam kasus yang aku alami aku merupakan tipe penikmat seks, karena dari pengalamanku dari sekian wanita yang aku ajak berhubungan intim semuanya merasakan kepuasan dalam bercinta.

Langsung dalam cerita kisah nyataku dari sahabat bisa aku ajak bercinta, Perkenalkan nama aku Bob, bukan nama sebernarnya aku sekarang umur 25 tahun, kami sangat akrab dalam hubungan sahabat, kami adalah teman satu kuliah dan satu angkatan, Mika adalah wanita yang dahulu waktu SMA yang
sempat aku sukai, karena dia waktu SMA sudah punya pacar jadi aku tidak mau menggangu hubungannya, saat dipertemukan di sebuah universitas kami setiap hari bertemu, kami sering mengerjakan tugas tugas bersama.

Secara fisik Mika cukup menarik. Wajahnya berbentuk oval dan manis. Tidak terlalu cantik tapi jelas tidak bisa dikatakan jelek. Tingginya sekitar 160 cm, beratnya seimbang. Rambutnya dipotong pendek dgn poni di dahinya. Kulitnya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Pokoknya tidak memalukan lah kalau kita ajak jalan dia di tempat umum. Sayang ada satu kekurangannya, Mika kurang bisa bersolek, kesannya malah agak tomboy. Ke-mana² dia hampir selalu pakai celana jeans dgn kemeja agak longgar. Padahal perilakunya sangat feminin, jadi agak kontras dan kurang cocok.

Langsung dalam cerita kisah nyataku dari sahabat bisa aku ajak bercinta, Perkenalkan nama aku Bob, bukan nama sebernarnya aku sekarang umur 25 tahun, kami sangat akrab dalam hubungan sahabat, kami adalah teman satu kuliah dan satu angkatan, Mika adalah wanita yang dahulu waktu SMA yang
sempat aku sukai, karena dia waktu SMA sudah punya pacar jadi aku tidak mau menggangu hubungannya, saat dipertemukan di sebuah universitas kami setiap hari bertemu, kami sering mengerjakan tugas tugas bersama.

Secara fisik Mika cukup menarik. Wajahnya berbentuk oval dan manis. Tidak terlalu cantik tapi jelas tidak bisa dikatakan jelek. Tingginya sekitar 160 cm, beratnya seimbang. Rambutnya dipotong pendek dgn poni di dahinya. Kulitnya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Pokoknya tidak memalukan lah kalau kita ajak jalan dia di tempat umum. Sayang ada satu kekurangannya, Mika kurang bisa bersolek, kesannya malah agak tomboy. Ke-mana² dia hampir selalu pakai celana jeans dgn kemeja agak longgar. Padahal perilakunya sangat feminin, jadi agak kontras dan kurang cocok. Situs SemogaQQ

Sore itu aku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Mika juga kebetulan ada disana, tapi dia di meja lain dgn beberapa teman. Aku asyik mengerjakan tugasku sendiri sehingga aku tidak memperhatikannya. Tiba² ada orang yg duduk di seberang meja. Aku lihat ternyata Mika.

“Ngerjain apa Bob? Kok asyik banget”
“Eh … ini tugas makalah metodologi. Kamu udah selesai Mik?”
“Mika mah udah kelar kemarin².”
“Enak dong udah bisa santai, aku juga udah hampir selesai kok.”
“Bob ke kantin yuk … haus nih.”
Aku bereskan kertas² tugasku lalu aku kembalikan buku² referensi ke raknya. Kami berdua berjalan bareng ke kantin. Obrolan kami lanjutkan di kantin sambil minum.

“Mik, aku kok udah lama ndak liat kamu sama Mas Robby. Kemana dia?”
Mas Robby adalah pacar Mika. Dia sudah bekerja tapi biasanya suka menjemput Mika di kampus. Aku tidak terlalu kenal dia cuman sebatas “say hello” saja.
Mendengar pertanyaanku tadi Mika cuma menghela napas panjang. Wajahnya yg manis tiba² tampak muram. Dgn agak lirih dia menjawab,
“Kami sudah putus Bob.”
“Oh … sorry Mik. Kalau boleh tahu, kenapa Mik?”

Mika kembali menghela napas panjang. Aku tahu mereka sudah pacaran cukup lama, mungkin ada lebih dari 3 thn. Jadi aku tahu bagaimana perasaan Mika saat itu. Pasti berat buat dia. Akhirnya Mika bercerita kalau Mas Robby ternyata dekat dgn wanita lain. Ketika Mika minta penjelasan dari dia ternyata Mas Robby malah marah². Akhirnya dua minggu yg lalu Mika tidak mau lagi ketemu dgn dia. Sungguh malang nasib Mika, padahal mereka sudah begitu dekat dan mereka sudah melakukan hubungan layaknya suami istri. Secara eksplisit memang Mika tdk pernah bicara ttg hal ini kepadaku, tapi dari gelagatnya aku yakin itu.

Pembicaraan kami sore itu jadi melankolis dan kelabu. Seperti mendung kelabu yg menggelayut di langit. Satu hal yg aku kagumi dari Mika, dia begitu tegar menerima kenyataan ini. Tak ada setitik air mata pun yg mengambang di matanya saat menceritakan perpisahannya dgn Mas Robby. Langit sudah agak gelap pertanda datangnya senja ketika kami keluar dari kantin untuk pulang. Aku tawarkan Mika untuk mengantarnya pulang dan dia setuju. Dalam perjalanan pulang, Mika yg duduk di boncengan motorku tak berkata sepatah pun. Kami pun sampai di rumah Mika.ku pacari dan beda beda sekolah.

“Masuk dulu yuk Bob,” ajak Mika sambil membuka kunci pintu rumahnya. Beberapa kali aku pernah mengantar pulang Mika tapi aku tidak pernah mampir ke rumah Mika. Kali ini kebetulan aku kebelet kencing, jadi aku mau diajak masuk rumahnya.
“Aku mau numpang ke kamar mandi Mik.”
“Disitu Bob,” Mika menunjuk ke salah satu pintu.
Aku segera menuntaskan urusanku di kamar mandi. Rumah Mika sangat sederhana tapi sangat bersih dan tertata rapi. Keluarga Mika memang bukan golongan orang yg berada. Senja itu suasana rumah Mika sepi² saja.

“Kok ndak ada orang Mik. Orangtuamu kemana?”
“Sudah 2 hari di rumah Mbak Dewi di Solo. Dia kan baru saja melahirkan anak pertama.”
Mika pernah cerita kalau dia hanya dua bersaudara. Kakaknya, Mbak Dewi, sudah menikah dan tinggal di Solo. Jadi saat itu Mika sendirian di rumah.
Aku baru saja hendak berpamitan dgn Mika ketika tiba² mendung tebal yg sedari tadi menggantung di langit turun menjadi hujan yg cukup lebat.

“Pulang ntar aja Bob, Hujan tuh. Mika bikinin kopi ya.”
Tanpa menunggu jawabanku Mika segera ke dapur dan aku dengar detingan cangkir beradu dgn sendok. Aku duduk di sofa di ruang tamu yg sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga itu. Tak berapa lama Mika muncul dgn secangkir kopi yg masih mengebul di tangannya.
“Kamu ngopi dulu Bob. Mika mau mandi dulu Bentar.”

Mika kembali ke dalam dan sejenak kemudian aku dengar deburan air di kamar mandi. Aku duduk santai sambil menghirup kopi hangat yg dibuatkan Mika. Di luar hujan semakin bertambah lebat sambil sesekali terdengar bunyi guruh di kejauhan. Suasana sudah bertambah gelap, apalagi lampu rumah belum dihidupkan.

Tiba² lampu jadi hidup terang benderang menerangi ruang tamu itu. Ternyata Mika yg telah selesai mandi menghidupkan lampu. Aku menatap Mika dgn pangling. Sekarang dia mengenakan kaos ketat berwarna biru tua dipadu dgn celana pendek yg sewarna. Aku melihat Mika yg lain dari yg aku kenal. Kaos ketatnya memperlihatkan lekuk tubuhnya yg nyaris sempurna yg biasanya tersembunyi di balik kemeja longgarnya. Kulit pahanya yg putih mulus biasanya terbungkus celana jeans. Tanpa aku sadari dari mulutku terlontar kata,

“Kamu cakep dan seksi sekali Mik.”
Mika tampak tersipu mendengar kata²ku. Dia sedikit tersenyum, guratan kepedihan sudah tak tampak lagi di wajahnya.
“Ngerayu apa ngerayu nih …,” Mika mencoba menutupi ketersipuannya dgn canda.
“Bener kok Mik … kamu cakep banget.”

Mika duduk di sofa di ujung yg lain. Kebetulan aku duduk di ujung sofa yg dekat dgn bagian dalam rumah, sedang Mika di ujung satunya yg dekat pintu. Kami duduk ngobrol sambil mataku tak hentinya mengagumi kemolekan tubuh Mika. Mika pun kayaknya suka aku perhatikan seperti itu. Entah sengaja atau tidak, kakinya disilangkan sehingga pahanya yg mulus makin tampak jelas.

Kami masih ngobrol ngalor ngidul ketika kami dikagetkan dgn bunyi guntur yg begitu keras. Seketika itu pula suasana jadi gelap gulita. Ternyata listrik mati. Secara reflek aku berdiri. Aku beranjak ke pintu hendak menyalakan lampu motorku yg aku parkir di teras untuk menerangi sementara. Belum selangkah aku beranjak, aku merasakan tubrukan dgn tubuh Mika yg ternyata juga sudah berdiri hendak masuk ke dalam.

Tubrukan itu pelan saja sebenarnya, tapi krn terkejut Mika jatuh tertelentang di sofa dgn kakinya menjuntai ke lantai. Aku pun kehilangan keseimbangan dan menindih tubuh Mika. Untung siku kiriku masih sempat berjaga di sandaran sofa sehingga Mika tidak tertindih seluruh berat tubuhku.

Aku rasakan tubuh hangat Mika menempel di tubuhku. Tanpa sadar dan semuanya terjadi begitu tiba², aku peluk Mika sambil kukecup keningnya dgn lembut. Mika tidak bereaksi menolak, dia malah melingkarkan kedua lengannya ke leherku. Aku cium lembut pipi kiri Mika, dia pun membalas mencium pipi kananku tak kalah lembutnya. Dalam gelap gulita itu, secara alami dan terjadi begitu saja, bibir kami saling bertemu.

Aku cium bibir Mika dgn sangat lembut. Tidak ada penolakan dari Mika, dia malah membalas mengulum bibirku. Bibir kami saling berpautan dan melepaskan kemesraan. Aku mulai berinisiatif menjulurkan lidahku dan membelai gigi seri Mika. Mika pun membuka mulutnya lebih lebar dan menjulurkan lidahnya saling beradu dgn lidahku. Kami terus berciuman dalam gelap. Petir yg me-nyambar² sudah tidak kami hiraukan lagi. Lidah Mika yg masih menjulur ke mulutku aku kulum dgn mesra. Sesaat ganti Mika yg mengulum lidahku.

Entah berapa lama kami saling menikmati ciuman mesra itu. Rasanya aku sangat ingin kejadian itu berlangsung selamanya. Perlahan aku alihkan sasaran ciumanku. Aku mulai menciumi bagian bawah dagu Mika. Kemudian secara sangat perlahan ciumanku mengarah ke lehernya yg jenjang itu. Aku tidak bisa melihat reaksi Mika karena gelap, yg aku rasakan hanya belaian lembut di rambutku. Belakang telinga kanan Mika aku ciumi dgn mesra sambil sesekali aku gigit lembut daun telinganya. Mika sedikit meronta kegelian. BandarQ Online

Dia bereaksi dgn mendengus pelan di dekat telinga kananku. Hembusan nafasnya membuat aku kegelian. Lalu aku rasakan benda lembut yg hangat menggelitik lubang telingaku. Ternyata itu lidah Mika. Sungguh geli rasanya tapi sangat menggairahkan. Bagi yg belum pernah mengalaminya sendiri tentu susah menggambarkannya. Kami masih saling menggelitik telinga dgn lidah.

Aku agak mengangkat tubuh sedikit ketika tangan Mika aku rasakan mencari ruang untuk membuka kancing kemejaku. Dalam posisi sulit dan gelap seperti itu Mika berhasil membuka dua kancing kemejaku yg paling atas. Dia agak merubah posisi sehingga kepalanya tepat berada di bawah dadaku yg sudah terbuka sebagian. Dgn lembut Mika mulai menciumi dadaku. Tangannya sambil beraksi membuka semua kancing kemejaku. Sekarang dadaku sudah terbuka lebar tanpa terhalang kemeja yg masih aku pakai. Jari² lembut Mika mulai menggerayangi punggungku. Bibirnya masih menciumi seluruh permukaan dadaku.

Aku agak meronta kegelian ketika kedua bibir Mika mengulum puting kiriku. Aku belum pernah diperlakukan seperti ini oleh wanita manapun. Biasanya aku yg melakukan ini terhadap wanita.Sensasinya sungguh sulit di gambarkan. Birahiku mulai bangkit. Tangan kananku mulai meremas lembut payudara kiri Mika dari luar kaosnya. Buah dada Mika terasa sangat kenyal dan padat.

Mika terus menciumi, menjilati dan mengulum kedua putingku, menghantarkan kegelian dan rangsangan ke seluruh tubuhku. Aku masih me-remas² buah dada Mika. Waktu terus berlalu tanpa kami sadari.

Tiba² mata kami dibutakan oleh terang yg menerpa retina kami. Ternyata listrik telah hidup kembali. Secara reflek kami melepaskan diri satu sama lain. Sambil mengerjapkan mata aku berdiri dan melihat Mika masih dalam posisi seperti tadi, telentang di sofa dgn kaki menjuntai di lantai. Mika menatapku dgn penuh kemesraan, tatapan yg belum pernah aku lihat di mata Mika ditujukan kepadaku. Untuk sesaat aku tak tahu harus berbuat apa.

“Di kamarku aja yuk Bob.” Suara Mika memecah kebuntuanku. Mika bangkit menutup pintu depan dan kami berjalan bergandengan tangan masuk kamar Mika. Mika mematikan lampu utama kamarnya lalu ke meja riasnya dan menghidupkan lampu kecil disana. Suasana jadi agak temaram dan makin syahdu.

Kali ini aku ambil inisiatif. Aku peluk Mika dari depan, aku cium lembut bibirnya. Tanganku memeluk punggungnya. Dengan ibu jari dan jari tengah tangan kananku aku pegang kaitan BH Mika dari luar kaosnya, dgn gerakan sedikit mengatup dan memelintir lepaslah kaitan BH Mika. Sepertinya Mika cukup terkesan dgn “keahlianku”, dia makin mempererat pelukannya sambil mulut kami masih saling berpagut.

Dengan lembut tangan kiriku aku selipkan di balik tepi bawah kaos Mika lalu aku raba punggungnya. Aku belai² punggung Mika yg rata, aku nikmati kehalusan kulitnya yg seperti sutera itu. Mika sedikit meronta sehingga aku melepaskan pelukanku. Kesempatan itu digunakannya untuk melepas kemejaku dgn kedua tangannya. Tak ku sia² peluang itu, aku pun menggamit tepi bawah kaos Mika menariknya ke atas bersama dgn BH hitam yg sudah lepas kaitannya. Sedetik kemudian kami berdua sudah bertelanjang dada.

Apa yg aku lihat di hadapanku sungguh luar biasa. Sepasang payudara yg Benar² indah Bentuknya. Penerangan lampu yg redup makin memepertegas silhouette dari buah dada yg padat berisi. Putingnya yg kecil dan bulat menyembul di puncak bukit yg menantang itu. Harus aku akui bahwa sampai saat itu payudara Mika adalah yg terindah yg pernah aku lihat. Ukurannya tidak terlalu besar meskipun tidak bisa dikatakan kecil. Tapi Bentuknya sungguh luar biasa. Seperti sepasang mangkuk yg ditangkupkan di dada tanpa ada kesan melorot sedikit pun.

Rupanya Mika sadar kalau aku sedang mengagumi payudaranya. Tanpa canggung dia menyangga buah dada kanannya dgn telapak kirinya sambil lengannya menyangga yg kakan. Dgn jari² yg menangkup di dekatkannya kedua bukit indahnya. Tangan kanannya terangkat diletakkan di belakang lehernya. Tubuhnya sedikit meliuk ke belakang. Gerakan ini makin mempertegas keindahan Bentuk buah dadanya. Ditambah terpaan sinar lampu lembut dari arah samping, sungguh pemandangan yg tidak pernah aku lupakan sampai hari ini. Tanpa sepatah kata pun terucap dari mulut Mika, tapi aku tahu dalam hati dia pasti berkata: “Nikmatilah pemandangan indah buah dadaku
Bob.”

Sebenarnya aku masih ingin terus menikmati pemandangan itu, tapi aku tahu aku harus mulai berbuat sesuatu. Aku duduk di tepi ranjang Mika, aku tarik Mika mendekat sehingga dadanya tepat ada di hadapanku. Aku ciumi buah dada Mika secara bergantian. Kadang aku katupkan kedua bibirku di putingnya dan aku pelintir dgn gerakan bibirku ke kiri dan kanan. Mika menggelinjang penuh kenikmatan. Tangannya me-remas² rambut di kepalaku. Dadanya semakin dibusungkan tanda dia menikmati apa yg aku lakukan.

Aku perhatikan ternyata Mika bukan orang yg “ribut” kala bercinta. Mulutnya tidak bersuara apa² kecuali desahan lembut nafasnya yg semakin cepat. “sssssshhhhh …. sssshhhhh …. ssssshhhhhh”

Kedua tanganku me-remas² kedua buah dada Mika dan mulutku masih sibuk dgn putingnya. Liukan tubuh Mika semakin menggila tanda rangsanganku semakin tak bisa ditahannya. Sambil masih mengulum putingnya, tanganku menggapai kancing celana pendeknya. Tanpa banyak kesulitan aku berhasil membuka kancing itu krn Mika juga membantu dgn mengecilkan perutnya sehingga tugasku semakin mudah. Perlahan aku turunkan ritsleting celananya terus aku tarik ke bawah sampai celana pendek Mika terlepas dan tersangkut di kedua lututnya.

Kemudian kami pun melakukan sebuah adegan bercinta di sofa, si Mika pun membuka celana dalamnya , aku pun tanpa banyak pikir kemudian mengeluarkan rudalku yang sudah menganga untuk memasukan rudalku kedalam guanya si Mika, tanpa basa basi aku langsung malahap, vaginanya yang masih dikatakan sempit masih bisa aku masukin dengan rudalku. Dengan desahan ahhhhhhhhhhhhhhhh,………. Bandar Poker Online

Mika berkata pelan pelan Bob…aku pun mengiyakan dengan pelan pelan rudalku masuk mendekati ke vaginanya semakin dalam semakin dalam tubuh Mika mengolet tidak karuan apa karena sudah orgasme dia. Dengan posisi dia duduk di pangkuanku dengan genjotan bokong dari Mika tak lama rudalku mau mengeluarkan crotttnya, saya pun angkat bokong Mika dari pangkuanku.

Mik……sudah keluar crottku..Mika pun langsung mengambilakan tisu untuk membersihakan bekas crott yang menempel di sofa. Mika pun senang dengan apa yang kami lakukan, kejadian ini belangsung dikemudian hari dengan tempat yang berbeda kandang di rumahku, kadang juga di tempat kos kosan teman aku. Demikian cerita singakat dari pengalamanku bercinta dengan sahabatku.

 

Pemerkosaan DINDA SiKembang Desa

Pemerkosaan DINDA SiKembang Desa

Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan. Sebut saja namaku Donny.

Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut saja dia Ronny.

Kami memang punya “hobi” yang sama, namun Ronny punya trik tersendiri untuk menyalurkan hobinya. Kini selain terdaftar di kota asalnya, ia juga resmi penduduk sebuah desa yang agak terpencil. Berikut adalah caranya mendapatkan kembang desa, meski sudah beristri tiga orang.

Dinda terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu.

Dari jendela yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Dinda hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley. Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Dinda memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan.

Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.

Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Dinda rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Dinda yang bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola. “Ah, sudah bangun Nduk..?

sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu. Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Dinda mengenalinya sebagai Ronny, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini.

Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Dinda tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil. Dinda berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak. “

Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu. ” kata Ronny. Tidak sengaja Dinda melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu.

Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yang tadi dipakainya. “Pak Ronny, Dinda dimana? Kenapa Dinda begini?” tanya gadis itu dengan panik. Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ. “Tenang Dinda, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita. ” kata Ronny sambil menyeringai. “Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Dinda nggak mau!”

gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya. Sambil tertawa terkekeh, Ronny perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat Dinda terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat. “Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ronny, jangan Pak! Tolong.. !” Dengan sigap Ronny mengambil pakaian dalam Dinda yang terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.

“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ronny sambil menampar pipi Dinda sampai gadis itu memekik kesakitan. Ronny semakin beringas melihat tubuh Dinda yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya. “Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!

” Tanpa basa basi Ronny segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Dinda dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ronny menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar. Pekikan Dinda tertahan sumpalan celana dalam saat Ronny meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris.

Ronny kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Dinda. “Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu…” sambil berkata begitu Ronny menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Dinda. Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Ronny yang terus menerobos masuk. “Haanggkk.. ! Aahhkk.. !”

Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Dinda merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya. Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ronny dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Dinda yang terasa begitu peret. “Aahh… enak sekali tempikmu… aahh… Dindaaa… enak kan Nduk.. ? Terus ya Nduk.. ?” Ronny mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.

Dinda sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Ronny kini dengan kuat meremasi kedua Payudara nya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Dinda memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ronny yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan. Dinda dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih.

Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Dinda disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun. “Hhh.. ! Dindah.. ! Dindahh.. ! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh.. ! Aah… ambil Nduk! Nih! Nih! Niih.. !”

Tanpa dapat ditahan lagi Ronny menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Dinda sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Dinda tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap. Dinda kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar.

Dengan gemas Ronny kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Dinda. Ronny tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang Bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Dinda memang betul-betul masih perawan, tadinya. Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan.

Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ronny lupa diri. Dengan istri muda seperti Dinda, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak. “Aah.. ! Ahk! Angkung (ampun).. ! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun).. !” Dinda merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan. Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Ronny menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Dinda berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu.

Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar. Ronny semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Dinda yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain.

Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ronny semakin bersemangat menyodok kemaluan Dinda, semakin cepat, semakin dalam. Ronny merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Dinda sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Ronny. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan.

Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ronny menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Ronny dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Dinda yang terpekik tertahan-tahan.

Semalam suntuk Ronny dengan gagahnya memperkosa Dinda, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Dinda pingsan ketika Ronny mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih.

Punggung gadis itu perih tergores kuku Ronny. Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Ronny terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Dinda. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah.

Bahkan menjerit pun Dinda tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Dinda dibuat bulan-bulanan tanpa daya. Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Ronny berbaring di sisi Dinda yang terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya.

Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Ronny tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ronny bangkit dan mengenakan pakaian. Perlahan Ronny membuka sumpalan mulut Dinda.

adis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar. “Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul. ”“Nggak mau… lepasin Dinda… Dinda mau pulang.. !” isak gadis itu menghiba. “Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku. ” bujuk Ronny. “Enggak… enggak mau. Dinda mau pulang!”

gadis itu berusaha meronta tanpa hasil. “Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ronny jengkel. Dinda sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ronny tidak dihiraukan Dinda, membuat Ronny naik pitam. “Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku.

Baik, kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ronny sambil membuka ikatan kaki Dinda. Ronny kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yang mengikat tangan Dinda, Ronny menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Dinda tidak kuasa menolak dirinya yang masih Bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang. “Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!”

seru Ronny sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya. “Ada apa Pak Ronny? Apa yang terjadi?” tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya. “Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa!

Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Ronny berapi-api. “Tidak! Tidak.. tolong.. !” sia-sia Dinda berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana. “Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Ronny menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah. Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala.

“Tidak! Saya tidak ber…” perkataan Dinda terputus oleh teriakan salah seorang. “Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya. Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Dinda dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat Dinda yang Bugil diseret.

Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek. Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Dinda ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas.

Dinda tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri.

Namun sia sia gadis itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga. Isakan tangis Dinda semakin keras mendengar tawa orang-orang yang mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat, pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa.

 

 

 

Nafsu Birahi Ratih Adik Ku

ini adalah kisah pengalamanku yang sengaja aku beberkan untuk pertama kalinya. Sebut saja namaku Arman, aku sendiri tinggal di Bandung. Kejadian yang aku alami ini kalau tidak salah ingat, terjadi ketika aku akan lulus SMA pada tahun 2015.

Sungguh sebelumnya aku tak menyangka bahwa aku akan meniduri adikku sendiri yang bernama Ratih. Dia termasuk anak yang rajin, sebab dia yang memasak dan mencuci pakaian sehari-hari. Ibuku adalah seorang pedagang kelontong di pasar, sedangkan ayahku sudah lama meninggal. Entah mengapa Ibu tidak berniat untuk menikah lagi.

Yang ibu lakukan setiap hari adalah sejak jam 4 subuh dia sudah pergi ke pasar dan pulang menjelang magrib, aku pun sekali-sekali pergi ke pasar untuk membantu ibu, itu pun kalau terpaksa sedang tidak punya uang. Sedangkan adikku karena seringnya tinggal di rumah maka dia kurang pergaulan hingga kuperhatikan tampaknya dia belum pernah pacaran. Oh ya, selisih umurku dengan adikku hanya terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 SMA.

Baiklah, aku akan mulai menceritakan pengalaman sex dengan adikku ini. Kejadiannya ketika itu aku baru pulang dari rumah temanku Anto pada siang hari, ketika sampai di rumah aku mendapati adikku sedang asyik menonton serial telenovela di salah satu TV swasta. aku pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring di sofa.

Saat itu serial tersebut sedang menampilkan salah satu adegan ciuman yang hanya sebentar karena langsung terpotong oleh iklan. Setelah melihat adegan tersebut aku menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan telah melihat adegan tadi.

“Pantesan betah nonton film gituan” ujarku.
“Ih, apaan sih” cetusnya sambil tersipu malu.

Beberapa menit kemudian serial tersebut selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi ke WC. Kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang mencuci piring. Karena acara di televisi tidak ada yang seru, maka aku pun mematikan TV tersebut dan setelah itu aku ke WC untuk buang air kecil. Mataku langsung tertuju pada belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena mencuci piring.

“Ratih, minggir dulu sebentar pingin pipis nih” sahutku tak kuat menahan.

Setelah aku selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat adikku Ratih. Aku sendiri tadinya tak mau berbuat macam-macam karena kupikir dia adalah adikku sendiri, apalagi adikku ini orangnya lugu dan pendiam. Tetapi dasar setan telah menggoyahkan pikiranku, maka aku berpikir bagaimana caranya agar dapat mencumbu adikku ini.

Aku seringkali mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci, dan entah mengapa aku tak mengerti, aku langsung saja berjalan menghampiri adikku dan memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya. Mendapat serangan yang mendadak tersebut adikku hanya bisa menjerit terkejut dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku.

Aku sendiri lalu tersadar. Astaga, apa yang telah aku lakukan terhadap adikku. Aku malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia lari ke kamarnya. Melihat hal itu aku langsung mengejar ke kamarnya. Sebelum dia menutup pintu aku sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan perihal peristiwa tadi.

“Maafkan.. Aa Ratih, Aa tadi salah”
“Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu”
Adikku hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. Aku mendekati dia dan duduk di tepi ranjang.
“Ratih, maafin Aa yah. Jangan dilaporin sama Ibu” kataku agak takut.
“Aa jahat” jawab adikku sambil menangis.

“Ratih maafin Aa. Aa berbuat demikian tadi karena Aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah seminggu ini putus ama Teh Dewi” kataku.
“Apa hubungannya putus ama Teh Dewi dengan meluk Ratih” jawab adikku lagi.
“Yah, Aa nggak kuat aja pingin bercumbu”
“Kenapa sama Ratih” jawabnya.

Setelah itu aku tidak bisa berbicara lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi karena kami hanya terdiam. Dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air hujan. Di tengah kesunyian tersebut lalu aku mencoba untuk memecah keheningan itu.

“Ratih, biarin atuh Aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini” Adikku tidak menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu aku mencoba membalikkan tubuhnya dan kuajak bicara.
“Ratih, lagian kan Ratih pingin ciuman kayak di film tadi kan?” bujukku.
“Tapi Aa, kita kan adik kakak?” jawabnya.
“Nggak apa-apa atuh Ratih, sekalian ini mah belajar, supaya entar kalo pacaran nggak canggung”

Entah mengapa setelah aku bicara begitu dia jadi terdiam. Wah bisa nih, gumanku dalam hati hingga aku pun tak membuang kesempatan ini. Aku mencoba untuk ikut berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. Aku harus melakukannya dengan perlahan. Belum sempat aku berpikir, Ratih lalu berkata..

“Aa, Ratih takut”
“Takut kenapa, Say?” tanyaku.
“Ih, meuni geuleh, panggil Say segala” katanya.
“Hehehe, takut ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok”, rayuku.
“Bukan takut ama Aa, tapi takut ketahuan Ibu” jawabnya.

Setelah mendengar perkataannya, aku bukannya memberi alasan melainkan bibirku langsung mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. Mendapat perlakuanku seperti itu, tampak kulihat adikku terkejut sekali, karena baru pertama kalinya bibir yang seksi tanpa lipstick ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke belakang. Tetapi aku mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih erat ke dalam pelukanku.

Mmhh, mmhh.., Aa udah dong” pintanya. Aku menghentikan pagutanku, dan kini kupandangi wajah adikku dan rasanya aku sangat puas meskipun aku hanya berhasil menikmati bibir adikku yang begitu merah dan tipis ini.

“Ratih, makasih yah, kamu begitu pengertian ama Aa” kataku.
“Kalau saja Ratih bukan adik Aa, udah akan Aa..” belum sempat aku habis bicara..
“Udah akan Aa apain” bisiknya sambil tersenyum. Aku semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.

“Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Ratih, Ratih mau kan jadi pacar Aa”, tanyaku lagi.
Mendengar hal demikian adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara..
“Tapi pacarannya nggak beneran kan” Katanya sedikit ragu.
“Ya nggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu” jawabku meyakinkannya.

Setelah itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukan jam 4 sore.
“Udah jam 4 tuh, sebentar lagi Ibu pulang. Aa mandi dulu yah”, kataku kemudian.

Maka aku pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. Setelah kejadian tadi siang aku sempat tidak habis pikir, apakah benar yang aku alami tadi. Di tengah lamunanku, aku dikejutkan oleh suara Ibuku.

“Hayoo ngelamun aja, Ratih mana udah pada makan belum?” kata Ibuku.
“Ada tuh, emang bawa apaan tuh Bu?” aku melihat Ibuku membawa bungkusan.

Setelah aku lihat ternyata Ibu membeli bakso, kemudian Ibuku memangil Ratih dan kami bersama-sama menyantap Baso itu. Untungnya setelah kejadian tadi siang kami dapat bersikap wajar, seolah tidak terjadi apa-apa sehingga Ibuku tidak curiga sedikit pun.

Malamnya aku sempat termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh setelah Ibu pergi ke pasar aku ingin sekali mengulangi percumbuan dengan adikku sekalian ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. Keesokannya rupanya setan telah menguasaiku sehingga aku terbangun ketika Ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. Setelah itu aku mendekati adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.

“Ehmm, ehmm, bebas nih”, ujarku.

Adikku orangnya tidak banyak bicara. Mengetahui keberadaanku dia seolah tahu apa yang ingin aku lakukan, tetapi dia tidak bicara sepatah kata pun. Karena aku sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, maka aku langsung melabrak adikku, memeluk tubuh adikku yang sedang membelakangiku. Kali ini dia diam saja sewaktu aku memeluk dan menciumi tengkuknya.

Dinginnya udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa dingin kamar ini. Kontolku yang mulai ngaceng aku gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.

“Say, Aa pingin bobo di sini boleh kan?” pintaku.
“Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar..”
“Entar kenapa?” timpalku.

Belum sempat dia bicara lagi, aku langsung membalikkan tubuhnya dan langsung aku pagut bibir yang telah sejak tadi siang membuat pikiranku melayang. Aku kemudian langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit hangat tubuhnya agar melekat erat dengan tubuhku. Aku mencoba untuk menyingkap dasternya dan kucoba untuk meraba paha dan pantatnya.

Walaupun dia menyambut ciumanku, tetapi tangannya berusaha untuk mencegah apa yang sedang kulakukan. Tetapi aku tersadar bahwa ciumannya kali ini lain daripada yang tadi siang, ciuman ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena kurasakan adikku kini pun menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari dengan lidahku.

Aku tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki nafsu yang begitu besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.

Kini tanpa ragu lagi aku mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama kalinya aku meraba paha perempuan. Sebelumnya dengan pacarku aku belum pernah melakukan ini, karena Dewi pacarku lebih sering memakai celana jeans. Dengan Dewi kami hanya sebatas berciuman.

Kini yang ada dalam pikiranku hanyalah satu, yaitu aku ingin sekali meraba, menikmati yang namanya heunceut (vagina dalam bahasa Sunda) wanita hingga aku mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana dalamnya.

Belum juga sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, Ratih melepaskan pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. Ternyata Ratih telah mengalami orgasme.

“Aa.. aah, eghh, eghh” rintih Ratih yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.

Sesaat setelah itu Ratih menjatuhkan kepalanya di atas bahuku. Aku belai rambutnya karena aku pun sangat menyayanginya, kemudian aku bopong tubuh yang telah lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.

“Gimana Sayang, enak?” bisikku. Aku hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini manisnya seperti Nafa Urbach.
“Gimana rasanya, Sayang?” tanyaku lagi.
“Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?” Eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.
“Iya Sayang, gimana, enak?” jawabku sambil bertanya lagi.
“He-eh, enakk banget” jawabnya sambil tersipu.

Entah mengapa demi melihat kebahagian di wajahnya, aku kini hanya ingin memandangi wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku untuk mengarungi lembah belukar yang terdapat di kemaluannya hingga sesaat kemudian karena kulihat matanya yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi maka aku mengajaknya untuk tidur. Kami pun terus tertidur dengan posisi saling berpelukan dan kakiku kusilangkan di antara kedua pahanya.

Hangat tubuh adikku kurasakan begitu nikmat sekali. Yang ada dalam pikiranku adalah betapa nikmatnya jika aku menikah nanti, pantas saja di jaman sekarang banyak yang kawin entah itu sudah resmi atau belum. Tanpa terasa aku pun sadar dan terbangun dari tidurku, dan kulihat jam di kamar adikku telah menunjukkan jam 9 lewat dan adikku belum juga bangun dari tidurnya. Wah gawat, berarti dia hari ini tidak sekolah, pikirku.

“Ratih, bangun kamu nggak sekolah?” tanyaku membangunkannya.

Ratih pun mulai terbangun dan matanya langsung tertuju pada jam dinding. Dia terkejut karena waktu telah berlalu begitu cepat, sehingga dia sadar bahwa hari ini dia tidak mungkin lagi pergi ke sekolah.

“Aahh, Aa jahat kenapa nggak ngebangunin Ratih” rajuknya manja.
“Gimana mau ngebangunin, Aa juga baru bangun” kataku membela diri.
“Gimana dong kalo Ibu tahu, Ratih bisa dimarahin nih, ini semua gara-gara Aa”
“Loo kok Aa yang disalahin sih, lagian Ibu nggak bakalan tahu kalau Aa nggak ngomongin kan” jawabku untuk menghiburnya.
“Bener yah, Ratih jangan dibilangin kalau hari ini bolos”
“Iyaa, iyaa” jawabku.

Entah mengapa tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk mandi bareng. Wah ini kesempatan emas, alasan tidak memberitahu Ibu bahwa dia nggak masuk sekolah bisa kujadikan senjata agar aku bisa mandi bersama adikku.

“Eh, ada tapinya loh, Aa nggak bakalan bilang ama Ibu asal Ratih mau mandi bareng ama Aa” kataku sambil mengedipkan mata.
“Nggak mau. Aa jahat, lagian udah gede kan malu masak mau mandi aja musti barengan”
“Ya udah kalo nggak mau sih terserah” ancamku.
Singkat cerita karena aku paksa dan dia tidak ingin ketahuan oleh Ibu maka adikku menyetujuinya.

“Tapi Aa jangan macem-macem yah” pintanya.
“Emangnya kalo macem-macem gimana?” tanyaku.
“Pokoknya nggak mau, mendingan biarin ketahuan Ibu, lagian juga itu kan gara-gara Aa, Ratih bilangin Aa udah ciumin Ratih” balasnya mengancam balik.

Jika kupikir-pikir ternyata benar juga, bisa berabe urusannya, seorang kakak bukannya menjaga adik dari ulah nakal laki-laki lain, eh malah kakaknya sendiri yang nakal. Maka untuk melancarkan keinginanku untuk bisa mandi dengannya, aku pun menyetujuinya.

Kami berdua akhirnya bangun dari tidur dan setelah berbenah kamar, kami berdua pun pergi menuju kamar mandi. Sesampai di kamar mandi kami hanya saling diam dan kulihat adikku agak ragu untuk melepaskan pakaiannya.

“Aa balik dulu ke belakang, Ratih malu nih” pintanya.
“Apa nggak sebaiknya Aa yang bukain punya Ratih, dan Ratih bukain punya Aa”

Tanpa pikir panjang aku menghampiri adikku dan aku cium bibirnya. Agar dia tidak malu dan canggung untuk membuka pakaiannya, aku genggam tangannya dan aku tuntun untuk membuka bajuku. Tanpa dikomando dia membuka bajuku setelah itu kutuntun lagi untuk membuka celana basket yang aku kenakan.

Setelah keadaanku bugil dan hanya memakai celana dalam saja kulihat adikku tegang, sesekali dia melirik ke arah selangkanganku dimana kontolku sudah dalam keadaan siaga satu. Kini giliranku menanggalkan daster yang ia kenakan.

Begitu aku buka, aku terbeliak dibuatnya karena ternyata tubuh adikku begitu bohai (body aduhai). Dia lalu berusaha menutupi selangkangannya. Lalu dengan sengaja kucolek payudaranya hingga adikku melotot dan menutupinya. Kemudian aku pun balik mencolek memeknya, hehehe..

“Idihh, Aa nggak jadi ah mandinya, malu”, rajuknya.

Adikku lalu mengambil handuk dan melilitkan handuk tersebut kemudian melangkah keluar kamar mandi, tetapi karena aku tidak mau kesempatan emas ini kabur maka aku pegang tangannya dan terus aku peluk sambil kukecup bibirnya, karena ternyata adikku sangat merasa nyaman bila bibirnya aku cium.

Aku lalu menarik handuknya hingga terlepas dan jatuh ke lantai, dan aku pepet tubuhnya ke arah bak air lalu gayung kuambil dan langsung kusiramkan ke tubuh kami berdua. Merasakan tubuhnya telah basah oleh siraman air, adikku berusaha untuk melepaskan ciuman dan desakan yang aku lakukan, tapi usahanya sia-sia karena aku semakin bernafsu menyirami tubuh kami sambil kontolku aku tekan-tekan ke arah selangkangannya.

Setelah tubuh kami benar-benar basah, aku bagai kemasukan setan. Selain menyedot bibirnya dengan ganas aku pun langsung mencoba untuk melepaskan celananya. Setelah celana dalamnya terlepas dari sarangnya hingga ke tepi lutut, aku pun menariknya ke bawah dengan kakiku hingga benar-benar terlepas. Sadar bahwa aku akan berbuat nekat, Ratih semakin berusaha untuk melepaskan tubuhnya. Sebelum usahanya membuahkan hasil aku melepas pagutannya.

“Aa, stop please” rengeknya sambil menangis.
“Ratih, tolong Aa dong. Ratih tadi subuh kan udah ngalami orgasme, Aa belum..” pintaku.

Dan tanpa menunggu waktu lagi di saat tenaganya melemah, aku kangkangkan pahanya sambil kukecup bibirnya kembali sehingga dia tidak bisa menolaknya. Di saat itu aku meraih burungku dari CD-ku dan mencoba mencari sarang yang sudah lama ini ingin kurasakan.

Dalam sekejap kontolku sudah berada tepat di celah pintu heunceut adikku, dan siap untuk segera menjebol keperawanannya. Merasa telah tepat sasaran maka aku pun menghentakkan pinggulku. Dan aku seperti benar-benar merasakan sesuatu yang baru dan nikmat melanda seluruh organ tubuhku dan kudengar adikku meringis kesakitan tapi tidak berusaha untuk menjerit.

Melihat hal itu aku mencoba untuk mengontrol diriku dan mencoba menenangkan perasaan yang membuatku semakin tak karuan, karena aku merasa diriku dalam keadaan kacau tetapi nikmat hingga sulit untuk diuraikan dengan kata-kata.

Aku mencoba hanya membenamkan penisku untuk beberapa saat, karena aku tak kuasa melihat penderitaan yang adikku rasakan. Kini pandangan aku alihkan pada kedua payudara adikku yang masih diselimuti BH-nya. Aku mencoba untuk melepaskannya tapi mendapat kesulitan karena belum pernah sekalipun aku membukanya hingga aku hanya bisa menarik BH yang menutupi payudara adikku dengan menariknya ke atas dan tiba-tiba dua bongkah surabi daging yang kenyal menyembul setelah BH itu aku tarik.

Melihat keindahan payudara adikku yang mengkal dan putingnya yang bersemu coklat kemerahan, aku pun tak kuasa untuk segera menjilat dan menyedotnya senikmat mungkin.

“Aa, ahh, sakit” rintih adikku.

Seiring dengan kumainkannya kedua buah payudara adikku silih berganti maka kini aku pun mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju mundur, walau aku juga merasakan perih karena begitu sempitnya lubang heunceut adikku ini. Badan kami kini bergumul satu sama lain dan kini adikku pun mulai menikmati apa yang aku lakukan. Itu dapat aku lihat karena kini adikku tidak lagi meringis tetapi dia hanya mengeluarkan suara mendesah.

“Eenngghh, acchh, enngg, aacchh”
“Gimana, enakk?” aku mencoba memastikan perasaan adikku.

Dia tidak menjawab bahkan kini justru tangannya meraih kepalaku dan memapahnya kembali mencium mulutnya. Karena aku tidak ingin egois maka aku pun menuruti kehendaknya. Aku kulum bibirnya dan lidah kami pun ikut berpelukan menikmati sensasi yang tiada tara ini

anganku kugunakan untuk meremas payudaranya. Gila, kenikmatan ini sungguh luar biasa, kini aku pun mencoba untuk menirukan gaya-gaya di film BF yang pernah kulihat. Adikku kuminta menungging dan tangannya memegang bak mandi.

Aku berbalik arah dan mencoba untuk segera memasukan kembali kontolku ke dalam memeknya, belum sempat niat ini terlaksana aku segera mengurungkan niatku, karena kini aku dapat melihat dengan jelas bahwa heunceut adikku merekah merah dan sangat indah. Karena gemas aku pun lalu berjongkok dan mencoba mengamati bentuk heunceut adikku ini hingga aku melongo dibuatnya.

Mengetahui aku sampai melongo karena melihat keindahan heunceutnya, adikku berlagak sedikit genit, dia goyangkan pantatnya bak penyanyi dangdut sambil terkikik cengengesan. Merasa dikerjai oleh adikku dan juga karena malu, untuk mebalasnya aku langsung saja membenamkan wajahku dan kuciumi heunceut adikku ini, hingga kembali dia hanya bisa mendesah..

“Aahh, Aa mau ngapain.., ochh, enngghh” desahnya sambil mengambil nafas panjang.

Mmhh, ssrruupp, cupp, ceepp, suara mulutku menyedot dan menjilati heunceut adikku ini, dan aku perhatikan ada bagian dari heunceut adikku ini yang aneh, mirip kacang mungkin ini yang namanya itil, maka aku pun mencoba untuk memainkan lidahku di sekitar benda tersebut.

“Acchh, Aa, nnggeehh, iihh, uuhh, gelii”, erangnya saat aku memainkan itilnya tersebut.

Karena mendengar erangannya yang menggoda aku pun tak kuasa menahannya dan segera bangkit untuk memeluk adikku dan memasukannya kembali dengan cepat kontolku agar bersemayam pada heunceut adikku ini. Baru beberapa kocokan kontolku di memeknya, adikku seakan blingsatan menikmati kenikmatan ini hingga dia pun meracau tak karuan lalu..

“Aa, Ratihh, eenngghh, aahh..”

Rupanya adikku baru saja mengalami orgasme yang hebat karena aku rasakan di dalam memeknya seperti banjir bandang karena ada semburan lava hangat yang datang secara tiba-tiba. Kini aku merasakan kenikmatan yang lain karena cairan tersebut bagai pelumas yang mempermudah kocokanku dalam heunceutnya.

Setelah itu adikku kini lunglai tak bertenaga, yang ia rasakan hanya menikmati sisa-sisa dari orgasmenya dan seperti pasrah membiarkan tubuhnya aku entot terus dari belakang. Mengetahui hal itu aku pun kini mengerayangi setiap lekuk tubuh adikku sambil terus mengentotnya, mulai dari mencium rambutnya, menggarap payudaranya sampai-sampai aku seperti merasakan ada yang lain dari tubuhku, ada perasaan seperti kontolku ini ingin pipis tapi tubuh ini terasa sangat-sangat nikmat.

“Aa, udah.. Aa, Ratih udah lemess..” kata adikku.
“Tunggu Sayangg, Aa maauu nyampai nih, oohh”

Kurasakan seluruh tubuhku bagai tersengat listrik dan sesuatu cairan yang cukup kental aku rasakan menyembur dengan cepat mengisi rahim adikku ini. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang luar biasa ini aku memegang pantat adikku dan aku hentakkan pinggulku dengan keras membantu kontolku untuk mencapai rongga rahim adikku lebih dalam. Kami berdua kini hanya bisa bernafas seperti orang yang baru saja berlari-lari mengejar bis kota.

Setelah persetubuhan yang terlarang ini kami pun akhirnya mandi, dan setelah itu karena tubuhku lemas maka aku tiduran di sofa sambil menikmati acara televisi dan adikku kulihat kembali melakukan aktifitasnya membereskan rumah meskipun tubuhnya jauh lebih lemas.

 

Seks Dengan Teman Lama

Mungkin karena banyaknya kecocokan kami dahulu, dari mulai curhat sampai ML yang boleh dibilang sudah sama-sama hapal kesukaan masing-masing. Pada suatu kesempatan, kami bertemu kembali di telepon, dan langsung janjian bertemu di kantornya hari sabtu siang, yang kebetulan juga ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Meluncurlah aku kekantornya di sebuah building di jalan utama ibu kota. Karena hari itu hari sabtu, praktis sebagian besar kantor tutup. Demikian juga di lantai tempat kantor Lidya, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan piket karena memang cuma setengah hari.

penuh semangat. Akupun demikian, walaupun sempat terpana sebelumnya melihat dirinya yang semakin cantik, sensual dan sexy, apalagi dengan penampilannya siang itu yang mengenakan blazer merah, rok mini ketat dan sepatu tinggi hingga menampakkan kejenjangan kakinya serta kemulusan kulitnya yang mulus,

Walaupun tubuhnya tetap tidak berubah, yaitu mungil dan ramping. “Aku selesai’in kerjaanku dulu ya., abis itu baru kita jalan..”, Kata Lidya sambil mengajakku ke mejanya setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Lidya lalu duduk di kursinya sambil menyelesaikan pekerjaan di komputernya.

“Aku pijetin yah..,” Kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. “Hmm.., enaknya.., udah lama ya kamu nggak mijet aku.., aku kangen sama tanganmu..,” katanya lagi sambil menggeliat manja.

“Kangen sama bibirku juga nggak?,” bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. Lidya langsung menggeliat, apalagi waktu kraag blousenya agak kusingkap dan ciumanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus.

Aroma tubuhnya yang alami kurasakan lagi setelah sekian lama tak berjumpa dengannya.

“Ssshh.., kamu nggak berubah yah..,” Rintih Lidya kenikmatan sambil mematikan computernya. “Kaya’nya kita nggak perlu keluar dari sini deh.., sebentar ya, aku kunci dulu pintu depannya,” katanya lagi. Agak lama Lidya mengunci pintu depan, dan waktu balik ke ruang kerjanya, mataku terbelalak melihat Lidya hanya tinggal mengenakan blazer merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya.

Tanpa bicara, Lidya langsung menggandengku menuju ruang meeting kecil yang hanya berisi meja bulat dan beberapa kursi. “Aku kangen melihat tubuhmu,” katanya lagi. Sementara aku buka pakaianku semua, Lidya mendekatiku dan tiba-tiba melumat bibirku yang langsung kusambut dengan meneroboskan lidahku dan menari-nari di dalam mulutnya sambil kadang-kadang mengulum lidahnya.

Begitu aku bugil total, Lidya meyuruhku duduk di kursi meeting, sementara dia ambil posisi berdiri dihadapanku sambil pelan-pelan membuka kancing blazernya dengan gaya erotis. Setelah itu, disingkapnya masing-masing ke samping sehingga muncullah pemandangan yang amat indah.

Buah dadanya yang ranum, bulat, dan padat dengan pentilnya yang merah muda itu nampak mencuat menantang, apalagi dengan tubuhnya yang makin basah oleh keringat sehingga kulitnya yang mulus makin berkilat. Belum lagi aku terkagum-kagum melihatnya, Lidya langsung duduk dipangkuanku dengan mengangkangkan pahanya bertumpu di pegangan tangan kursiku sehingga posisi buah dadanya tepat persis di mukaku.

“Udah lama kamu nggak menyantap susuku, ayo dong isep”, Goda Lidya sambil meneruskan melepas blazernya dan menaruh kedua tangannya ke atas senderan kursiku dan menyodorkan dadanya hingga kepalaku terbenam di antara dua bukitnya yang kenyal itu.

nisku mulai berdiri lagi dengan perlakuannya ini, apalagi aku bebas menghirup aroma tubunya yang bercampur antara parfum dan keringatnya itu. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke belakang telinganya.

Lidya menggeliat kegelian dan membuat hidung dan bibirku menjalar ke ketiaknya yang halus bersih itu, setelah sebelumnya menelusuri lengannya yang lembut. Disitu kuciumi sepuas-puasnya dan kujilat-jilat seputar ketiaknya yang merupakan salah satu kesukaannyaa juga. Kegeliannya membuat kepala Lidya menengadah kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat dengan mulutku yang makin liar.

Kujilati mulai dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan berlama-lama di seputar putingnya yang makin mengeras. Lidya yang nggak sabar, mendorong putingnya ke mulutku yang langsung kusambut dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan kemotan-kemotan halus di putingnya.

Tubuhnya makin menggelinjang ketika tanganku juga beraksi mengusap-usap selangkangannya yang ternyata sudah basah dari tadi. Jariku mulai menyusup ke vaginanya dan kugosok-gosok klentitnya. Tidak Cuma itu, jari-jarikupun menerobos masuk ke vaginanya yang terbuka bebas dengan gerakan maju-mundur yang makin lama makin cepat, dan ..

“Aaggh..sudah dong, sudaah”, Erang Lidya yang badannya mengejang sambil mendekap erat mukaku di buah dadanya sampai aku sulit bernafas, sementara jariku merasakan hangatnya cairan dari vaginanya. Rupanya Lidya baru saja mencapai klimaksnya dengan posisi kedua pahanya yang masih mengangkang dan masing-masing bertumpu pada sandaran tangan kursiku.

Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan kurebahkan di meja bulat di depanku dengan posisi kedua kakinya, dari batas lutut menjuntai ke bawah, agar Lidya bisa beristirahat sebentar mengembalikan tenaganya. Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.

Kupandang sejenak kakinya yang bener-bener mulus bersih dengan jari-jari kakinya yang rapi dan tanpa kutek itu serta betisnya yang ramping berisi. Lidya menikmati sekali pijatanku, bahkan waktu kugantikan tugas tanganku dengan bibirku yang menelusuri seluruh permukaan kulit kakinya.

“Aawh..sshh,..geli sayang,” Rintihnya lagi namun tetap pasrah menyerahkan kakinya untuk kuciumi dan kujilati dari mulai tumit, telapak kaki hingga jari-jari kakinya. Selain kumainkan lidahku, tak lupa kukemot satu persatu jari kakinya yang kutahu paling dia suka.

Lidya menikmati sekali permainanku ini sampai posisi kedua kakinya jadi tak beraturan karena menahan geli dan nikmat. Walaupun kedua kakinya masih kuciumi, pahanya mulai terbuka sedikit, sehingga satu tanganku bisa bebas menjamah kemulusan paha dan selangkangannya.

Puas dengan kakinya, kulanjutkan ciumanku ke atas menelusuri betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua paha dalamnya sambil tanganku terus menjelajah ke vaginanya. Lidya menggelinjang, tapi tanpa sadar malah memajukan duduknya ke pinggir meja dan kedua kakinya dikangkangkan ke masing-masing ujung meja, sehingga selangkangannya makin terbuka lebar membuatku makin bernafsu.

Tanpa tunggu lagi, kupindahkan mulutku ke vaginanya yang nampak basah, dan kedua tanganku menjamah buah dadanya di atas.

Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah yang paling disukai Lidya. Dari menyusuri bibir vaginanya, kuarahkan kemudian lidahku ke clitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku hingga Lidya mengerang hebat.

Tak cuma itu, clitorisnya tak luput juga dari kuluman bibirku yang kubarengi dengan liukan lidahku yang makin liar. “Mas, kencengin lidahnya mas”, Pinta Lidya sambil tangannya tiba-tiba menekan kepalaku lebih dalam. Aku tahu maksud Lidya yang minta lidahku dikerasin seolah penis dan ditarik maju-mundur ke liang vaginanya.

Lidya meronta-ronta, apalagi ketika clitorisnya kujilat berulang-ulang lalu kujulurkan lebih dalam menembus liang vaginanya bersamaan dengan makin cepatnya gerakan maju-mundur pinngul Lidya, dan “aghh”..aagh!!” Tubuhnya melengkung dan mengejang.

Kepalanya direbahkan kebelakang dan kedua pahanya dirapatkan sehingga menjepit kepalaku yang masih berada di selangkangannya sambil tangannya terus menekan kencang. Tanpa istirahat lagi, dengan cepat aku berdiri dari kursi lalu mengangkat kedua kakinya tinggi ke atas dan kutumpangkan masing-masing di pundakku, sehingga posisi penisku tepat berada di depan liang vaginanya yang persis berada di pinggir meja.

“Ooowh ..,” teriak Lidya begitu penisku yang tegak keras bak meriam masuk lurus ke liang vaginanya. Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku yang membuat Lidya menjerit-jerit kecil karena menahan geli, setelah mencapai klimaks sebelumnya. Pinggulnya diputar-putarkan mengimbagi gerakan penisku yang makin lama makin cepat bergerak maju-mundur.

Lidya makin pasrah waktu pergelangan kakinya kupegang dan kukangkangkan ke samping sambil terus menggenjot vaginanya. Baru sebentar Lidya tak tahan, dan lebih memilih melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil terus menggoyang-goyang pinggulnya.

Kesempatan ini kupergunakan dengan merapatkan badanku ke tubuhnya yang indah itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginanya, bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku meremas gundukan buah dadanya yang ranum, dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya.

Penisku menghujam makin cepat ke liang vaginanya. Kedua tanganku kemudian menahan kedua tangannya dan bibirku kuturunkan ke putingnya untuk kujilat dan kukemot habis-habisn.., sehingga ” Aaagghh..!!,” Teriak Lidya dan aku hampir bersamaan. Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang.

Kedua kakinya kencang sekali menghimpit pinggangku, dan tangannya beralih menekan kepalaku ke buah dadanya. Kami sama-sama terdiam beberapa saat menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat mengucur deras membasahi meja meeting itu walaupun AC terasa dingin. Kulepaskan tubuhku kemudian sambil memandangi tubuh Lidya yang indah mulus itu terlentang di atas meja.

Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku mulai lagi menjelajahi seluruh lekuk liku tubuhnya dengan jilatan-jilatan nakal, Lidya cuma bisa menggelinjang pasrah dan dengan manja berkata lagi, ” Coba deh kamu tiap hari ke kantorku.

Bercinta Dengan Model Cantik

Segera kupacu pulang mobilku, tapi sebelumnya mampir dulu beli es dawet di kios di pinggir jalan menuju arah rumahku. Setelah sampai rumah dan kumasukkan mobil ke garasi, segera kuganti baju dengan seragam kebesaran, yaitu kaos kutang dengan celana kolor. Kucuci tangan dan muka, kemudian kuhampiri meja makan dan mulai menyantap makan siang lalu ditutup dengan minum es dawet yang kubeli tadi, uaaaah… enak sekali… jadi terasa segar tubuh ini karena es itu.

Setelah cuci piring, kemudian aku duduk di sofa, di ruang tengah sambil nonton MTV, lama kelamaan bosan juga. Habis di rumah tidak ada siapa-siapa, adikku belum pulang, orang tua juga masih nanti sore. Pembantu tidak punya. Akhirnya aku melangkah masuk ke kamar dan kuhidupkan kipas angin, kuraih majalah hiburan yang kemarin baru kubeli. Kubolak-balik halaman demi halaman, dan akhirnya aku terhanyut.

Tiba-tiba bel pintu berbunyi, aku segera beranjak ke depan untuk membuka pintu. Sesosok makhluk cantik berambut panjang berdiri di sana. Sekilas kulihat wajahnya, sepertinya aku pernah lihat dan begitu familiar sekali, tapi siapa ya..?
“Cari siapa Mbak..?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Ehm… bener ini Jl. Garuda no.20, Mas..?” tanya cewek itu.
“Ya bener disini, tapi Mbak siapa ya..? dan mau ketemu dengan siapa..?” tanyaku lagi.
“Maaf Mas, kenalkan… nama saya Rika. Saya dapat alamat ini dari temen saya. Mas yang namanya Adi ya..?” sambil cewek itu mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Segera kusambut, aduuuh… halus sekali tanganya.
“Eng… iya, emangnya temen Mbak siapa ya..? kok bisa tau alamat sini..?” tanyaku.
“Anu Mas, saya dapat alamat ini dari Bimo, yang katanya temennya Mas Adi waktu SMA dulu…” jelas cewek itu.

Sekilas aku teringat kembali temanku, Bimo, yang dulu sering main kemana-mana sama aku.
“Oooh… jadi Mbak Rika ini temennya Bimo, ayo silahkan masuk… maaf tadi saya interogasi dulu.”
Setelah kami berdua duduk di ruang tamu baru aku tersadar, ternyata Rika ini memang dahsyat, benar-benar cantik dan seksi. Dia saat itu memakai mini skirt dan kaos ketat warna ungu yang membuat dadanya tampak membusung indah, ditambah wangi tubuhnya dan paha mulus serta betis indahnya yang putih bersih menantang duduk di hadapanku. Sekilas aku taksir payudaranya berukuran 34B.

Setelah basa-basi sebentar, Rika menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu ingin tanya-tanya tentang jurusan Public Relation di fakultas Fisipol tempat aku kuliah. Memang Rika ini adalah cewek pindahan dari kota lain yang ingin meneruskan di tempat aku kuliah. Aku sendiri di jurusan advertising, tapi temanku banyak yang di Public Relation (yang kebanyakan cewek-cewek cakep dan sering jadi model buat mata kuliah fotografi yang aku ambil), jadi sedikit banyak aku tahu.

Kami pun cepat akrab dan hingga terasa tidak ada lagi batas di antara kami berdua, aku pun sudah tidak duduk lagi di hadapannya tapi sudah pindah di sebelah Rika. Sambil bercanda aku mencuri-curi pandang ke wajah cantiknya, paha mulusnya, betis indahnya, dan tidak ketinggalan dadanya yang membusung indah yang sesekali terlihat dari belahan kaos ketatnya yang berleher rendah. Terus terang saja si kecil di balik celanaku mulai bangun menggeliat, ditambah wangi tubuhnya yang membuat terangsang birahiku.

Aku mengajak Rika untuk pindah ke ruang tengah sambil nonton TV untuk meneruskan mengobrol. Rika pun tidak menolak dan mengikutiku masuk setelah aku mengunci pintu depan. Sambil ngemil hidangan kecil dan minuman yang kubuat, kami melanjutkan ngobrol-ngobrol. Sesekali Rika mencubit lengan atau pahaku sambil ketawa-ketiwi ketika aku mulai melancarkan guyonan-guyonan. Tidak lama, adik kecilku di balik celana tambah tegar berdiri. Aku kemudian usul ke Rika untuk nonton VCD saja. Setelah Rika setuju, aku masukkan film koleksiku ke dalam player. Filmnya tentang drama percintaan yang ada beberapa adegan-adegan ranjang. Kami berdua pun asyik nonton hingga akhirnya sampai ke bagian adegan ranjang, aku lirik Rika matanya tidak berkedip melihat adegan itu.

Kuberanikan diri untuk merangkul bahu Rika, ternyata dia diam saja tidak berusaha menghindar. Ketika adegan di TV mulai tampak semakin hot, Rika mulai gelisah, sesekali kedua paha mulusnya digerak-gerakkan buka tutup. Wah, gila juga nih cewek, seakan-akan dia mengundang aku untuk menggumulinya. Aku beranikan diri untuk mengelus-elus lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang. Rika tampak menikmati, terbukti dia langsung ngelendot manja ke tubuhku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya. Rika tidak protes, malah tangannya sekarang diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya. Kupandang mata bulat indahnya, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tebal nan seksi itu dan Rika membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di pahaku sekarang sudah mengelus-elus yuniorku yang sudah super tegang di balik celanaku.

Lidah kami saling bertautan dan kecupan-kecupan bibir kami menimbulkan bunyi cepak cepok, yang membuat semakin hot suasana dan seakan tidak mau kalah dengan adegan ranjang di TV. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuelus paha mulusnya, Rika pun memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan leluasa mengobok-obok paha dalamnya sampai ke selangkangan. Begitu bolak-balik kuelus dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha. Sambil terus melumat bibirnya, tanganku sudah mulai naik ke perutnya kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuremas dengan gemas payudaranya walau masih tertutup kaos, Rika merintih lirih. Lalu tanganku kumasukkan ke dalam kaosnya dan mulai meraba-raba mencari BH-nya. Setelah ketemu lalu aku meraih ke dalam BH dan mulai meremas-remas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan Rika mendesah. Seiring dengan itu, tangan Rika juga mengocok yuniorku yang masih tertutup celana dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam celana dalam meraih yuniorku dan kembali mengocok dan mengelus

Aku yang sudah mulai terbakar birahi, kemudian melepaskan kaos Rika dan BH-nya hingga sekarang nampak jelas payudaranya yang berukuran 34B semakin mengembang karena rangsangan birahi.
Langsung aku caplok buah dadanya dengan mulutku, kujilat-jilat putingnya dan Rika mendesis-desis keenakan, “Sssh… aaauuh… Mass Adiii… ehhh… ssshhh…” sambil tangannya mendekap kepalaku, meremas-remas rambutku dan membenamkannya ke payudaranya lebih dalam.
Kutarik kepalaku dan kubisikkan ke telinga Rika, “Rika sayang, kita pindah ke kamarku aja yuuk..! Aman kok nggak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua…”
Rika mengangguk, lalu segera kupeluk dan kugendong dia menuju ke kamar. Posisi gendongnya yaitu kaki Rika memeluk pinggangku, tangannya memeluk leherku dan payudaranya menekan keras di dadaku, sedangkan tanganku memegang pantatnya sehingga yuniorku sekarang sudah menempel di selangkangannya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar, kami terus saling berciuman. Sesampainya di kamar, kurebahkan tubuhnya di tempat tidur, Rika tidak mau melepaskan pelukan kakinya di pinggangku malahan sekarang mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Sayang… sabar dong.., lepas dulu dong rok sama celana kamu…” kataku.
“Oke Mas… tapi Mas juga harus lepas baju sama celana Mas, biar adil..!” rajuk Rika.
Setelah kulepas baju dan celanaku hingga telanjang bulat dan yuniorku sudah mengacung keras tegak ke atas, Rika yang juga sudah telanjang bulat kembali merebahkan diri sambil mengangkangkan pahanya lebar-lebar, hingga kelihatan bibir vaginanya yang merah jambu itu.

Aku pun segera menindihnya, tapi tidak buru-buru memasukkan yuniorku ke vaginanya, kembali aku kecup bibirnya dan kucaplok dan jilat-jilat payudara serta putingnya. Jilatanku turun ke perut terus ke paha mulusnya kemudian ke betis indahnya naik lagi ke paha dalamnya hingga sampai ke selangkangannya.
“Auuww… Mas Adiiii… ehhmm… shhh… enaaaakkk Masss…” ceracau Rika sambil kepalanya menggeleng-geleng tidak karuan dan tangannya mencengkeram sprei ketika aku mulai menjilati bibir vaginanya, terus ke dalam memeknya dan di klitorisnya.
Dengan penuh nafsu, terus kujilati hingga akhirnya tubuh Rika menegang, pahanya mengempit kepalaku, tangannya menjambak rambutku dan Rika berteriak tertahan. Ternyata dia telah mencapai orgasme pertamanya, dan terus kujilati cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya sampai habis.

Aku bangun dan melihat Rika yang masih tampak terengah-engah dan memejamkan mata menghayati orgasmenya barusan. Kukecup bibirnya, dan Rika membalas, lalu aku menarik tangannya untuk mengocok penisku. Aku rebahkan tubuhku dan Rika pun mengerti kemauanku, lalu dia bangkit menuju ke selangkanganku dan mulai mengemut penisku.
“Oooh… Rik… kamu pinter banget sih Rik…” aku memuji permainannya.
Kira-kira setengah jam Rika mengemut penisku. Mulutnya dan lidahnya seakan-akan memijat-mijat batang penisku, bibirnya yang seksi kelihatan semakin seksi melumati batang dan kepala penisku. Dihisapnya kuat-kuat ketika Rika menarik kepalanya sepanjang batang penis menuju kepala penisku membuatku semakin merem-melek keenakan.

Setelah bosan, aku kemudian menarik tubuh Rika dan merebahkannya kembali ke tempat tidur, lalu kuambil posisi untuk menindihnya. Rika membuka lebar-lebar selangkangannya, kugesek-gesekkan dulu penisku di bibir vaginanya, lalu segera kumasukkan penisku ke dalam lubang senggamanya.
“Aduuh Mas… sakiiit… pelan-pelan aja doong… ahhh…” aku pun memperlambat masuknya penisku, sambil terus sedikit-sedikit mendorongnya masuk diimbangi dengan gerakan pinggul Rika.
Terlihat sudut mata Rika basah oleh air matanya akibat menahan sakit. Sampai akhirnya, “Bleeesss…” masuklah semua batang penisku ke dalam liang senggama Rika.
“Rika sayang, punya kamu sempit banget sih..? Tapi enak lho..!” Rika cuma tersenyum manja.
“Mas juga, punya Mas besar gitu maunya cari yang sempit-sempit, sakit kaan..!” rajuk Rika.

Aku ketawa dan mengecup bibirnya sambil mengusap air matanya di sudut mata Rika sambil merasakan enaknya himpitan kemaluan Rika yang sempit ini. Setelah beberapa saat, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan-pelan.
“Aaah… uuuhhh… oooww… shhh… ehhmmm…” desah Rika sambil tangannya memeluk erat bahuku.
“Masih sakit Sayaaang..?” tanyaku.
“Nggak Mas… sedikiiitt… auuoohhh… shhh… enn.. ennnaakk.. Mas… aahh…” jawab Rika.
Mendengar itu, aku pun mempercepat gerakanku, Rika mengimbangi dengan goyangan pinggulnya yang dahsyat memutar ke kiri dan ke kanan, depan belakang, atas bawah. Aku hanya bisa merem melek sambil terus memompa, merasakan enaknya goyangan Rika. Tidak lama setelah itu, kurasakan denyutan teratur di dinding vagina Rika, kupercepat goyanganku dan kubenamkan dalam-dalam penisku.

Tanganku terus meremas-remas payudaranya. Dan tubuh Rika kembali menegang, “Aaah… Masss Adiiii… teruuus Maass… jangan berentiii… oooh… Maasss… aaahhh… akuuuu mauuu keluaaar… aaawww…”
Dan, “Cret… cret… crettt…” kurasakan cairan hangat menyemprot dari dalam liang senggama Rika membasahi penisku.
Kaki Rika pun memeluk pinggangku dan menarik pinggulku supaya lebih dalam masuknya penisku ke dalam lubang kenikmatannya. Ketika denyutan-denyutan di dinding vagina Rika masih terasa dan tubuh Rika menghentak-hentak, aku merasa aku juga sudah mau keluar.
Kupercepat gerakanku dan, “Aaah… Rikaaa… aku mau keluar Sayaaang…” belum sempat aku menarik penisku karena kaki Rika masih memeluk erat pinggangku, dan, “Crooot… crooot… crooott…” aku keluar di dalam kemaluan Rika.
“Aduuhhh enakkknyaaa…”
Dan aku pun lemas menindih tubuh Rika yang masih terus memelukku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Segera kupacu pulang mobilku, tapi sebelumnya mampir dulu beli es dawet di kios di pinggir jalan menuju arah rumahku. Setelah sampai rumah dan kumasukkan mobil ke garasi, segera kuganti baju dengan seragam kebesaran, yaitu kaos kutang dengan celana kolor. Kucuci tangan dan muka, kemudian kuhampiri meja makan dan mulai menyantap makan siang lalu ditutup dengan minum es dawet yang kubeli tadi, uaaaah… enak sekali… jadi terasa segar tubuh ini karena es itu.

Setelah cuci piring, kemudian aku duduk di sofa, di ruang tengah sambil nonton MTV, lama kelamaan bosan juga. Habis di rumah tidak ada siapa-siapa, adikku belum pulang, orang tua juga masih nanti sore. Pembantu tidak punya. Akhirnya aku melangkah masuk ke kamar dan kuhidupkan kipas angin, kuraih majalah hiburan yang kemarin baru kubeli. Kubolak-balik halaman demi halaman, dan akhirnya aku terhanyut.

Tiba-tiba bel pintu berbunyi, aku segera beranjak ke depan untuk membuka pintu. Sesosok makhluk cantik berambut panjang berdiri di sana. Sekilas kulihat wajahnya, sepertinya aku pernah lihat dan begitu familiar sekali, tapi siapa ya..?
“Cari siapa Mbak..?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Ehm… bener ini Jl. Garuda no.20, Mas..?” tanya cewek itu.
“Ya bener disini, tapi Mbak siapa ya..? dan mau ketemu dengan siapa..?” tanyaku lagi.
“Maaf Mas, kenalkan… nama saya Rika. Saya dapat alamat ini dari temen saya. Mas yang namanya Adi ya..?” sambil cewek itu mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Segera kusambut, aduuuh… halus sekali tanganya.
“Eng… iya, emangnya temen Mbak siapa ya..? kok bisa tau alamat sini..?” tanyaku.
“Anu Mas, saya dapat alamat ini dari Bimo, yang katanya temennya Mas Adi waktu SMA dulu…” jelas cewek itu.

Sekilas aku teringat kembali temanku, Bimo, yang dulu sering main kemana-mana sama aku.
“Oooh… jadi Mbak Rika ini temennya Bimo, ayo silahkan masuk… maaf tadi saya interogasi dulu.”
Setelah kami berdua duduk di ruang tamu baru aku tersadar, ternyata Rika ini memang dahsyat, benar-benar cantik dan seksi. Dia saat itu memakai mini skirt dan kaos ketat warna ungu yang membuat dadanya tampak membusung indah, ditambah wangi tubuhnya dan paha mulus serta betis indahnya yang putih bersih menantang duduk di hadapanku. Sekilas aku taksir payudaranya berukuran 34B.

Setelah basa-basi sebentar, Rika menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu ingin tanya-tanya tentang jurusan Public Relation di fakultas Fisipol tempat aku kuliah. Memang Rika ini adalah cewek pindahan dari kota lain yang ingin meneruskan di tempat aku kuliah. Aku sendiri di jurusan advertising, tapi temanku banyak yang di Public Relation (yang kebanyakan cewek-cewek cakep dan sering jadi model buat mata kuliah fotografi yang aku ambil), jadi sedikit banyak aku tahu.

Kami pun cepat akrab dan hingga terasa tidak ada lagi batas di antara kami berdua, aku pun sudah tidak duduk lagi di hadapannya tapi sudah pindah di sebelah Rika. Sambil bercanda aku mencuri-curi pandang ke wajah cantiknya, paha mulusnya, betis indahnya, dan tidak ketinggalan dadanya yang membusung indah yang sesekali terlihat dari belahan kaos ketatnya yang berleher rendah. Terus terang saja si kecil di balik celanaku mulai bangun menggeliat, ditambah wangi tubuhnya yang membuat terangsang birahiku.

Aku mengajak Rika untuk pindah ke ruang tengah sambil nonton TV untuk meneruskan mengobrol. Rika pun tidak menolak dan mengikutiku masuk setelah aku mengunci pintu depan. Sambil ngemil hidangan kecil dan minuman yang kubuat, kami melanjutkan ngobrol-ngobrol. Sesekali Rika mencubit lengan atau pahaku sambil ketawa-ketiwi ketika aku mulai melancarkan guyonan-guyonan. Tidak lama, adik kecilku di balik celana tambah tegar berdiri. Aku kemudian usul ke Rika untuk nonton VCD saja. Setelah Rika setuju, aku masukkan film koleksiku ke dalam player. Filmnya tentang drama percintaan yang ada beberapa adegan-adegan ranjang. Kami berdua pun asyik nonton hingga akhirnya sampai ke bagian adegan ranjang, aku lirik Rika matanya tidak berkedip melihat adegan itu.

Kuberanikan diri untuk merangkul bahu Rika, ternyata dia diam saja tidak berusaha menghindar. Ketika adegan di TV mulai tampak semakin hot, Rika mulai gelisah, sesekali kedua paha mulusnya digerak-gerakkan buka tutup. Wah, gila juga nih cewek, seakan-akan dia mengundang aku untuk menggumulinya. Aku beranikan diri untuk mengelus-elus lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang. Rika tampak menikmati, terbukti dia langsung ngelendot manja ke tubuhku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya. Rika tidak protes, malah tangannya sekarang diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya. Kupandang mata bulat indahnya, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tebal nan seksi itu dan Rika membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di pahaku sekarang sudah mengelus-elus yuniorku yang sudah super tegang di balik celanaku.

Lidah kami saling bertautan dan kecupan-kecupan bibir kami menimbulkan bunyi cepak cepok, yang membuat semakin hot suasana dan seakan tidak mau kalah dengan adegan ranjang di TV. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuelus paha mulusnya, Rika pun memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan leluasa mengobok-obok paha dalamnya sampai ke selangkangan. Begitu bolak-balik kuelus dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha. Sambil terus melumat bibirnya, tanganku sudah mulai naik ke perutnya kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuremas dengan gemas payudaranya walau masih tertutup kaos, Rika merintih lirih. Lalu tanganku kumasukkan ke dalam kaosnya dan mulai meraba-raba mencari BH-nya. Setelah ketemu lalu aku meraih ke dalam BH dan mulai meremas-remas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan Rika mendesah. Seiring dengan itu, tangan Rika juga mengocok yuniorku yang masih tertutup celana dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam celana dalam meraih yuniorku dan kembali mengocok dan mengelus CeritaSex Marketing Kondom Yang Menggairahkan

Aku yang sudah mulai terbakar birahi, kemudian melepaskan kaos Rika dan BH-nya hingga sekarang nampak jelas payudaranya yang berukuran 34B semakin mengembang karena rangsangan birahi.
Langsung aku caplok buah dadanya dengan mulutku, kujilat-jilat putingnya dan Rika mendesis-desis keenakan, “Sssh… aaauuh… Mass Adiii… ehhh… ssshhh…” sambil tangannya mendekap kepalaku, meremas-remas rambutku dan membenamkannya ke payudaranya lebih dalam.
Kutarik kepalaku dan kubisikkan ke telinga Rika, “Rika sayang, kita pindah ke kamarku aja yuuk..! Aman kok nggak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua…”
Rika mengangguk, lalu segera kupeluk dan kugendong dia menuju ke kamar. Posisi gendongnya yaitu kaki Rika memeluk pinggangku, tangannya memeluk leherku dan payudaranya menekan keras di dadaku, sedangkan tanganku memegang pantatnya sehingga yuniorku sekarang sudah menempel di selangkangannya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar, kami terus saling berciuman. Sesampainya di kamar, kurebahkan tubuhnya di tempat tidur, Rika tidak mau melepaskan pelukan kakinya di pinggangku malahan sekarang mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Sayang… sabar dong.., lepas dulu dong rok sama celana kamu…” kataku.
“Oke Mas… tapi Mas juga harus lepas baju sama celana Mas, biar adil..!” rajuk Rika.
Setelah kulepas baju dan celanaku hingga telanjang bulat dan yuniorku sudah mengacung keras tegak ke atas, Rika yang juga sudah telanjang bulat kembali merebahkan diri sambil mengangkangkan pahanya lebar-lebar, hingga kelihatan bibir vaginanya yang merah jambu itu.

Aku pun segera menindihnya, tapi tidak buru-buru memasukkan yuniorku ke vaginanya, kembali aku kecup bibirnya dan kucaplok dan jilat-jilat payudara serta putingnya. Jilatanku turun ke perut terus ke paha mulusnya kemudian ke betis indahnya naik lagi ke paha dalamnya hingga sampai ke selangkangannya.
“Auuww… Mas Adiiii… ehhmm… shhh… enaaaakkk Masss…” ceracau Rika sambil kepalanya menggeleng-geleng tidak karuan dan tangannya mencengkeram sprei ketika aku mulai menjilati bibir vaginanya, terus ke dalam memeknya dan di klitorisnya.
Dengan penuh nafsu, terus kujilati hingga akhirnya tubuh Rika menegang, pahanya mengempit kepalaku, tangannya menjambak rambutku dan Rika berteriak tertahan. Ternyata dia telah mencapai orgasme pertamanya, dan terus kujilati cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya sampai habis.

Aku bangun dan melihat Rika yang masih tampak terengah-engah dan memejamkan mata menghayati orgasmenya barusan. Kukecup bibirnya, dan Rika membalas, lalu aku menarik tangannya untuk mengocok penisku. Aku rebahkan tubuhku dan Rika pun mengerti kemauanku, lalu dia bangkit menuju ke selangkanganku dan mulai mengemut penisku.
“Oooh… Rik… kamu pinter banget sih Rik…” aku memuji permainannya.
Kira-kira setengah jam Rika mengemut penisku. Mulutnya dan lidahnya seakan-akan memijat-mijat batang penisku, bibirnya yang seksi kelihatan semakin seksi melumati batang dan kepala penisku. Dihisapnya kuat-kuat ketika Rika menarik kepalanya sepanjang batang penis menuju kepala penisku membuatku semakin merem-melek keenakan.

Setelah bosan, aku kemudian menarik tubuh Rika dan merebahkannya kembali ke tempat tidur, lalu kuambil posisi untuk menindihnya. Rika membuka lebar-lebar selangkangannya, kugesek-gesekkan dulu penisku di bibir vaginanya, lalu segera kumasukkan penisku ke dalam lubang senggamanya.
“Aduuh Mas… sakiiit… pelan-pelan aja doong… ahhh…” aku pun memperlambat masuknya penisku, sambil terus sedikit-sedikit mendorongnya masuk diimbangi dengan gerakan pinggul Rika.
Terlihat sudut mata Rika basah oleh air matanya akibat menahan sakit. Sampai akhirnya, “Bleeesss…” masuklah semua batang penisku ke dalam liang senggama Rika.
“Rika sayang, punya kamu sempit banget sih..? Tapi enak lho..!” Rika cuma tersenyum manja.
“Mas juga, punya Mas besar gitu maunya cari yang sempit-sempit, sakit kaan..!” rajuk Rika.

Aku ketawa dan mengecup bibirnya sambil mengusap air matanya di sudut mata Rika sambil merasakan enaknya himpitan kemaluan Rika yang sempit ini. Setelah beberapa saat, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan-pelan.
“Aaah… uuuhhh… oooww… shhh… ehhmmm…” desah Rika sambil tangannya memeluk erat bahuku.
“Masih sakit Sayaaang..?” tanyaku.
“Nggak Mas… sedikiiitt… auuoohhh… shhh… enn.. ennnaakk.. Mas… aahh…” jawab Rika.
Mendengar itu, aku pun mempercepat gerakanku, Rika mengimbangi dengan goyangan pinggulnya yang dahsyat memutar ke kiri dan ke kanan, depan belakang, atas bawah. Aku hanya bisa merem melek sambil terus memompa, merasakan enaknya goyangan Rika. Tidak lama setelah itu, kurasakan denyutan teratur di dinding vagina Rika, kupercepat goyanganku dan kubenamkan dalam-dalam penisku.

Tanganku terus meremas-remas payudaranya. Dan tubuh Rika kembali menegang, “Aaah… Masss Adiiii… teruuus Maass… jangan berentiii… oooh… Maasss… aaahhh… akuuuu mauuu keluaaar… aaawww…”
Dan, “Cret… cret… crettt…” kurasakan cairan hangat menyemprot dari dalam liang senggama Rika membasahi penisku.
Kaki Rika pun memeluk pinggangku dan menarik pinggulku supaya lebih dalam masuknya penisku ke dalam lubang kenikmatannya. Ketika denyutan-denyutan di dinding vagina Rika masih terasa dan tubuh Rika menghentak-hentak, aku merasa aku juga sudah mau keluar.
Kupercepat gerakanku dan, “Aaah… Rikaaa… aku mau keluar Sayaaang…” belum sempat aku menarik penisku karena kaki Rika masih memeluk erat pinggangku, dan, “Crooot… crooot… crooott…” aku keluar di dalam kemaluan Rika.
“Aduuhhh enakkknyaaa…”
Dan aku pun lemas menindih tubuh Rika yang masih terus memelukku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Aku pun bangkit, sedangkan penisku masih di dalam liang senggama Rika dan kukecup lagi bibirnya.
Tiba-tiba, “Greeekkk…” aku dikejutkan oleh suara pintu garasi yang dibuka dan suara motor adikku yang baru pulang.

Aku pun cepat-cepat bangun dan tersadar. Kulihat sekeliling tempat tidurku, lho… kok… Rika hilang, kemana tuh cewek..? Kuraba penisku, lho kok aku masih pake celana dan basah lagi. Kucium baunya, bau khas air mani. Kulihat di pinggir tempat tidur masih terbuka majalah hiburan khusus pria yang kubaca tadi. Di halaman 68, di rubrik wajah, kulihat wajah seorang cewek cantik yang tidak asing lagi yang baru saja kutiduri barusan, yaitu wajah Rika yang menggunakan swimsuit di pinggir kolam renang.

Yaaa ampuun… baru aku sadar, pengalaman yang mengenakkan tadi bersama Rika itu ternyata cuma mimpi toh. Dan Rika yang kutiduri dalam mimpiku barusan adalah cover girl cantik dan seksi majalah yang kubaca sebelum aku tertidur tadi, yang di majalah dia mengenakan swimsuit merah. Aku pun segera beranjak ke kamar mandi membersihkan diri. Di dalam kamar mandi aku ketawa sendiri dalam hati mengingat-ingat mimpi enak barusan. Gara-gara menghayal yang tidak-tidak, jadinya mimpi basah deeh.

Kecelakaan Yang Membawa Nikmat  

Aku telah bekerja selama hampir 6 tahun di bagian akuntansi dan juga masih menempuh kuliah semester 4 di sebuat PTS ternama di Surabaya. Aku selalu mengendarai motor bututku ke mana aku pergi, baik itu ke kantor maupun aku ke kampus.

ada suatu hari, waktu itu jumat pagi aku akan berangkat senam di kantor, aku mengendarai motorku dengan agak tergesa-gesa, maklum sudah agak terlambat. Sesampainya di jalan Ahmad Yani aku terperanjat hebat karena ada mobil yang memotong di depanku,

Tanpa dapat aku kuasai akhirnya akupun menabraknya dan terjatuh dengan luka yang lumayan parah, kemudian aku pingsan. Aku sadar saat aku sudah di rumah sakit AL di dekat kawasan itu, aku membuka mataku pelan-pelan dan seorang cewek cantik sudah tersenyum kepadaku.

“Kak, maafkan saya”, dia mengucapkan kata dengan penuh pesona.
“Nggak pa-pa..”, kataku lirih.
“Nama saya Stella”, kata cewek itu.
“Saya Rudy”, jawabku singkat.

Kamipun ngobrol kesana kemari, aku sudah agak enakan dengan kehadirannya aku bersemangat sekali untuk segera sembuh. Sejak peristiwa itu aku dirawatnya hingga aku pulang, kedua orang tuanya pun selalu menjengukku tiap sore hari, maklumlah aku anak perantauan yang jauh dari keluarga.

Setelah seminggu dirawat aku diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Semua biaya ditanggung oleh keluarga Stella termasuk motorku yang rusak. Aku diberi motor baru sebagai gantinya dengan harapan aku akan lebih baik, aku selalu dianggap sebagai keluarga Stella sehingga aku diminta tinggal di rumahnya. Akupun sangat berterima kasih sebab akan banyak mengurangi biayaku. Stella di rumah itu adalah anak tunggal dan selalu dimanja.

Setelah hampir 6 bulan aku tinggal aku mulai merasakan bahwa Stella mulai menyukaiku, memang sih usia kami tidak jauh terpaut aku masih 24 tahun sedang Stella 20 tahun. Stella kuliah pagi di PTN semester 4 juga. Stella adalah cewek yang sangat cantik dengan bentuk tubuh yang sangat seksi, sehingga banyak cowok yang ingin jadi kekasihnya.

Singkat cerita, pada hari jumat sore aku di telepon ke kantor untuk segera pulang sore karena ayah dan ibunya akan ke Jakarta. Aku segera pulang setelah jam 14.30. Sesampainya di rumah aku mendapati rumah dalam keadaan sepi. Aku pencet bel dan Stella hanya berteriak dari dalam bahwa pintu tidak dikunci. Aku masuk ke kamarku di atas, aku yakin orang tua Stella sudah berangkat, akupun mandi dan bermaksud istirahat, akan tetapi dari bawah Stella berteriak.

Kak, sudah saya bikinkan kopi cream di meja belajarku”, teriak Stella.
“Ya…”, aku turun dan mengetuk kamar Stella.
“Masuk saja tidak dikunci, aku lagi mandi”, jawab Stella.

Dadaku berdebar kencang ketika aku lihat di sudut ruangan ada bayangan body mulus Stella yang seksi itu diguyur air dan hanya terhalang partisi plastik tipis (seperti di hotel-hotel). Aku duduk di meja belajar Stella dan menikmati kopi buatannya.

“Kak, udah mandi belum”, tanya Stella.
“Udah, emang kenapa?, tanyaku balik.
“Mau mandi lagi?”, kata Stella.
“Nggak”, jawabku singkat.

Aku membuka majalah di meja Stella, ketika tiba-tiba Stella berteriak, “Kak, tolong ada kecoak”, dengan tanpa pikir panjang aku melompat ke kamar mandi itu. Jantungku berdegub kencang ketika aku melihat Stella hanya tertutup daster kecil jauh di atas lutut. “Kecoaknya udah pergi”, Stella berkata sambil tersenyum.

Aku terdiam dan terpana, Stella tidak merasa malu sedikitpun dia malah menyemprotkan shower yang dia pegang ke arahku, akupun basah kuyup. Kamipun bercanda, aku ambil shower kloset dengan tak kalah cerdik aku menyemprot bagian tubuh Stella yang aku rasa bikin geli. Stella menggeliat-geliat ketika air itu menyemprot ke payudaranya, seolah ia menikmatinya, aku kaget ternyata Stella tidak mengenakan BH.

Aku semakin turun dan melihat Stella juga tidak mengenakan celana dalam, darah laki-lakiku memuncak, tanpa kami sadari kami berpelukan dan aku mencium serta mengulum bibir Stella yang merah dan seksi itu, Stella sangat menikmatinya, tangankupun mulai meraba daerah sensitif Stella, Stella semakin menggeliat-geliat dan daster kecil itupun luruh ke lantai kamar mandi, aku sangat terpesona melihat body mulus Stella tanpa sehelai benang pun, Stella semakin menantang, akupun mulai mencumbuinya.

Sedikit demi sedikit pakaiankupun dilucuti Stella dengan tangan halusnya. Aku bopong body mulus Stella ke tempat tidur, Stella memamerkan vaginanya yang kelihatan rapat dan cekung memerah. Aku semakin tidak sabar, aku lepas celana dalamku cepat-cepat. Aku mulai menjilati paha Stella yang mulih halus itu. Stella menggeliat-geliat menahan nafsu birahi.

Saat lidahku menjilati vagina Stella, Stella berteriak-teriak menahan kenikmatan. Aku semakin ke atas dan mengulum payudaranya serta menindihnya, semakin ke atas aku mengulum bibirnya dan aku rasakan penisku menyentuk benda lembut tapi panas

ku coba menekan tapi susah sekali. Stella semakin meregangkan selangkangannya, aku menekan pinggangku dan aku rasakan penisku mulai panas (karena penisku menyeruak masuk ke dalam vagina Stella), semakin panas saat aku menekannya dengan keras dan Stella menjerit sembari mendekapku erat. Sesaat kami terasa tidak sadar, kemudian aku mulai memainkan pinggulku, kami sangat menikmatinya hingga sesaat lamanya penisku mengejang dan cairan menyeruak di dalam vagina Stella, Stella memelukku erat sekali.

Kami kelelahan namun Stella kembali menggoyangkan pinggulnya, akupun seolah enggan untuk mencabut penisku yang dijepit vagina Stella yang sangat kuat itu, kami memainkan lagi pinggul kami sangat lama. Kemudian kembali penisku mengejang dan cairan itu menyemprot diding rahim Stella. Dia memejamkan matanya sembari memelukku erat. Kamipun tertidur dengan posisi penisku masih menancap di vaginanya.

Setelah bangun aku merasa penisku sakit dan panas sekali, akan tetapi saat aku mau mencabut penisku, Stella kembali memelukku. Stella sungguh hebat, kamipun melakukan lagi. Setelah itu Stella melangkah ke kamar mandi, aku mengikutinya dari belakang. Stella mencuci vaginanya dan aku mencuci penisku.

“Kak, aku lapar”, kata Stella.
“Aku juga”, jawabku samabil kucium bibir Stella.

Stella mengenakan pakaian seperti saat mandi tadi, tanpa BH dan celana dalam, aku membalut tubuhku dengan handuk. Kami melangkah ke dapur untuk masak, kami bercanda dan tanpa aku sadari penisku telah menegang, Stellapun begitu.

tella duduk di meja dapur dan mengangkat kakinya, vaginanya kelihatan begitu indah dan kecil. Aku pegang penisku dan memasukkannya ke dalam vaginanya, gesekan-gesekan lembut kami lakukan dengan tenang dan mesra. Setelah beberapa lama cairan spermaku menyemprot di dalam vagina Stella. Stella tersenyum puas.

Kami melanjutkan lagi masak dan makan malam. Mulai saat itu setiap pagi penisku menegang, aku turun dan melakukan perbuatan itu dengan Stella, ya hampir setiap pagi. Kami sangat menikmatinya dan aku bicara kepada orang tua Stella untuk meminangnya, mereka setuju.

Kami sangat bahagia dan semakin gila-gilaan melakukan perbuatan mesum tersebut tanpa kenal waktu dan ruang.

Pelajaran Seks Dari Tante Desi

Dari kecil saya tinggal bareng nenekku. Dan bareng nenekku bermukim dengan om-om dan tante-tanteku (anak-anak dari nenekku). Omku yang ketiga menikah dengan seorang perempuan yang mempunyai nama Dessy yang kupanggil dengan sebutan Tante Dessy. Tante Dessy orangnya cantik, wajah dan tubuhnya lumayan sexy dan orangnya gampang bergaul, khususnya denganku.

Oh ya, namaku ialah Rudi, masih sekolah di SMA masa-masa itu. Pada awalnya om Bony itu tinggal bersama kami, dan aku yang saat itu masih remaja kira-kira usia 17 tahun sering melihat Tante Dessy sedang ngentot dengan suaminya, dan kadang-kadang di depanku Tante Dessy mengelus penis omku, sebut saja Om Boni. Batang kemaluanku yang saat tersebut sedang remaja-remajanya langsung menjadi tegang, dan setelah tersebut aku mengerjakan onani menginginkan sedang bersetubuh dengan Tante Dessy

Setelah mereka menikah 1 tahun, kesudahannya mereka pindah dari lokasi nenek kami dan melakukan pembelian rumah sendiri yang letaknya tidak terlampau jauh dari lokasi tinggal nenek kami. Kalau Tante Dessy berkeinginan pergi, seringkali dia memanggilku untuk mengawal rumahnya, fobia ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Dessy untuk mengawal rumahnya.

Ketika aku datang, dia sedang terdapat di kamar dan memanggilku, “Rudi, masuk ke kamar..!” teriaknya. Situs Judi Bola
“Ya Tante..” jawabku.
Ternyata di dalam kamar, tante sedang menggunakan BH dan celana dalam saja, aku diajak mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Dessy tahu aku gemetaran.
Dia bertanya, “Kenapa Rudi gemetaran..?”
“Enggak Tante,” jawabku.
Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku seraya berkata, “Rudi, Tante terdapat perlu inginkan pergi dulu, ini Tante kasih pengantar dulu, nanti bila Tante pulang, Tante bakal berikan yang lebih nikmat.”
“Ya Tante.” jawabku.

Kepalaku terasa pusing, baru kesatu kali aku menyentuh bibir seorang wanita, lagipula wanita cantik laksana Tante Dessy. Lalu aku ke kamar mandi mengerjakan onani sambil menginginkan tubuh Tante Dessy.

Kira-kita jam 3 sore, tante kembali dan aku menyambutnya dengan sarat harap. Tante Dessy langsung masuk kamar, sementara aku menantikan di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk diajak ke supermarket untuk melakukan pembelian sesuatu, jadi tinggalah di lokasi tinggal aku dan Tante Dessy saja.

Setelah pembantunya pergi, Tante Dessy memblokir pintu dan menggandengku guna masuk ke kamarnya.
Lalu Tante Dessy berkata, “Rudi, laksana yang kujanjikan, aku bakal meneruskan pengantar tadi.”
Aku diam saja, gemetar menyangga nafsu.
Tiba-tiba Tante Dessy menghirup bibirku, dan berkata, “Balaslah Rudi, hisap bibirku..!”
Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya paling enak dan bau tubuhnya wangi, sebab dia menggunakan parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.

Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku paling kaget.
“Wah punyamu telah tegang dan besar Rudi,” sahut Tante Dessy.
Lalu Tante Dessy berbicara lagi, “Apakah anda pernah bersangkutan sex dengan wanita?”
Aku membalas sambil gemetar, “Jangankan bersangkutan sex, menghirup wanita saja baru kali ini.”
Tante Dessy tersenyum dan berkata, “Hari ini Tante bakal ajarkan cara bersangkutan sex dengan seorang wanita.”
Lalu Tante Dessy membuka bajunya sampai-sampai telanjang bulat, kemudian dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang lumayan besar.

Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.
Tante Dessy mendesis merasakan kesenangan usapanku dan berkata, “Terus Rudi.., terus..!”
Lalu dengan memberanikan diri aku menghirup putingnya, dan Tante Dessy meningkat mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sampai-sampai aku pun menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya seraya berkata, “Rudi, punyamu besar amat, lebih banyak dari punya Om Boni.”

Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku menghirup pusarnya, dan akhirnya hingga di vaginanya.
“Ayo Rudi, cepat hisap punyaku..!”
Aku memberanikan diri menghirup kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sementara tante tambah mendesis.
Tante berkata, Sabar dulu ya Rudi, Tante pengen cium dan hisap kontol Rudi dulu.
Lalu dia membaringkanku di lokasi tidur dan mulai menghirup biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, betapa nikmatnya, baru kesatu kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang perempuan cantik, lagipula oleh Tante Dessy yg paling cantik.

enisku semakin membesar, dan rasanya laksana mau kencing, namun rasanya paling nikmat, terdapat yang mau terbit dari kemaluanku.
Aku menjerit, Tante, Tante.. Dessyy, lepaskan dulu kontolku, aku jadi pengen kencing Tan.
Tetapi rupanya tante telah tahu apa yang mau terbit dari kemaluanku, justru dia semakin powerful menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Dessy menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku hingga bersih air maniku.

Batang kemaluanku terkulai lemah, namun nafsuku masih terasa di kepalaku.
Lalu tante berkata, Tenang saja Rud, ini baru permulaan, baring baring dulu saja.
Aku diberi minum coca-cola, setelah tersebut kami berciuman kembali seraya tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku telah membesar lagi dan pulang aku menghisap buah dadanya.
“Tante.., aku sayang Tante.”
Lalu tante berkata, Ya Rudi syang, Tante pun juga sayang kontol Rudi.
Lalu aku menjilat vagina tante hingga ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.
“Ayo Dharma.., anda mulai latihan sex-nya..!”
Penisku yang telah tegang Rudiukkan ke dalam liang kemaluan Tante Dessy yang telah licin sebab air vaginanya.

Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan pulang kami berciuman dengan mesranya.

Lalu aku berbicara kepada Tante Dessy, “Tante.., bila tahu begini nikmatnya mengapa enggak dulu-dulu Tante ajak Rudi bersetubuh dengan Tante..?”
Tante melulu tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Dessy, tante semakin mendesis.
Tante mengoyang-goyangkan pantatnya seraya berkata, “Rudi.., Tante kepengen terbit nih..!”
Kujawab, “Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!”

Tidak lama lantas tante menjerit histeris sebab orgasme dan menerbitkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.
Dengan lembut aku menghirup tante dan berkata, “Tante sabar ya, Rudi masih enak nih..,”

emudian aku semakin memperkuat desakan batangku ke liang tante, sampai-sampai tidak lama setelah tersebut aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Dessy bersamaan dengan keluarnya cairan tante guna kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berdekapan dan berciuman. Setelah tidur sebentar, kami mandi bareng saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani guna melakukannya lagi dilain waktu.

Setelah peristiwa itu, masing-masing malam aku tidak jarang kali terkenang bakal vagina Tante Dessy, sampai-sampai rasanya aku hendak tidur bareng Tante Dessy, namun bagaimana dengan Om Boni. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Boni dialihkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sedangkan Tante Dessy tidak bisa ikut sebab Om Boni tidurnya di mess. Sambil menggali kontrakan rumah, Tante Dessy bermukim di Jakarta, tetapi masing-masing Sabtu malam Om Boni kembali ke Jakarta.

Atas permintaan Tante Dessy, masing-masing malam aku menemaninya, aku mesti telah ada di lokasi tinggal Tante Dessy jam 8 malam. Untuk istirahat malam, aku disiapkan suatu kamar kosong, tapi guna kamuflase saja, karena setelah pembantunya istirahat aku pindah ke kamar Tante Dessy. Tentunya Tante Dessy telah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau masa-masa kesatu kali aku melulu menghisap kemaluannya, kini kami telah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Dessy telah puas kuciumi, bahkan sekarang tidak hanya lubang vagina, tetapi pun lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku pun dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu saat lubang kencingku dihisap Tante Dessy, namun nikmat.

Setelah kami saling menghisap, kesudahannya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante sedang di atasku. Batang kemaluanku yang telah tegang dan berdiri tegak Rudiukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante seraya menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante menerbitkan air maninya seraya menjerit nikmat, tetapi aku belum menerbitkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, kini tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante telah keluar, terasa gampang memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan pulang kami berpacu dalam nafsu.

Sambil menghirup bibir Tante Dessy, aku berkata, “Tante… Tante.., mengapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut.”
Sambil tersenyum tante menjawab, “Rudi.., batang kamu pun enak, bila dengan Om Boni Tante hanya dapat orgasme sekali, namun dengan kamu dapat berkali-kali.”
Kembali aku mengurangi batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante seraya mengoyang-goyangkan pantatku, dan kesudahannya aku menjerit, “Tante.., Tante.., aku keluar..!”
Alangkah nikmat rasanya.

Perlahan-lahan aku menerbitkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah tersebut kembali kami berciuman dan istirahat sambil berdekapan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, sebab aku tahu di sampingku terdapat Tante Dessy yang tidak menggunakan apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Ciindy dan pulang kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan kesudahannya kami mandi bersama-sama.

Selama nyaris 1 bulan lamanya kami laksana sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Boni pulang. Pengalaman ini tidak bakal terlupakan seumur hidupku, walaupun kini aku telah beristri dan memiliki 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Dessy masih menyuruh aku bersetubuh di hotel. Tetapi semenjak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula umur Tante Dessy sudah meningkat tua.

Cewek SMA Bisyar

Tok tok tok aku membuka pintu kamar dan mendapati sesosok cewek ABG berseragam putih abu-abu dengan memakai helm pink. Yah dia adalah Nining, bertubuh sangat sempurna melebihi usianya. Berkulit putih, berwajah cantik khas wanita Sunda, tinggi 170an dan bodinya sangat yahuuuud.

Maklum Nining suka dance dan mahir tari jaipong yang otomatis membentuk tubuhnya menjadi singset dengan pantat yang sintal, semok, montok dan suka nungging. Tanpa Malu dia masuk dan sama sekali tidak terkejut dengan keadaanku yang hanya memakai CD Gtman saja. Ternyata dia bispak bisyar dan itu dia lakukan untuk membiayai sekolahnya karena disini dia ikut pamannya dan tidak pernah dikirimi uang oleh ortunya.

‘aku harus memanggil bapak, Om atau Mas? Tanya Nining si bisyar membuka obrolan
“Mas aja biar mesra! Jawabku
‘aku mandi dulu ya Mas?? Katanya sambil melepaskan seragam SMAnya.
Oooooohhhh indahnya tubuh Nining, kulitnya mulus tanpa cela, payudaranya membulat sempurna dan Ooo eeemmmm. Geeeee belahan pantatnya seperti buah apel australia. Aku sampai menelan ludah mengagumi keseksianya, penisku mengeras dan nafasku memburu ingin segera menikmati tubuhnya. Nining masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan semprotan shower tanpa menutup pintu.

Layaknya sebuah pertunjukan striptease, Nining si bisyar melenggak-lenggok menari sambil memainkan shower bagaikan sebuah mik. Aku sudah tidak tahan dan langsung membuang handuk serta CD yang sebenarnya baru aku kenakan saat membuka pintu. Aku menghampirinya dan langsung memeluk tubuh basahnya.

‘gak kuat ya Mas?? Katanya memanja
“kamu nakal Ya, mempermainkan aku? Tanyaku
‘gantian dong, kemarin Mas ngerjain aku lari sampai lemes! Jawabnya
“Oooo ingin membalas ya? Kataku sambil mencubit putingnya yang mengacung
Kami langsung berpelukan erat dan beradu bibir dengan hot sambil meraba menjelajahi tubuh halusnya, sangat nikmat dan busa sabun cair membuat suasana semakin mesra. Membuat elusanku semakin lembut, licin dan nyaman.

aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh.pantatnya menggeliat menggelitik penisku membalas perlaakuanku yang terus-terusan meremas dan memainkan payudara bulatnya. Ooooooooohhhhhhhhh.. aku tidak kuat jika harus terus bercumbu, apalagi staminaku sudah sempat terkuras oleh Cristine dan Angelica. Buru-buru aku menggendong tubuhnya dan melemparnya keatas kasur serta langsung menindihnya.

‘aaaaahhhh…Mas jorok, Nining kan masih penuh busa sabun?? Protesnya
“udah biarin aja…ntar juga dibersihkan orang hotel! Jawabku
Aku melumat habis kedua payudaranya, meremas dan terus memilin putingnya yang merah mengacung. Nining terus melenguh dan memejamkan mata menikmati setiap detik cumbuanku. Kebawah aku terus mencium dan menjilat lembut kulitnya, menyusuri perut hingga ke selangkanganya.
Jembutnya begitu lembut, tidak terlalu keriting bahkan hampir lurus… aku tergoda sekali dan melahapnya. Aku cium bibir vaginanya sambil menggigit mesra dengan bibirku.

aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh….Nining menjambak rambutku sambil merintih lirih.
‘geli Mas…jangan begitu aku maluuuuuuu….uuuuuhhhhhhh! rengeknya
“haemmmm..haemmmmmm…tapi enak kan?! Jawabku sambil sengaja menggigitnya agak kuat dan memasukkan ujung jari telunjukku kedalam memeknya.

AAAAAAAAUUUUW…AH..AH..AH…UUUUUUUUUUUUUUUUUHHHH HHHH…. gumamnya sambil membelai rambutku. Tidak ada amis atau asin di Vaginanya, sangat bersih dan terawat semakin terasa lezat dan memikat. Aku mulai memaju mundurkan jariku, mengocoknya dan menggelitik ruang di Vaginanya dengan memutar-mutar jariku.
‘aaaaaaaaaaaahhh…Mas…buruan masukin aja! pintanya
“bentar lagi ya?? Jawabku

Aku mempercepat kocokanku dan semakin dalam, terus hingga jariku tidak tersisa. Mendadak gerakan tubuhnya menjadi liar dan binal, pantatnya naik turun dengan kepala mendongak keatas serta kaki menendang-nendang tubuhku. Aku tetap mengocoknya, terus dan teruuuuuuuuuuuuuuuss hingga muncratlah lendir orgasmenya ke bibirku.
Hemmmmm… Nining si bisyar bergumam dan terengah dengan tubuh yang semakin basah, basah oleh air dan bercampur dengan keringat. Tak ingin kehilangan momen, aku langsung membuka paahanya lebar-lebar, mengganjal pantatnya dengan bantal kemudian langsung menyerangnya dengan penisku.

enisku melengkung memasuki memeknya, menandakan memeknya masih sempit dan butuh dorongan ekstra untuk menerobosnya. Maju…munduuuurrr…majuuuuuuuu…mundur berulang kali dan semakin cepat. Kedua bola kenyal di dadanya berayun naik turun dengan indahnya, menggoda aku untuk meremasnya. Aku kunci posisi pahanya dengan kakiku dan aku arahkan kedua tanganku untuk menjamah dan memerah susunya. Aku remas kuat sekalian untuk berbegangan….

AAAAAAAHHH… OOOHHH.. OOH.. OOOHHH.. OOOOHHH… AAAAAH H..AH..AH…AH….AH…
“mmmmm… enak banget goyanganmu Mas! Pujinya sambil meringis dan mendesis
“aku mau kok sering-sering memuaskan kamu! Rayuku
“kenapa gak dari dulu, aku kan sudah lulus!! Jawabnya
“lebih enak kalau kamu bukan muridku, bisa bebas! Jawabku
Aku menggenjot goyanganku, semakin keras mendorong maju hingga membuat pantatnya terangkat dan melengkung dibagian perut. Sangat dalam… memek Nining si bisyar lebih dalam daripada memeknya Angelica, sangat nikmat menelan penisku hingga tanpa sisa.

UUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUHHHH… cruuuuuuuuuuuuuuttt. ..crut…memek Nining menyemburkan lava hangat yang membuat memeknya terasa semakin licin dan nikmat.
‘Maaaaaaaaaaaaasssssssssss…aku diatas doooooooong! Rengeknya
“iya…bentar lagi! Jawabku
Aku benamkan semakin dalam, terus naik-turun dan aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh…. palkonku berdenyut kencang seakan mau menyemprotkan sperma. Buru-buru aku kembali mengatur tempo seranganku, sejenak berhenti dengan alasan memberinya kesempatan berposisi WOT.

emmmmmmmmmm…gumam Nining saat mulai menelan penisku dengan memeknya. dengan tangan bertumpu di dadaku, Nining langsung menggoyangkan pantatnya dengan cepat. Memutar ke kiri dengan cepat, seperti goyangan ngebor Inul… sangat ahli memutar pantat, pujiku dalam hati. Jujur aku belum pernah merasakan goyangan ngebor yang secepat goyanganya. Aku sangat terangsang, merasa geli sekali dan cenut-ceut di palkonku. Spontan aku memencet putingnya dan menariknya….
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH…ADUUUUUUUUUUUUUUHHH… sakit Mas! Teriaknya
“sori Ning…aku reflek!! Jawabku

ining tahu bahwa aku tidak tahan diperlakukan demikian, setelah mengatur posisi Nining kembali bergoyang cepat tetapi dengan gerakan naik-turun. Ah..ah..ah..ah…desahnya penuh semangat! Kembali kami bergulat dengan goyangan yang berimbang, terus dan teruuuuuuuuusss…. hingga lima belas menit kemudian, palkonku kembali berkedut kencang dan tak kuasa menahan nikmat yang teramat sangat.
CROT…CROOOOTTTTTTTT…
CROOOOOOOOOOOTTTTTTTTTTTT. ……..
AHHHHHHHHHHHHHHHH…
“uuuuuuuuuuuuuhhh…nikmat sekali goyanganmu! Pujiku
‘mmmmmm…kok gak bilang-bilang sih Mas… kok disemprotin di dalam! Jawabnya
“aku gak kuat Ning,…maaf! jawabku

Berdoa aja supaya aku tidak hamil…” jawabnya centil sambil mencubit hidungku.
Tubuh Nining ambruk menindihku, nafasnya terengah dengan detak jantung yang berdetak kencang. Kami berbincang mesra sambil saling berpelukan. Mendadak Nining terperanjat begitu melihat jam sudah menunjukkan angka 16:20 Wib. Buru-buru dia mencuci muka, memakai seragamnya dan berpamitan pulang karena tidak mau dimarahi ibunya yang cerewet. Aku tidak sempat mengucapkan terima kasih atau apalah…
Malam itu Elvine tidak datang menemuiku di hotel, membuatku menunggu dan semalaman tanpa kegiatan. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku sangat kecewa dan geregetan. Di sekolah diapun tidak ada, saat aku tanya pada Angelica dan yang lainya mereka kompak menjawab tidak tahu. Sialan aku dikerjain sama elvine. Gumamku dalam hati!! Disiang harinya, saat hampir semua guru dan murid sudah pulang tiba-tiba Elvine menghampiriku di ruang guru.

Dia memintaa maaf karena semalam tidak bisa datang dan baru bisa menemuiku siang ini karena mendadak harus kerumah neneknya yang sedang sakit keras. Dan dia memohon untuk memberikan nilainya dulu serta berjanji akan menggantinya dilain waktu. Karena tidak tega aku mengiyakan saja karena kebetulan staminaku sedang loyo kecapean menunggu!
Pengalamanku ini hanya sebuah awal yang membuat kehidupanku berubah total, terutama dalam bidang sex dan cewek bisyar.

Ganasnya Ratna Karyawan Salon Plus-Plus

Sebut saja namaku Evan, Aku adalah seorang Pria single/bujang, Disini saya akan menceritakan Cerita sex-ku yang sangat menarik. Cerita ini bermula dari ajakan seorang temanku untuk pangkas rambut di sebuah salon yang letaknya di sekitar Universitas ternama di Jakarta pada awal bulan oktober lalu. Dari ajakan temanku itu kini aku-pun tahu bahwa semua wanita yang bekerja di salon itu bisa dikencani.

Pada waktu tepatnya pada hari akhir pekan, kami sepakat untuk ketemuan di salon X itu pada pukul 01:00 siang. Saat itu aku-pun segera bergegas pergi ke salon itu bermaksud untuk memangkas rambutku. Setelah beberapa waktu, akhrnya aku-pun sampai disalon itu. Saat itu aku melihat jam tanganku menunjukan pukul 1 kurang 5 menit, dan saat itu juga aku memutuskan untuk masuk kesalon itu.

Sewajarnya salon, saat itu suasana di salon itu terasa normal sekali dan tidak tidak ada hal yang ganjil sedikit-pun. Ketika aku masuk, saat itu aku-pun menuju pada receptionis. Disana aku-pun mengatakan bahwa aku berniat untuk pangkas rambut. Dari balik meja receptionis itu seorang wanita cantik berkata padaku, agar aku menunggu sejenak karena saat itu pekerja salon sedang sibuk melayani para pelangganya.

Saat itu sembari menunggu antrian, aku-pun mencoba untuk melihat-lihat suasana salon itu dan sembari mencari temanku yang sebelumnya sudah berjanjian denganku. Namun saat itu temanku tidak ada. Kuakui bahwa hampir semua wanita yang bekerja di salon ini rata-rata cantik, putih dan mempunyai body yang sexy. Ditambah lagi rata-rata mereka masih muda, kalau aku perkirakan umurnya sekitar 20-27 tahun.

Melihat para wanita salon itu aku jadi teringat dengan omongan temanku, bahwa para wanita salon ini bisa diajak kencan. Berhubung aku aku baru pertama kali ke salon itu ragu, karena salon itu benar-benar seperti salon biasa tidak nampak jika ada ++ nya. Kira-kira setelah beberapa waktu aku menungguantrian, pada akhirnya aku mendapat gilirianku. Saat itu reception berkata bahwa sekarang giliranku untuk pangkas rambut.

Receptionis itu saat itu menunjuk kekursi yang kosong dan aku bergegas menuju ke kursi itu. kemudian setelah aku duduk, tidak lama kemudian seorang wanita salon yang muda nan cantik datang kearahku dan memegang rambutku,

“ Mau model Mas, potong rambutnya ?, ” ucapnya sembari melihatku lewat cermin, dengan masih tetap memegang rambutku.
“ Eummm apa yah Mba’, apa aja deh Mba” yang penting rapi, ” ucapku sekena-nya.

Lalu layaknya di salon pada umumnya, aku-pun kemudian diberi penutup badan untuk agar rambut yang dipangkas tidak mengenai bajuku. Pada awalnya suasana terasa kaku, namun saat itu aku mencoba untuk mencairkan suasana agar terasa relax,

“ Ngomong-ngomong, udah berapa lama Mba’ kerja di sini?, ” tanyaku basa-basi.

“ Baru kog Mas, baru 5 bulan, ngomong-ngomong Mas baru pertama kali ya cukur di sini?, ” ucapnya sembari memangkas rambutku.

“ Iya nih Mba’, kebetulan saya kemarin lewat dan melihat ada salon, ya udah deh akhirnya saya mau coba cukur di sini, lagian saya juga lagi janjian sama temen buwat ketemu disini Mba’, Eh… malah sampai sekarang belum datang juga ?, ” jawabku.

“ Ouhhh… ” jawabnya singkat dan berkesan cuek.
Tidak lama setelah itu pada akhirnya temanku-pun datang juga,

“ Woy… ” suara temanku semabri menepuk pundakku dari belakang.

“ Lama banget sih loe, kemana aja loe ?, ” tanyaku.

“ Sory bray, tadi di jalan macet, yaudah gue pangkas rambut dulu yah bray… ” jawabnya sambil berlalu.

Temanku-pun berlalu begitu saja. Saat itu-pun pangkas rambut sembari mengobrol. Singkat cerita dari obrolan-obrolan itu kami-pun mulai relax. Dari obrolan kami, aku mengetahui bahwa dia bernama Ratna, dan dia berusia baru berusia 21 tahun. Ratna tinggal di kost-kostsan sekitar salon itu. Kini akupun sudah selesai, kemudian aku-pun memberikan tips sekedarnya, sembari aku menanyakan apakah dia mau aku ajak keluar.

Saat itu Ratna-pun menyetujui dan dia menulis nomor handphone-nya pada selembar kertas kecil. Setelah selsai aku tidak pulang begitu saja, saat itu aku masih mnunggu Roni temanku tadi. Sembari menunggu Roni, aku-pun mengobrol dengan Ratna, saat itu aku sempat diperkenalkan oleh beberapa teman-temanya. Teman Ratna juga memang cantik, namun menurutku Ratna-lah yang paling cantik.

Singkat cerita pada akhirnya kami-pun ketemuan pada hari Senin di tempat yang sudah kami sepakati sebelumnya. Setelah makan siang, kami nonton bioskop.Saat itu Ratna terlihat cantik sekali. Dalam hati aku berkata, cantik sekali Ratna hari ini. Saat itu Ratna yang mengenakan kaos ketat berwarna biru muda ditambah dengan rompi yang dikancingkan dan dipadu dengan celana jeans ketat serta sandal yang tebal. Kami serius mengikuti alur cerita film itu, hingga akhirnya semua penonton dikagetkan oleh suatu adegan.

Ratna tampak kaget, terlihat dari bergetarnya tubuh dia. Entah ada setan apa, secara reflek aku memegang tangan kanannya. Lama sekali aku memegang tangannya dengan sesekali meremasnya dan dia diam saja. Singkat cerita, aku mengantarkan dia pulang ke kostnya, di tengah jalan Ratna memohon kepadaku untuk tidak langsung pulang tapi putar-putar dulu. Kukabulkan permintaannya karena aku sendiri sedang bebas.

Lalu aku memutuskan untuk naik tol dan putar-putar kota Jakarta. Sambil menikmati musik, kami saling berdiam diri, hingga akhirnya Ratna mengatakan,

“ Eummm… Van, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, memang semua ini terlalu cepat, namu aku harus mengatakan hali ini ke kamu, Eeee… aku suka sama kamu Van… ” ucapnya lirih.

Saat itu aku merasa seperti tersambar petir mendengar ucapnya itu, dan secara refleks aku-punmenengok kearah-nya. Ketika itu nampaknya raut mukanya sangat serius dengan apa yang barusan dia katakan sembari matanya menatap tajam padaku,

“ Apa kamu sudah yakin dengan omonganmu yang barusan, Rat?, ” tanyaku sambil kembali konsentrasi ke jalan.

ku nggak tau kenapa, aku merasa kalau kamu itu beda sama cowok-cowok yang pernah aku kenal sebelumnya, kamu itu baik, dan kayaknya kamu itu care banget sama cewek. Aku nggak mau kalau setelah aku pulang ini, kita nggak bisa ketemu lagi, Van. Aku nggak mau kehilangan kamu, ” ucap-nya panjang lebar.

“ Eummm… kalau aku boleh jujur sih, aku juga suka sama kamu, Rat… tapi langkah baiknya jika kita saling mengenal lebih dalam lagi baru nanti kita pacaran?, ” jawabku tegas.

“ Baiklah kalau itu mau kamu Van, Eummm… aku boleh cium kamu nggak, ini bukti bahwa aku nggak main-main sama omonganku yang barusan Van ?, ” ucapnya dengan wajah serius.

Wah rasanya seperti mau mati, jantungku mau copot, nafas jadi sesak. Edan ini anak, seperti benar-benar! Sekali lagi, aku menengok ke kiri melihat wajahnya yang bulat dengan bola mata yang berwarna coklat, dia menatapku tajam dan serius sekali,

“ Emmm… Sekarang Rat?, ” tanyaku sambil menatapnya.

Saat itu dia hanya menganguk dan,

“ Okey, sekarang kamu boleh cium aku, ” ucapku sembari kembali ke jalanan.

Beberapa detik kemudian Ratna-pun beranjak dari tempat duduknya dan mengambil posisi untuk memberi sebuah cium di pipi kiriku. Diberilah sebuah ciuman di pipi kiriku sambil memeluk. Lama sekali dia mencium dan ditempelkannya buah dada-nya di lengan kiriku. Beuhhh, empuk sekali kawan, mak nyosss. Buah dada-nya yang cukup menantang itu sedang menekan lengan kiriku. Edan, enak sekali, aku jadi sangek gilak.

Sebagai laki-laki normal secara otomatis batang kejantananku pun menegang. Dengan pelan sekali, Ratna berbisik,
“ Van, aku suka sama kamu, ” ucapnya sembari dia kembali mencium pipiku dan tetap menekankan buah dada-nya pada lengan kiriku. Konsentrasiku buyar, sepertinya aku benar-benar sudah horny dengan perlakuan Ratna, dan beberapa kendaraan yang melaluiku melihat ke arahku menembus kaca filmku yang hanya 40%. Lalu,

“ Kamu horny ya, Van?, ” ucapnya lirih.

Saat itu aku tidak menjawab, dan tangan kirinya saat itu mulai meraba tubuhku dan mengarah ke bawah, saat itu aku sudah benar-benar horny. Sekali lagi Ratna berbisik,

“ Van, aku tahu kamu horny, boleh nggak aku lihat punya kamu ? emmm… punya kamu besar yah!, ” ucapnya.

Saat itu aku hanya mengangguk saja, akhirnya dibukalah celana panjangku dengan tangan kirinya, seperti dia agak kesulitan pada saat ingin membuka ikat pinggangku sebab dia hanya menggunakan satu tangan. Aku bantu dia membuka ikat pinggang setelah itu aku kembali memegang setir mobil. Dielus-elus batang kejantananku yang sudah keras dari luar. Tidak lama kemudian ditelusupkan telapak kirinya ke dalam dan digenggamlah kejantananku.
“ Oughhhhh… ” desahku pelan.

edikit demi sedikit wajahnya bergerak. Pertama, ia cium bibirku dari sebelah kiri lalu turun ke bawah. Lalu dia-pun mencium leherku, saat itu dia sempat berhenti di bagian dadaku, mungkin dia menikmati aroma parfumku. Lalu dia-pun semakin turun ke bawah. Beberapa kali Ratna melakukan gerakan mengocok kejantananku. Pertama-tama dijilatinya pangkal batang kejantananku lalu berpindah naik ke atas.

Kini ujung lidahnya sudah berada pada bagian buah zakarku. Salah satu tangannya menyelinap di antara belahan pantatku, menyentuh anusku, dan merabanya. Ratna melanjutkan perjalanan lidahnya, naik semakin ke atas, perlahan-lahan. Setiap gerakan nyaris dalam beberapa detik, teramat perlahan. Melewati bagian tengah, naik lagi. Ke bagian leher batangku. Kedua tanganku tak kusadari sudah mencengkeram setir mobil. Ujung lidahnya naik lebih ke atas lagi.

Pelan-pelan setiap jilatannya kurasakan bagaikan kenikmatan yang tak pernah usai, begitu nikmat, begitu perlahan. Setiap kali kutundukkan wajahku melihat apa yang dilakukannya setiap kali itu pula kulihat Ratna masih tetap menjilati kejantananku dengan penuh nafsu. Sesaat Ratna kulihat melepas tangannya dari kejantananku dan menyibakkan rambutnya ke samping. Kini jemarinya kembali menarik bagian bawah batang kejantananku dan memiringkan kepalanya.

Ratna kemudian mulai menurunkan wajahnya mendekati kepala kejantananku, dan kini mulailah merekahkan kedua bibirnya dengan perlahan lalu dia mulai memasukkan kepala kejantananku ke dalam mulutnya tanpa tersentuh sedikitpun oleh giginya. Kemudian dia-pun mulai menggerakan secara perlahan semakin jauh hingga di bagian tengah batang kejantananku. Saat itulah kurasakan kepala kejantananku menyentuh bagian lidahnya.

Tubuhku bergetar sesaat dan terdengar suara khas dari mulut Ratna. Kedua bibirnya sesaat kemudian merapat. Kurasakan kehangatan yang luar biasa nikmatnya mengguyur sekujur tubuhku. Perlahan-lahan kemudian kepala Ratna mulai naik. Bersamaan dengan itu pula kurasakan tangannya menarik turun bagian bawah batang tubuh kejantananku hingga ketika bibir dan lidahnya mencapai di bagian kepala, kurasakan bagian kepala itu semakin sensitif.

Begitu sensitifnya hingga bisa kurasakan kenikmatan hisapan dan jilatan Ratna begitu merasuk dan menggelitik seluruh urat-urat syaraf yang ada di sana. Kuraba punggungnya dengan tangan kiriku, kuelus dengan lembut lalu mengarah ke bawah. Kudapatkan buah dada sebelah kanan, aku buka telapak tanganku mengikuti bentuk buah dada-nya yang bulat, kemudian aku meremas-nya dengan lembut.

Lalu aku buka satu persatu kancing rompinya, dan kembali aku membuka tepak tangan mengikuti bentuk buah dada-nya. Sambil tetap mengkulum, tangan kanannya bergerak menyentuh tanganku, ia tarik baju ketatnya dari selipan celana panjangnya. Dipegangnya tanganku dan diarahkannya ke dalam. Di balik baju ketatnya, aku meremas-remas buah dada-nya yang masih terbungkus BRA.

meudian aku-pun mulai meremas satu persatu buah dada-nya sambil mendesah menikmati kuluman pada kejantananku. Kuremas agak kuat dan Ratna pun berhenti mengkulum sekian detik lamanya. Kuelus-elus kulit dadanya yang agak menyembul dari BRA-nya dengan sesekali menyelipkan salah satu jariku di antara buah dada-nya yang kenyal,
“ Sssssss… Aghhhhh…. ” desahku nikmatku merasakn kuluman Ratna yang makin cepat.

Aku turunkan BRA-nya yang menutupi buah dada sebelah kanan, aku dapat meraih putingnya yang sudah mengeras. Kupilin dengan lembut,

“ Oughhhhh… Sssss… ” desahnya melepas kuluman dan terdengar suara akibat melepaskan bibirnya dari kejantananku.

Menjilat, menghisap, naik turun. Ia begitu menikmatinya. Begitu seterusnya berulang-ulang. Aku tak mampu lagi melihat ke bawah. Tubuhku semakin lama semakin melengkung ke belakang kepalaku sudah terdongak ke atas. Kupejamkan mataku. Ratna begitu luar biasa melakukannya. Tak sekalipun kurasakan giginya menyentuh kulit kejantananku. Gila, belum pernah aku dihisap seperti ini, pikirku.

Pikiranku sudah melayang-layang jauh entah ke mana. Tak kusadari lagi sekelilingku oleh gelombang kenikmatan yang mendera seluruh urat syaraf di tubuhku yang semakin tinggi. Aku berhenti sejenak meraba buah dada-nya. Kutengok ke bawah, tangan kanannya menggenggam dengan erat persis di bagian leher batang kejantananku, dan dia terlihat tersenyum kepadaku,

“ Kamu luar biasa Rat… Oughhhhh… ” bisikku sambil menggeleng-gelengkan kepala terkagum-kagum oleh kehebatannya.
Saaat itu Ratna hanya tersenyum manis dan berkesan manja,

“ Rat, bisa keluar aku kalau kamu kayak gini terus, ” bisikku lagi merasakan genggaman tangannya yang tak kunjung mengendur pada kejantananku. Ratna hanya tersenyum,

“ Kalau kamu udah nggak pengen keluar, keluarin aja, nggak usah ditahan-tahan, ” jawabnya.
Lalu setelah itu Ratna menjulurkan lidahnya keluar dan mengenai ujung batang kejantananku. Rupanya dia mengerti aku sedang berjuang untuk menahan orgasme-ku,

“ Ssss… Oughhhhh… ” racauku sedikit keras menahan rasa ngilu bercampur nikmat.

Bukan kepalang nikmat yang kurasakan, tubuhnya bergerak tidak karuan, seiring dengan gerakan kepalanya yang naik turun, kedua tangannya tak henti-henti meraba dadaku, terkadang dia memilin kedua puting susuku dengan jarinya. Terkadang dia juga melepaskan kuluman untuk mengambil nafas sejenak lalu melanjutkannya lagi. Semakin lama gerakannya makin cepat. Aku sudah berusaha semaksimal untuk menahan orgasme.

Saat itu aku mengalihkan perhatianku dari buah dada-nya. Aku meraba ke arah bawah. Kubuka kancing celananya. Agak lama kucoba membuka dan akhirnya terlepas juga. Pelan-pelan kuselipkan tangan kiriku di balik celana dalamnya. Aku dapat rasakan rambut kewanitaan-nya tipis. Mungkin dipelihara, pikirku dalam hati. Kuteruskan agak ke bawah. Ratna mengubah posisinya, dengan merenggangkan kedua kakinya.

Hal ini memudah aku dapat menyentuh kewanitaan-nya. Beberapa saat telunjukku bermain-main di bagian atas kewanitaan-nya. Aku naik-turunkan jari telunjukku. 5, nikmat sekali rasanya, pikirku. Sesekali kumasukkan telunjukku ke dalam liang senggama-nya. Mulailah aku menjelajahi setiap sudut liang senggama Ratna. Aku temukan sebuah kelentit di dalamnya, lalu aku umainkan clitoris itu dengan telunjukku.

Oughhhhh, pegal juga rasanya tangan kiriku. Sejenak kukeluarkan jariku dari dalam. Lalu aku menikmati setiap kuluman Ratna. Rasanya sudah beberapa tetes air maniku keluar. Aku benar-benar dibuat mabuk kepayang olehnya. Kembali kumasukkan jariku, kali ini dua jari, jari telunjuk dan jari tengahku. Pada saat aku memasukkan kedua jariku, Ratna tampak melengkuh dan mendesah pelan.

emakin lama semakin cepat aku mengeluar-masukkan kedua jariku di liang senggama-nya dan Ratna beberapa menghentikan kuluman pada batang kejantananku sambil tetap memegang batang kejantananku. Entah sudah berapa orang yang melihat kegiatan kami terutama para supir atau kenek truk yang kami lewati, namun aku tidak peduli. Kenikmatan yang kurasakan saat itu benar-benar membiusku sehingga aku sudah melupakan segala sesuatu.

Saat itu Ratna kembali menjilat, menghisap dan mengkulum batang kejantananku dan entah sudah berapa lama kami melakukan ini. Kutundukkan kepalaku untuk melihat yang sedang dikerjakan Ratna pada kejantananku. Kali ini Ratna melakukan dengan penuh kelembutan, ia julurkan lidahnya hingga mengenai ujung kepala kejantananku lagi. Ia memutar-mutarkan lidahnya tepat di ujung lubang kejantananku.

Sungguh dashyat kenikmatan yang kurasakan. Beberapa kali tubuhku bergetar namun ia tetap pada sikapnya. Sesekali ia masukkan semua batang kejantananku di dalam mulutnya dan ia mainkan lidahnya di dalam,

“ Oughhhhh.. Rat… nikmat… Sssss… Aghhh… ” desahku sambil melepaskan tangan kiriku dari liang senggama-nya.

Saat itu aku memegang kepalanya mengikuti gerakan naik turun, lalu,

“ Oughhhhh… Rat, aku udah nggak kuat nihhh… Aghhhhh… ” ucapku agak lirih menahan orgasme.

Namun gerakan Ratna makin cepat dan beberapa kali dia buka matanya namun tetap mengkulum dan terdengar suara-suara dari dalam mulutnya,

“ Aghhhhhh… ” desahku keras diiringi dengan keluarnya air mani dari dalam batang kejantananku di dalam mulutnya.

Ketika itu keadaan mobil kami saat itu sedikit tersentak oleh pijakan kaki kananku. Aku menikmati setiap air mani yang keluar dari dalam kejantananku hingga akhirnya habis. Ratna tetap menjilati kejantananku dengan lidahnya. Dapat kurasakan lidahnya menyapu seluruh bagian kepala kejantananku. Oughhh, nikmat sekali rasanya. Setelah membersihkan seluruh air maniku dengan lidahnya, Ratna bergerak ke atas.

Kulihat dia, tampak ada beberapa air maniku menempel di sebelah kanan bibirnya dan pipi kirinya. Aku mulai bergerak memperbaiki posisi dudukku, perlahan-lahan. Sambil tetap digenggamnya batang kejantananku yang sudah lemas, Ratna beranjak ke atas melumat bibirku, masih terasa air maniku. Sekian detik kami bercumbu dan aku memejamkan mata. Akhirnya Ratna merapikan posisinya, lalu dia duduk dan merapikan pakaiannya.

Saat itu aku-pun merapikan pakaianku sekedarnya. Aku kenakan celana panjangku namun tidak kumasukkan kemejaku. Beberapa hari setelah itu, aku main ke kost Ratna dan pada saat itu pula kami mengikat tali kasih. Awal bulan Maret lalu Ratna kembali dari Manado setelah 2 minggu dia berada di sana dan dia tidak kembali lagi bekerja di salon itu. Sekarang kami hidup bersama di sebuah tempat di daerah Grogol.

 

kini Ratna-pun diterima sebagai operator di salah satu perusahaan penyedia jasa komunikasi handphone. Sedangkan aku tetap sebagai animator yang bekerja di sebuah perusahaan di daerah Kedoya tapi aku harus meninggalkan kostku. Setelah kami hidup seatap, Ratna mengakui padaku bahwa selama enam bulan ia bekerja di salon itu, ia pernah melayani pelanggannya dan dia mengatakan bahwa semua pekerja yang bekerja di salon itu juga pekerja sexs.

Ratna tidak mengetahui bagaimana asal mulanya. Ratna sendiri tidak tahu apakah salon merupakan sebuah kedok atau sexs adalah sebuah tambahan. Dia mengatakan bahwa untuk mengajak keluar salah satu karyawati di situ, seseorang harus membayar di muka sebesar Rp 500.000. Rasanya Jakarta hanya milik kami berdua, tiap malam setelah mandi sepulang dari kerja atau setelah makan malam, kami melakukan hubungan sexs.

Entah sampai kapan semua ini akan berakhir dan entah kapan kami akan resmi menikah. Kami sungguh menikmati setiap hari yang akan kami lalui dan telah kami lalui bersama. Aku sungguh tidak peduli dengan asal-usulnya pekerjaan Ratna sebab makin hari aku makin terbius oleh kenikmatan sexs dan mataku seolah-seolah tertutup oleh rasa sayangku pada dia.